Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Bekas Presiden Filipina Corazon Aquino Meninggal

image-gnews
Iklan
TEMPO Interaktif, Manila - Corazon Aquino, yang menjadi presiden Filipina setelah memimpin unjuk rasa menggulingkan diktator Ferdinand Marcos, meninggal dunia pada Sabtu (1/8) dalam usia 76 tahun.

Unjuk rasa damai besar-besaran yang dipimpin Cory Aguino--begitu ia biasa disapa--berhasil menggulingkan penguasa Filipina selama 20 tahun, Marcos. Penggulingan ini menginspirasikan banyak unjuk rasa lain di dunia, termasuk unjuk rasa yang mengakhiri pemerintahan-pemerintahan komunis di Eropa timur.

Setelah memimpin Filipina, ia dianggap kurang sukses dari sisi ekonomi. Tapi ia masih dicintai di Filipina. Di negeri yang berbatasan dengan Sulawesi Utara itu, Cory masih dipanggil dengan Tita Cory (tante Cory).

Aquino didiagnosa mendapat kanker usus tahun lalu dan sempat dirawat di rumah sakit Filipina selama setahun. Putranya mengatakan bahwa kanker itu sudah menjalar ke organ lain dan ia terlalu lemah menjalani chemotherapy.

Sebulan ini, di saat Aguino kritis, para pendukungnya mengadakan doa setiap hari di gereja-gereja di seluruh Filipina. Misa bagi Aquino akan dilakukan hari ini juga. Sedang di kampung asal Cory, Quezon City, pita kuning dikibarkan.

President Filipina Gloria Macapagal Arroyo, yang sedang mengadakan kunjungan ke Amerika Serikat, segera mengumumkan masa berkabung 10 hari. Arroyo menyebut Cory sebagai orang, "Yang memimpin revolusi untuk memulihkan demokrasi dan berlakunya hukum bangsa kita di saat-saat susah."

Sedang bekas presiden Joseph Estrada mengatakan bahwa Cory adalah perempuan yang kuat sekaligus anggung. "Hari ini negeri kita kehilangan seorang ibu," katanya.

Bahkan pendiri Partai Komunis Filipina, Jose Maria Sison, yang mengasingkan diri ke Belanda setelah dibebaskan Cory pada 1986, juga memberi penghargaan kepadanya.

Tidak ada yang mengira Cory bakal tampil tampil memimpin Filipina. Ia tampil setelah suaminya yang menjadi lawan politik Marcos, Benigno Aguino, ditembak mati di bandara Manila saat ia kembali dari pengasingan di Amerika Serikat.

Pembunuhan itu membuat marah warga Filipina dan mereka menyatukan suara sehingga janda Benigno Aquino, Cory, akhirnya tampil memimpin. Saat mulai perlawanan, pada 1985, Cory mengatakan, "Saya tidak tahu sedikitpun soal kursi presiden."

Cory lahir dengan nama Maria Corazon Cojuangco pada 25 Januari 1933 dari keluarga kaya dan berkuasa di Paniqui. Pendidikan ia jalani di sekolah swasta di Manila dan sarjana Sastra Prancis ia raih dari College of Mount St. Vincent di New York.

Pada 1954, ia menikah dengan Benigno Aquino atau lebih akrab dipanggil Ninoy. Ninoy ini lahir dari keluarga politikus terkemuka. Ia segera saja menjadi gurbernur, senator, dan akhirnya pemimpin oposisi.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Marcos, yang terpilih sebagai presiden 1965, tidak mau dibatasi masa kekuasaannya. Maka pada 1972 ia menyatakan negara dalam keadaan darurat. Ribuan musuh politik, termasuk Ninoy, dipenjara tanpa dakwaan.

Ninoy sempat divonis mati dengan tuduhan terkait pemberontakan komunis. Tapi akhirnya Amerika Serikat menekan dan Marcos membiarkan lawan politiknya itu ke Amerika Serikat untuk menjalani bedah jantung pada 1980. Cory mengikuti ke Amerika.

