Profil Corazon Aquino Presiden Filipina, Lawan Tangguh Rezim Ferdinand Marcos

Reporter

Tempo.co

Jumat, 25 Februari 2022 16:01 WIB

Mantan presiden Filipina Corazon Aquino saat sedang melukis di rumahnya, 2001. Philstar.com/JUN DE LEON

TEMPO.CO, Jakarta - Tepat hari ini, 25 Februari 1986, Corazon Aquino dilantik menjadi Presiden Filipina. Ia menjadi perempuan pertama yang menjabat sebagai presiden di Filipina. Pada tahun yang sama, Corazon dinobatkan sebagai Woman of the Year versi majalah Time.

Perempuan dengan nama asli Maria Corazon Sumulong Cojuangco ini lahir di Paniqui, Tarlac, Filipina pada 25 Januari 1933. Dia adalah anak keenam dari pasangan Jose Cojuangco y Chichioco Sr dan Demetria.

Kedua orang tuanya berasal dari keluarga politik terkemuka. Kakek Aquino dari pihak ayahnya, Melecio Cojuangco, adalah anggota Kongres Malolos yang bersejarah, dan ibu Aquino adalah anggota keluarga Sumulong yang berpengaruh secara politik di provinsi Rizal, termasuk Juan Sumulong, yang mencalonkan diri melawan Presiden Persemakmuran Manuel L. Quezon pada tahun 1941.

Mengutip dari laman coryaquino.ph, Corazon menghabiskan hari-harinya di St. Scholastica's College di Manila. Dia lulus dengan nilai tertinggi di kelasnya sebagai valedictorian. Kemudian Dia dipindahkan ke Biara Asumsi untuk melanjutkan studi sekolah menengah.

Setelah keluarganya pindah ke Amerika Serikat, Dia kemudian dipindahkan ke Notre Dame Convent School di New York City. Dia juga melanjutkan kuliahnya di College of Mount Saint Vincent di New York, dan lulus pada tahun 1953 dengan jurusan bahasa Prancis dan minor dalam matematika.

Advertising
Advertising

Setelah lulus dari perguruan tinggi, Dia kembali ke Filipina dan belajar hukum di Far Eastern University pada tahun 1953. Di sinilah Corazon bertemu dengan Benigno S. Aquino Jr. yang kemudian menjadi suaminya.

Setelah menikah dengan Benigno, Corazon menjalani kehidupannya sebagai ibu rumah tangga. Karir Benigno pun dengan cepat meningkat sehingga Dia menjadi wakil gubernur termuda di Filipina pada usia 27 tahun. Kemudian, Dia menjabat gubernur Provinsi Tarlac di usia 29 tahun pada 1961.

Pada 1972, pemerintahan Presiden Ferdinand Marcos rusak karena korupsi, pelanggaran hak asasi manusia dan penindasan politik. Marcos kemudian mengumumkan keadaan darurat militer dan menangkap pemimpin oposisi utama, termasuk Benigno yang menghabiskan 7 tahun dalam penjara.

Hingga akhirnya pada 1980, Benigno diizinkan untuk pindah ke AS bersama keluarganya melalui intervensi Presiden AS Jimmy Carter. Namun setelah tinggal di pengasingan selama tiga tahun, Benigno kembali ke Filipina pada 21 Agustus 1983.

Pada saat sampai di Bandara Manila, pria yang akrab disapa Ninoy itu harus meregang nyawa akibat ditembak mati. Marcos dianggap berada di balik pembunuhan tersebut sehingga memicu gelombang protes terhadap pemerintahan Marcos.

Setelah kematian suaminya, oposisi bersatu di sekeliling Corazon. Dengan baik, Dia menghadapi kematian suaminya dan berevolusi menjadi simbol reformasi nasional. Dia mulai mengambil bagian dalam serangkaian aksi demonstrasi dan segera mengambil kepemimpinan partai.

Mengutip dari laman Britannica, pada Februari 1986, secara tak terduga Marcos menyerukan pemilihan presiden. Corazon Aquino menjadi kandidat presiden dari oposisi yang bersatu. Meskipun Dia secara resmi dilaporkan kalah dalam pemilihan namun Dia dan para pendukungnya menentang hasil tersebut, menuduh kecurangan pemungutan suara yang meluas.

Pejabat tinggi di militer Filipina secara terbuka juga meninggalkan kekuasaan Marcos yang terus berlanjut dan menyatakan Corazon sebagai presiden Filipina yang sah.

Hingga pada 25 Februari 1986, Corazon dan Marcos dilantik sebagai presiden oleh pendukung masing-masing, tetapi pada hari yang sama Marcos meninggalkan negara tersebut.

Pada awal pemerintahannya, perempuan yang saat itu berusia 53 tahun membentuk komisi khusus untuk menyelidiki dan mengejar kembali kekayaan negara yang dirampas rezim sebelumnya. Corazon juga menghancurkan monopoli kroni Marcos atas ekonomi negara, menghantar reformasi ekonomi dan pertanian.

