Populasi Menua, Jepang Ingin Buka Pintu Lebar untuk Tenaga Kerja Asing

Reporter

Tempo.co

Kamis, 18 November 2021 15:00 WIB

Seorang pekerja menyemprotkan glasir ke toilet di pabrik toilet Toto di Kitakyushu, Jepang, 6 Februari 2020. Menjelang berlangsungnya Olimpiade 2020, Jepang memproduksi toilet duduk secara massal. REUTERS/Sakura Murakami

TEMPO.CO, Jakarta - Jepang ingin mengizinkan tenaga kerja asing untuk mengisi lapangan pekerjaan kerah biru tertentu untuk tinggal tanpa batas mulai pada awal tahun fiskal 2022, kata seorang pejabat kementerian kehakiman pada Kamis. Ini adalah perubahan besar bagi Jepang yang dikenal sebagai negara yang tertutup bagi imigran.

Di bawah undang-undang yang mulai berlaku pada 2019, kategori "pekerja terampil tertentu" di 14 sektor seperti pertanian, perawatan dan sanitasi, telah diberikan visa tetapi masa tinggal telah dibatasi hingga lima tahun dan tanpa anggota keluarga untuk pekerja di semua sektor kecuali sektor konstruksi dan galangan kapal.

Namun, perusahaan menganggap pembatasan tersebut menghambat penyerapan buruh migran sehingga mereka ragu-ragu untuk menyewa tenaga kerja asing, dan pemerintah telah berusaha untuk meringankan pembatasan tersebut di bidang lain.

Jika revisi tersebut berlaku, para buruh migran, yang di antaranya banyak berasal dari Vietnam dan Cina, akan diizinkan untuk memperbarui visa mereka tanpa batas waktu dan membawa serta keluarga mereka.

Perempuan lanjut usia berjalan di Akita, Prefektur Akita, di Jepang utara, 23 Juni 2018.[REUTERS/Kiyoshi Takenaka]

Advertising
Advertising

Juru bicara pemerintah Hirokazu Matsuno menekankan, bagaimanapun, bahwa perubahan semacam itu tidak berarti tempat tinggal permanen otomatis, yang akan memerlukan proses aplikasi terpisah.

Imigrasi telah lama menjadi tabu di Jepang karena negara itu menekankan homogenitas etnis, tetapi tekanan telah meningkat untuk membuka perbatasannya karena kekurangan tenaga kerja yang akut mengingat populasinya yang semakin berkurang dan menua.

"Karena populasi yang menyusut menjadi masalah yang lebih serius dan jika Jepang ingin dilihat sebagai pilihan yang baik bagi pekerja luar negeri, perlu dikomunikasikan bahwa ia memiliki struktur yang tepat untuk menyambut mereka," kata Toshihiro Menju, direktur pelaksana think tank Japan Center for International Exchange, mengatakan kepada Reuters, 18 November 2021.

Undang-undang 2019 dimaksudkan untuk menarik sekitar 345.000 "pekerja terampil tertentu" selama lima tahun, tetapi asupannya telah mencapai sekitar 3.000 per bulan sebelum pandemi Covid-19 menutup perbatasan, menurut data pemerintah.

Pada akhir 2020, Jepang menampung 1,72 juta tenaga kerja asing, dari total populasi 125,8 juta dan hanya 2,5% dari populasi pekerjanya.

Baca juga: Populasi Jepang Menyusut, Banyak Rumah Kosong Ditawarkan Gratis

REUTERS

Berita terkait

Tak Hanya India, Jepang Juga Kecewa Atas Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

3 jam lalu

Tak Hanya India, Jepang Juga Kecewa Atas Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Pemerintah Jepang menanggapi komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor penghambat pertumbuhan ekonomi di Cina, India dan Jepang.