Tiga tahun di Amerika Serikat, Ninoy memutuskan pulang ke Filipina apapun yang terjadi. Pada 21 Agustus 1983, Ninoy tiba di Manila. Saat turun pesawat ia tewas ditembak. Pemerintah Marcos menuduh pemberontak komunis yang melakukan, tapi semua bukti menunjukkan si penembak adalah seorang tentara yang mengawalnya.

Tiga hari setelah kematian Ninoy, Cory tiba di Manila dan mengikuti prosesi pemakaman suaminya. Ini adalah prosesi pemakaman terbesar yang pernah ada di di Filipina. Sekitar dua juta orang ikut prosesi pemakaman.

Gerakan anti-Marcos memanas. Dua tahun kemudian, pada November 1985, Cory menyerukan ada pemilihan umum. Dalam pemilihan yang digelar 7 Februari 1986, Dewan Nasional menyatakan Marcos menang. Tapi pers, pengamat asing, dan pemimpin gereja seperti Uskup Agung Kardinal Jaime L. Sin menyatakan terjadi kecurangan besar-besaran.

Saat hasil pemilihan umum dipertentangkan, sekelompok perwira militer--termasuk Menteri Pertahanan Juan Ponce Enrile dan sepupu Marcos yang menjadi wakil kepala staf yakni Letnan Jenderal Fidel Ramos, menyatakan melawan Marcos.

Mereka bermarkas di sebuah pangkalan militer kecil di Manila. Gereja Katolik meminta warga memenuhi jalanan sehingga tentara pro-Marcos tidak bisa bergerak ke pangkalan militer anti-Marcos.

Di hari ketiga, Cory nekad muncul di tengah unjuk rasa bersama Enrile dan Ramos. Dari panggung kecil, ia mengatakan, "Untuk pertama kali dalam sejarah dunia, warga sipil dipanggil untuk melindungi militer."

Amerika Serikat ikut menekan Marcos dan meminta ia mundur. Amerika menyediakan transportasi keluar dari Manila. Pada 25 Februari, Marcos dan keluarganya meninggalkan Filipina menuju Hawai, Amerika Serikat. Ia meninggal tidak tahun kemudian. Di hari itu juga, Cory diambil sumpah sebagai presiden baru.

Selama memerintah, ia memiliki sejumlah kebijakan kontroversial. Banyak yang tidak puas terhadap pemerintahannya. Cory mundur pada 1992 setelah
enam tahun memerintah.


AP/NK

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Abu Sayyaf Serang Permukiman Dinihari Tadi, 9 Warga Dibunuh

21 Agustus 2017

Kelompok bersenjata Abu Sayyaf di Filipina, Februari 2009. REUTERS
Abu Sayyaf Serang Permukiman Dinihari Tadi, 9 Warga Dibunuh

Sekitar 60 milisi Abu Sayyaf menyerang Kota Maluso di Pulau Basilian, Filipina selatan, dinihari tadi, menyebabkan 9 warga sipil tewas dan 10 terluka.


Duh, Duterte Sebut Universitas Oxford Tempat Kuliah Orang Bodoh

27 Juli 2017

Rodrigo Duterte. REUTERS
Duh, Duterte Sebut Universitas Oxford Tempat Kuliah Orang Bodoh

Duterte mencerca Oxford setelah universitas itu merilis hasil penelitian perihal sang presiden dan buzzer atau penggaung di media sosial.