Meski meningkatkan kondisi perekonomian negara sampai batas tertentu, kebijakannya dikritik karena goyah dan popularitasnya menurun. Dia harus menghadapi masalah utang luar negeri yang ditinggalkan rezim sebelumnya, sekaligus mengatasi kemiskinan massal.

Masa jabatannya berakhir pada 1992, Corazon menolak untuk mencalonkan diri kembali dan digantikan oleh mantan Menteri Pertahanannya, Fidel Ramos. Meski tak menjabat lagi, Corazon Aquino tetap aktif di bidang politik dan menyerukan perlawanan jika nilai-nilai demokrasi liberal mulai melenceng.

Pada 2008, Corazon Aquino divonis menderita kanker usus besar dan wafat pada 1 Agustus 2009. Hingga kini, Corazon Aquino selalu diingat sebagai "Ibu Demokrasi Filipina". Banyak pengamat internasional menjulukinya sebagai "Joan of Arc" modern.

WINDA OKTAVIA

Baca: Bekas Presiden Filipina Corazon Aquino Meninggal

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Berita terkait

Sidang Perdana Praperadilan Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Melawan KPK Akan Digelar Hari Ini

5 jam lalu

Sidang Perdana Praperadilan Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Melawan KPK Akan Digelar Hari Ini

Gugatan praperadilan Bupati Sidoarjo itu akan dilaksanakan di ruang sidang 3 Pengadilan Negeri Jakarta Selatan pukul 09.00.

Baca Selengkapnya

Filipina Salahkan Beijing karena Memancing Ketegangan di Laut Cina Selatan

11 jam lalu

Filipina Salahkan Beijing karena Memancing Ketegangan di Laut Cina Selatan

Manila menuduh penjaga pantai Cina telah memancing naiknya ketegangan di Laut Cina Selatan setelah dua kapalnya rusak ditembak meriam air

Baca Selengkapnya

Ekuador Gugat Meksiko di ICJ karena Beri Suaka Mantan Wakil Presiden

23 jam lalu

Ekuador Gugat Meksiko di ICJ karena Beri Suaka Mantan Wakil Presiden

Meksiko sebelumnya telah mengajukan banding ke ICJ untuk memberikan sanksi kepada Ekuador karena menyerbu kedutaan besarnya di Quito.

Baca Selengkapnya

Cuaca Panas Ekstrem Melanda Asia, Myanmar Tembus 48,2 Derajat Celcius

1 hari lalu

Cuaca Panas Ekstrem Melanda Asia, Myanmar Tembus 48,2 Derajat Celcius

Asia alamai dampak krisis perubahan iklim. Beberapa negara dilanda cuaca panas ekstrem. Ada yang mencapai 48,2 derajat celcius.

Baca Selengkapnya

KPK: Potensi Korupsi di Sektor Pengadaaan Barang Jasa dan Pelayanan Publik di Daerah Masih Tinggi

1 hari lalu

KPK: Potensi Korupsi di Sektor Pengadaaan Barang Jasa dan Pelayanan Publik di Daerah Masih Tinggi

Deputi Bidang Koordinasi dan Supervisi KPK memprioritaskan lima program unggulan untuk mencegah korupsi di daerah.

Baca Selengkapnya

Beredar SPDP Korupsi di Boyolali Jawa Tengah, Ini Klarifikasi KPK

1 hari lalu

Beredar SPDP Korupsi di Boyolali Jawa Tengah, Ini Klarifikasi KPK

Surat berlogo dan bersetempel KPK tentang penyidikan korupsi di Boyolali ini diketahui beredar sejumlah media online sejak awal 2024.

Baca Selengkapnya

Pemkot Surabaya Raih Nilai 97 Persen Percepatan Pencegahan Korupsi

1 hari lalu

Pemkot Surabaya Raih Nilai 97 Persen Percepatan Pencegahan Korupsi

Nilai capaian MCP Pemkot Surabaya di atas nilai rata-rata Provinsi Jatim maupun nasional.

Baca Selengkapnya

Syahrul Yasin Limpo Kerap Minta Bayar Tagihan Kacamata hingga Parfum ke Biro Umum Kementan

2 hari lalu

Syahrul Yasin Limpo Kerap Minta Bayar Tagihan Kacamata hingga Parfum ke Biro Umum Kementan

Syahrul Yasin Limpo saat menjabat Menteri Pertanian kerap meminta pegawai Kementan untuk membayar berbagai tagihan, termasuk untuk kacamata.

Baca Selengkapnya

5 Negara Asia Tenggara Dilanda Gelombang Panas, Indonesia Diserang DBD

2 hari lalu

5 Negara Asia Tenggara Dilanda Gelombang Panas, Indonesia Diserang DBD

Negara-negara Asia Tenggara tengah berjuang melawan gelombang panas yang mematikan tahun ini.

Baca Selengkapnya

Sidang Syahrul Yasin Limpo, KPK Hadirkan 4 Saksi

2 hari lalu

Sidang Syahrul Yasin Limpo, KPK Hadirkan 4 Saksi

Tim Jaksa KPK menghadirkan empat saksi pada sidang lanjutan bekas Menteri Pertanian (Kementan) Syahrul Yasin Limpo (SYL)

Baca Selengkapnya