Peraih Nobel Perdamaian dan Pahlawan Afrika Selatan Desmond Tutu Meninggal

Reporter

Tempo.co

Minggu, 26 Desember 2021 15:30 WIB

Uskup Agung Desmond Tutu saat peluncuran kampanye hak asasi manusia yang menandai peringatan 60 tahun penandatanganan Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia, 10 Desember 2007. [REUTERS/Mike Hutchings (AFRIKA SELATAN)]

TEMPO.CO, Jakarta - Uskup Agung Desmond Tutu, peraih Nobel Perdamaian dan veteran perjuangan Afrika Selatan melawan kekuasaan minoritas kulit putih, meninggal pada Minggu dalam usia 90 tahun, kata kantor kepresidenan Afrika Selatan.

Pada 1984 Desmond Tutu memenangkan Hadiah Nobel Perdamaian untuk perlawanannya tanpa kekerasan terhadap apartheid. Sepuluh tahun kemudian, dia menyaksikan berakhirnya rezim itu dan dia memimpin Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi, yang dibentuk untuk mengungkap kekejaman yang dilakukan selama hari-hari kelam itu.

Berjuang tanpa lelah sepanjang tahun 1980-an, Tutu menjadi wajah gerakan anti-apartheid di luar negeri sementara banyak pemimpin pemberontak Kongres Nasional Afrika (ANC), seperti Nelson Mandela, berada di balik jeruji besi.

Pada bulan Februari 1990, Tutu mendampingi Nelson Mandela ke balkon di Balai Kota Cape Town yang menghadap ke alun-alun tempat ANC membuat pidato publik pertamanya setelah 27 tahun di penjara.

Ketika Mandela memperkenalkan Afrika Selatan pada demokrasi, Tutu mengepalai Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi yang mengungkap kebenaran mengerikan tentang perang melawan pemerintahan kulit putih.

Advertising
Advertising

Beberapa kesaksian yang menyayat hati membuatnya menangis di depan umum.

Desmond Tutu, seorang pribadi yang blak-blakan, dianggap sebagai hati nurani bangsa oleh masyarakat kulit Hitam dan Putih, sebuah bukti abadi atas iman dan semangat rekonsiliasinya di negara yang terpecah.

Uskup Agung Desmond Tutu (tengah), Utusan PBB Liga Arab Suriah Lakhdar Brahimi (kanan), dan mantan Sekretaris Jenderal PBB Kofi Annan saat tiba di Stadion FNB di Afrika Selatan, (10/12). Kehadiran mereka di Afsel untuk ikut upacara peringatan Nelson Mandela. (AP Photo/SABC Pool)

Desmond Tutu didiagnosis menderita kanker prostat pada akhir 1990-an dan dalam beberapa tahun terakhir ia beberapa kali dirawat di rumah sakit untuk mengobati infeksi yang terkait dengan pengobatan kankernya.

"Meninggalnya Uskup Agung Emeritus Desmond Tutu adalah babak lain dari duka dalam perpisahan bangsa kita dengan generasi Afrika Selatan yang luar biasa yang telah mewariskan kepada kita Afrika Selatan yang dibebaskan," kata Presiden Cyril Ramaphosa, dikutip dari Reuters, 26 Desember 2021.

"Desmond Tutu adalah seorang patriot tanpa tandingan."

Kepresidenan Afrika Selatan tidak memberikan rincian tentang penyebab kematian.

Di panggung global, aktivis hak asasi manusia itu berbicara di berbagai topik, mulai dari pendudukan Israel di wilayah Palestina hingga hak-hak gay, perubahan iklim dan kematian yang dibantu.

Dia menggunakan posisi tingginya di Gereja Anglikan untuk menyoroti penderitaan orang kulit hitam Afrika Selatan.

Ditanya tentang pengunduran dirinya sebagai Uskup Agung Cape Town pada tahun 1996, Desmond Tutu berkata: "Perjuangan itu cenderung membuat seseorang menjadi kasar dan lebih dari sekadar merasa benar sendiri. Saya berharap orang-orang akan memaafkan saya setiap luka yang mungkin saya sebabkan terhadap mereka."

Desmond Tutu berkhotbah menentang tirani minoritas kulit putih dan bahkan setelah berakhir, dia tidak pernah goyah dalam perjuangannya untuk Afrika Selatan yang lebih adil, meminta elit politik kulit Hitam untuk bertanggung jawab dengan penuh semangat seperti halnya orang Afrika kulit putih.