Baca Selengkapnya

Fakta Bandara Internasional Kansai Jepang, Biaya Pembangunan Termahal dan Terancam Tenggelam

6 jam lalu

Fakta Bandara Internasional Kansai Jepang, Biaya Pembangunan Termahal dan Terancam Tenggelam

Mulai dari lokasi pembangunannya di pulau buatan sampai ancaman tenggelam, simak informasi menarik tentang Bandara Internasional Kansai Jepang.

Baca Selengkapnya

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

8 jam lalu

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Menteri Luar Negeri India menolak komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor yang menghambat pertumbuhan ekonomi negaranya.

Baca Selengkapnya

Bandara di Jepang Ini Tak Pernah Kehilangan Bagasi Penumpang, Apa Rahasianya?

8 jam lalu

Bandara di Jepang Ini Tak Pernah Kehilangan Bagasi Penumpang, Apa Rahasianya?

Bandara Internasional Kansai Jepang pertama kali dibuka pada 1994, dan diperkirakan melayani 28 juta penumpang per tahun.

Baca Selengkapnya

Jepang Juara Piala Asia U-23 2024 Usai Kalahkan Uzbekistan 1-0

23 jam lalu

Jepang Juara Piala Asia U-23 2024 Usai Kalahkan Uzbekistan 1-0

Timnas U-23 Jepang keluar sebagai juara Piala Asia U-23 2024 setelah mengalahkan Uzbekistan pada partai final. Rekor sempurna Uzbekistan runtuh.

Baca Selengkapnya

Resmi Pensiun, Kento Momota Nikmati Persaingan dengan Anthony Sinisuka Ginting hingga Viktor Axelsen

1 hari lalu

Resmi Pensiun, Kento Momota Nikmati Persaingan dengan Anthony Sinisuka Ginting hingga Viktor Axelsen

Kento Momota ingin membuat lebih banyak orang mencintai bulu tangkis lebih dari dia mencitainya usai resmi pensiun.

Baca Selengkapnya

Duel Jepang vs Uzbekistan di Final Piala Asia U-23 2024, Simak Perjalanan Kedua Tim ke Laga Puncak

1 hari lalu

Duel Jepang vs Uzbekistan di Final Piala Asia U-23 2024, Simak Perjalanan Kedua Tim ke Laga Puncak

Duel Timnas U-23 Jepang vs Uzbekistan akan tersaji pada babak final Piala Asia U-23 2024 di Stadion Jassim Bin Hamad. Bagaimana perjalanan kedua tim?

Baca Selengkapnya

Preview Timnas U-23 Jepang vs Uzbekistan di Final Piala Asia U-23 2024 Malam Ini

1 hari lalu

Preview Timnas U-23 Jepang vs Uzbekistan di Final Piala Asia U-23 2024 Malam Ini

Duel Timnas U-23 Jepang vs Uzbekistan akan tersaji pada babak final Piala Asia U-23 2024 di Stadion Jassim Bin Hamad pada Jumat, 3 Mei 2024.

Baca Selengkapnya

Barang Pekerja Migran Bebas Masuk tapi Harus Ikuti Peraturan Menteri Keuangan, Apa Saja Syaratnya?

1 hari lalu

Barang Pekerja Migran Bebas Masuk tapi Harus Ikuti Peraturan Menteri Keuangan, Apa Saja Syaratnya?

Kementerian Perdagangan menghapus pembatasan jumlah maupun jenis pengiriman atau barang impor milik pekerja migran (PMI) tapi tetap diawasi Bea Cukai

Baca Selengkapnya

Top 3 Dunia: Arab Saudi Terbitkan Aturan Baru Haji 2024 dan Jepang Kucurkan Bantuan untuk Papua

1 hari lalu

Top 3 Dunia: Arab Saudi Terbitkan Aturan Baru Haji 2024 dan Jepang Kucurkan Bantuan untuk Papua

Top 3 dunia pada 2 Mei 2024, di antaranya pelapor yang menuduh Boeing telah mengabaikan cacat produksi 737 MAX, meninggal.

Baca Selengkapnya