Melukis Gunakan Darah, Begini Hasilnya --Oops

8 Juli 2017

Kel Cruz dan salah satu lukisannya. oddyitycentral.com
Melukis Gunakan Darah, Begini Hasilnya --Oops

Kel Cruz, seniman asal Kota Quezon, Filipina menggunakan berbagai elemen unik termasuk darah untuk melukis


Filipina Umumkan Presiden Duterte Masih Hidup dan Sehat

27 Juni 2017

Presiden Filipina, Rodrigo Duterte, melakukan
Filipina Umumkan Presiden Duterte Masih Hidup dan Sehat

Pemerintah Filipina akhirnya angkat bicara soal keberadaan Presiden Rodrigo Duterte yang belakangan diisukan sakit berat karena jarang terlihat.


Militer Filipina: Militan ISIS di Marawi Menyamar Jadi Pengungsi

29 Mei 2017

Militer Filipina mengikuti salat Jumat berjamaah si sebuah masjid di kota Marawi, Filipina Selatan, 26 Mei 2017. Pejabat Filipina mengatakan bahwa kota Marawi tengah dikuasai milita Maute yang merupakan gerilyawan terkait ISIS. (Jes Aznar/Getty Images)
Militer Filipina: Militan ISIS di Marawi Menyamar Jadi Pengungsi

Sejak peperangan berlangsung, hampir 200 ribu penduduk Marawi mengungsi ke Iligan berjarak sektar 38 kilometer ke arah utara.


Lelucon Kontraversial Duterte, Izinkan Tentara Perkosa 3 Wanita

28 Mei 2017

Presiden Filipina Rodrigo Duterte (kiri), dan Pasangannya Honeylet Avancena mengobrol saat mereka menunggu kedatangan para pemimpin Asia Tenggara untuk upacara pembukaan KTT ASEAN Leader ke-30 di Manila, Filipina, 29 April 2017. Pasangan ini terlihat mesra saat menyambut tamu negara. AP/Bullit Marquez
Lelucon Kontraversial Duterte, Izinkan Tentara Perkosa 3 Wanita

Presiden Rodrigo Duterte dengan nada bercanda, membuat lelucon bahwa anggota militer dapat memperkosa sampai 3 wanita.


Situasi Marawi Mencekam, KJRI Terus Berkomunikasi dengan WNI  

27 Mei 2017

Asap hitam mengepul ke langit, usai militer pemerintah Filipina melancarkan serangan udara ke sebuah lokasi yang telah dikuasai oleh militan Maute di kota Marawi, Filipina Selatan, 27 Mei 2017. REUTERS
Situasi Marawi Mencekam, KJRI Terus Berkomunikasi dengan WNI  

Iqbal menjelaskan ke-17 WNI dalam keadaan baik tinggal di Kota Marawi.


Gereja Filipina: Duterte Terapkan Darurat Militer Lawan ISIS

25 Mei 2017

Pasukan militer Filipina tengah terlibat baku tembak dengan militan Maute yang telah menguasai sebagian kota Marawi di Filipina Selatan, 25 Mei 2017. REUTERS
Gereja Filipina: Duterte Terapkan Darurat Militer Lawan ISIS

Uskup memperingatkan warga Marawi agar berhati-hati dan bekerjasama dengan militer.


Melawan ISIS, Militer Filipina Lancarkan Serangan ke Marawi

25 Mei 2017

Pasukan militer Filipina tengah terlibat baku tembak dengan militan Maute yang telah menguasai sebagian kota Marawi di Filipina Selatan, 25 Mei 2017. REUTERS
Melawan ISIS, Militer Filipina Lancarkan Serangan ke Marawi

Angkatan Bersenjata Filipina mengerahkan sekitar 100 pasukan didukung oleh helikopter guna merebut Marawi dari tangan Maute.


Ini Profil Kelompok Maute, Pelaku Serangan Marawi

24 Mei 2017

Tentara dilaporkan bertempur dengan kelompok afiliasi ISIS di Marawi, Filipina. Twitter.com
Ini Profil Kelompok Maute, Pelaku Serangan Marawi

Kelompok Maute yang juga dikenal sebagai Dawlah Islamiya Filipina kini menjadi sorotan atas serangannya terhadap Kota Marawi, Selasa lalu.