Di tahun-tahun terakhirnya, dia menyesal bahwa mimpinya tentang "Bangsa Pelangi" belum terwujud.

"Akhirnya, pada usia 90, dia meninggal dengan tenang di Oasis Frail Care Center di Cape Town pagi ini," kata Dr Ramphhela Mamphele, penjabat ketua Uskup Agung Desmond Tutu IP Trust dan Koordinator Kantor Uskup Agung, menyampaikan pernyataan mewakili keluarga Desmond Tutu.

Baca juga: Nelson Mandela, 27 Tahun Berjuang Melawan Apartheid Tanpa Kekerasan

REUTERS

Berita terkait

Daftar Negara yang Mendukung Palestina, Ada Indonesia

21 jam lalu

Daftar Negara yang Mendukung Palestina, Ada Indonesia

Mulai dari Indonesia hingga Afrika Selatan, berikut ini adalah negara yang mendukung Palestina melawan agresi Israel

Baca Selengkapnya

Sidang Kedua di ICJ, Afrika Selatan: Serangan Israel di Rafah Harus Dihentikan!

1 hari lalu

Sidang Kedua di ICJ, Afrika Selatan: Serangan Israel di Rafah Harus Dihentikan!

Afrika Selatan meminta ICJ untuk mendesak Israel agar segera menarik pasukannya dan menghentikan serangan militer mereka di Kota Rafah, Gaza

Baca Selengkapnya

Untuk Kedua Kali Afrika Seret Israel ke ICJ, Apa Kasusnya Kali ini?

1 hari lalu

Untuk Kedua Kali Afrika Seret Israel ke ICJ, Apa Kasusnya Kali ini?

Afrika Selatan kembali membawa kasus genosida Israel ke ICJ dan meminta penghentian darurat serangan ke Rafah.

Baca Selengkapnya

ICJ akan Gelar Sidang Serangan Israel ke Rafah Pekan Ini

3 hari lalu

ICJ akan Gelar Sidang Serangan Israel ke Rafah Pekan Ini

Pengadilan tinggi PBB (ICJ) menggelar sidang atas permintaan Afrika Selatan agar Israel dipaksa menghentikan serangan ke Rafah

Baca Selengkapnya

Pelapor COVID-19 Cina Diperkirakan Bebas setelah 4 Tahun Dipenjara

4 hari lalu

Pelapor COVID-19 Cina Diperkirakan Bebas setelah 4 Tahun Dipenjara

Seorang jurnalis warga yang dipenjara selama empat tahun setelah dia mendokumentasikan fase awal wabah virus COVID-19 dari Wuhan pada 2020.

Baca Selengkapnya

Afrika Selatan Minta ICJ Perintahkan Israel Mundur dari Rafah

7 hari lalu

Afrika Selatan Minta ICJ Perintahkan Israel Mundur dari Rafah

Afrika Selatan mengupayakan tindakan darurat baru atas serangan terbaru Israel terhadap Rafah, kota selatan di Gaza.

Baca Selengkapnya

4 Fakta Project Nimbus, Layanan Teknologi untuk Israel yang Didemo Pekerja Google dan Amazon

10 hari lalu

4 Fakta Project Nimbus, Layanan Teknologi untuk Israel yang Didemo Pekerja Google dan Amazon

Project Nimbus merupakan kontrak yang menyediakan bantuan teknologi kepada Israel.

Baca Selengkapnya

Lima Protes Mahasiswa yang Mengubah Sejarah

11 hari lalu

Lima Protes Mahasiswa yang Mengubah Sejarah

Gelombang protes mahasiswa pro-Palestina sedang terjadi di seluruh bagian dunia, sebuah gerakan yang diharapkan dapat menghentikan genosida di Gaza.

Baca Selengkapnya

Jaksa ICC Wawancarai Staf Dua Rumah Sakit Gaza soal Kejahatan Perang Israel

18 hari lalu

Jaksa ICC Wawancarai Staf Dua Rumah Sakit Gaza soal Kejahatan Perang Israel

Jaksa dari Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) dilaporkan telah mewawancarai staf dari dua rumah sakit terbesar di Gaza

Baca Selengkapnya

Ditemukan Kuburan Massal di Khan Younis Gaza, Afrika Selatan Serukan Investigasi

22 hari lalu

Ditemukan Kuburan Massal di Khan Younis Gaza, Afrika Selatan Serukan Investigasi

Afrika Selatan menyerukan pada komunitas internasional agar dilakukan investigasi yang menyeluruh terkait temuan kuburan massal di Gaza

Baca Selengkapnya