Putin Lancarkan Deterensi: Strategi Militer yang Andalkan Senjata Nuklir

Reporter

Tempo.co

Editor

Dwi Arjanto

Jumat, 4 Maret 2022 15:38 WIB

Sebuah rudal balistik antarbenua Yars Rusia diluncurkan selama latihan oleh pasukan nuklir di lokasi yang tidak diketahui di Rusia, pada 19 Februari 2022. Rudal balistik antarbenua Yars memiliki jangkauan minimum 2.000 km dan maksimum 10.500 km. Russian Defence Ministry/Handout via REUTERS

TEMPO.CO, Moskow -Presiden Rusia Vladimir Putin memerintahkan pasukan Rusia dengan persenjataan nuklir untuk siaga tinggi, mulai tiga hari lalu.

Sebelumnya, Putin dalam pidato yang menandai awal Rusia invasi Ukraina mengatakan bahwa siapa pun yang menghalangi Rusia akan menerima suatu konsekuensi yang belum pernah ditemui dalam sejarah.

NATO Aliansi Nuklir

Pernyataan Putin tersebut ditanggapi oleh Menteri Luar Negeri Prancis Jean-Yves Le Drian yang menyatakan bahwa NATO merupakan aliansi senjata nuklir, tetapi memilih mengesampingkan intervensi militer untuk membela Ukraina.

“Saya rasa Presiden Valdimir Putin harus mengerti bahwa NATO adalah sebuah aliansi nuklir. Ini yang ingin saya tekankan,” kata Le Drian, Kamis, 24 Februari 2022.

Arti Deterensi

Saling ancam penggunaan senjata nuklir di antara Rusia dan NATO sering dikenal sebagai startegi deterensi.

Advertising
Advertising

Lalu, apa itu deterensi?

Dalam The Anatomy of Deterrence karangan Bernanrd Brodie disebutkan bahwa deterensi adalah suatu strategi yang dilakukan untuk mencegah musuh mengambil tindakan yang belum dimulai atau mencegah musuh untuk melakukan sesuatu yang diharapkan negara lain.

Presiden Rusia Vladimir Putin menghadiri upacara pembukaan Olimpiade Musim Dingin Beijing 2022 di Beijing, Cina, 4 Februari 2022. Sputnik/Aleksey Druzhinin/Kremlin via REUTERS

Strategi ini mulai dikenal sebagai strategi militer dalam era Perang Dingin.

Dalam the Diplomacy of Violence, Thomas Schelling menyatakan bahwa strategi militer yang saat ini berkembang lebih kepada suatu stertegi yang menekankan intimidasi atau deterensi.

Dalam tulisannya, Schelling menuliskan bahwa kemampuan untuk menghancurkan negara lain sudah dijadikan motivasi bagi negara lain untuk menghindarinya dan memengaruhi perilaku negara lain.

Namun, di tahun 2004, Frank C. Zagare dalam Reconciling Rationality with Deterrence, menyatakan bahwa strategi deterensi tidak konsisten secara logis, tidak akurat secara empiris, dan memiliki banyak kelemahan.

Sebagai ganti strategi deterensi klasik, para pakar mengajukan suatu strategi deterensi sempurna yang memiliki anggapan bahwa setiap negara memiliki ciri khasnya masing-masing. Putin sudah menyalakan deterensi, sebagai wujud taktik yang khas Rusia?

EIBEN HEIZER
Baca juga:
Tas Putin Berisi Tombol Nuklir yang Disebut Cheget, Ini Cara Kerjanya

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.


Berita terkait

Rusia Masukkan Volodymyr Zelensky Dalam Daftar Buronan

18 jam lalu

Rusia Masukkan Volodymyr Zelensky Dalam Daftar Buronan

Kementerian Dalam Negeri Rusia mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky.

Baca Selengkapnya

Antisipasi Protes Anti-Israel, Penyelenggara Eurovision Larang Pengibaran Bendera Palestina

1 hari lalu

Antisipasi Protes Anti-Israel, Penyelenggara Eurovision Larang Pengibaran Bendera Palestina

Keputusan penyelenggara Eurovision diambil meskipun ketegangan meningkat seputar partisipasi Israel

Baca Selengkapnya

Badan Mata-mata Seoul Tuding Korea Utara Rencanakan Serangan terhadap Kedutaan Besar

2 hari lalu

Badan Mata-mata Seoul Tuding Korea Utara Rencanakan Serangan terhadap Kedutaan Besar

Badan mata-mata Korea Selatan menuding Korea Utara sedang merencanakan serangan "teroris" yang menargetkan pejabat dan warga Seoul di luar negeri.

Baca Selengkapnya

Gedung Putih Minta Rusia Dijatuhi Sanksi Lagi karena Kirim Minyak ke Korea Utara

2 hari lalu

Gedung Putih Minta Rusia Dijatuhi Sanksi Lagi karena Kirim Minyak ke Korea Utara

Gedung Putih menyarankan agar Rusia dijatuhi lagi sanksi karena diduga telah secara diam-diam mengirim minyak olahan ke Korea Utara

Baca Selengkapnya

10 Negara Terdingin di Dunia, Ada yang Minus 50 Derajat Celcius

3 hari lalu

10 Negara Terdingin di Dunia, Ada yang Minus 50 Derajat Celcius

Berikut ini deretan negara terdingin di dunia, mayoritas berada di bagian utara bumi, seperti Kanada dan Rusia.

Baca Selengkapnya

Politikus di Rusia Diguncang Silang Pendapat soal Isu Gay

4 hari lalu

Politikus di Rusia Diguncang Silang Pendapat soal Isu Gay

Alexandr Khinstein menilai politikus yang bertugas di lembaga pendidikan atau anak-anak tak boleh penyuka sesama jenis atau gay.

Baca Selengkapnya

Kementerian Dalam Negeri Rusia Izinkan Foto di Pasport Pakai Jilbab

5 hari lalu

Kementerian Dalam Negeri Rusia Izinkan Foto di Pasport Pakai Jilbab

Rusia melonggarkan aturan permohonan WNA menjadi warga Rusia dengan membolehkan pemohon perempuan menggunakan jilbab atau kerudung di foto paspor

Baca Selengkapnya

Pemantau PBB Laporkan Rudal Korea Utara Hantam Kharkiv Ukraina

5 hari lalu

Pemantau PBB Laporkan Rudal Korea Utara Hantam Kharkiv Ukraina

Badan ahli tersebut mengatakan kepada Dewan Keamanan PBB bahwa penemuan rudal menunjukkan pelanggaran sanksi internasional oleh Korea Utara.

Baca Selengkapnya

Invasi Rusia di Ukraina Dorong Kemungkinan Ekspansi Uni Eropa

5 hari lalu

Invasi Rusia di Ukraina Dorong Kemungkinan Ekspansi Uni Eropa

Presiden Dewan Eropa mengatakan invasi Rusia ke Ukraina akan memberi dorongan bagi upaya Uni Eropa untuk menerima lebih banyak anggota.

Baca Selengkapnya

Ketua NATO Janjikan Aliran Senjata ke Ukraina akan Meningkat

6 hari lalu

Ketua NATO Janjikan Aliran Senjata ke Ukraina akan Meningkat

Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg menjanjikan aliran senjata dan amunisi yang meningkat kepada Ukraina.

Baca Selengkapnya