Berbagai Alasan di Balik Warga Bereksodus: Afghanistan, Suriah, Myanmar

Reporter

Tempo.co

Editor

Dwi Arjanto

Jumat, 12 November 2021 13:16 WIB

Angkatan laut Bangladesh mendata para warga Rohingya yang menuju ke kapal untuk dipindahkan ke pulau Bhasan Char di Chattogram, Bangladesh, 29 Desember 2020. Sekitar satu juta pengungsi dari Rohingya melarikan diri dari Myanmar untuk menghindari pembantaian etnis pada 2017 lalu. REUTERS/Mohammad Ponir Hossain

TEMPO.CO, Jakarta -Menurut laporan yang dirilis oleh Norwegian Refugee Council (NRC) pada hari Rabu, 10 November menyebutkan ada sekitar 4.000 hingga 5.000 warga Afghanistan yang menyeberang ke Iran setiap harinya semenjak Taliban menguasai Kabul pada bulan Agustus yang lalu.

NRC menyebutkan bahwa total sudah ada sekitar 300.000 warga Afghanistan yang melintasi perbatasan sejak berkuasanya kembali Taliban di Afghanistan.

Perginya warga Afghanistan menyeberang ke negara lain sering disebut dengan eksodus. Selain Afghanistan, banyak negara yang penduduknya melakukan eksodus dengan berbagai alasan. Sebut saja Suriah, Palestina, hingga Myanmar.

Lalu, apa saja alasan di balik eksodus yang dilakukan oleh banyak warga di sejumlah belahan negeri itu?

  1. Bencana alam

Terjadinya suatu bencana alam, seperti gempa bumi, tsunami, badai, atau banjir besar bisa mendorong terjadinya eksodus masyarakat pada suatu wilayah. Hal ini dilatarblekangi oleh masyarakat yang ingin mencari tempat aman dari bencana yang sedang dihadapi. Contoh wilayah yang penduduknya eksodus karena bencana alam adalah Indonesia. Ketika terjadi gempa di Palu, beberapa tahun yang lalu, banyak masyarakat Palu yang memutuskan untuk pergi dari Palu menuju tempat yang lebih aman.

  1. Perang

Perang yang terjadi pada suatu wilayah juga bisa mendorong terjadinya eksodus. Hal ini karena masyarakat di wilayah tersebut merasa tidak aman dan nyaman ketika terjadinya perang yang sangat merugikan mereka, baik secara materil maupun nonmateril.

Banyak contoh wilayah yang penduduknya eksodus karena terjadi perang, seperti Suriah, Afghanistan, Irak, dan banyak negara lainnya.

  1. Situasi Konflik Politik

Situasi politik yang tidak stabil bisa berpengaruh terhadap terjadinya eksodus. Situasi politik yang tidak stabil bisa menyasar atau mengarah kepada kelompok suku, etnis, atau agama tertentu.

Oleh karena itu, jika situasi politik sedang tidak stabil banyak masyarakat yang memutuskan untuk melakukan eksodus.

Salah satu contoh dari eksodus akibat situasi konflik politik, berbeda dengan konflik Afghanistan, adalah eksodus yang dilakukan oleh penduduk keturunan Tionghoa di Indonesia pada 1998. Saat itu, situasi politik di Indonesia sedang tidak stabil dan terjadi sentimen terhadap keturunan Tionghoa. Oleh karena itu, banyak keturunan Tionghoa yang eksodus menuju Singapura ataupun Hong Kong.

EIBEN HEIZIER

Baca juga: 5.000 Warga Afghanistan Perhari Eksodus ke Iran: Taliban dan ISIS Beda Tipis?

Advertising
Advertising

Berita terkait

Parlemen Arab Desak Investigasi Internasional Kuburan Massal di Gaza

4 jam lalu

Parlemen Arab Desak Investigasi Internasional Kuburan Massal di Gaza

Parlemen Arab menyerukan investigasi internasional independen menyusul penemuan kuburan massal di Rumah Sakit Al-Shifa dan Rumah Sakit Nasser di Gaza

Baca Selengkapnya

Di World Water Forum ke-10, RI Akan Usul Penetapan Hari Danau Sedunia

1 hari lalu

Di World Water Forum ke-10, RI Akan Usul Penetapan Hari Danau Sedunia

Pemerintah Indonesia akan mengusulkan penetapan Hari Danau Sedunia dalam acara World Water Forum ke-10 yang dihelat di Bali pada 18-25 Mei 2024.

Baca Selengkapnya

Siprus Lanjutkan Bantuan Pangan ke Gaza Via Laut Pasca-Pembunuhan Relawan WCK

1 hari lalu

Siprus Lanjutkan Bantuan Pangan ke Gaza Via Laut Pasca-Pembunuhan Relawan WCK

Pengiriman bantuan pangan ke Gaza dari Siprus melalui jalur laut dilanjutkan pada Jumat malam

Baca Selengkapnya

PBB: Butuh 14 Tahun untuk Bersihkan Puing-puing di Gaza

2 hari lalu

PBB: Butuh 14 Tahun untuk Bersihkan Puing-puing di Gaza

Serangan Israel ke Gaza telah meninggalkan sekitar 37 juta ton puing di wilayah padat penduduk, menurut Layanan Pekerjaan Ranjau PBB

Baca Selengkapnya

Eks Ketua HRW: Israel Halangi Penyelidikan Internasional terhadap Kuburan Massal di Gaza

2 hari lalu

Eks Ketua HRW: Israel Halangi Penyelidikan Internasional terhadap Kuburan Massal di Gaza

Pemblokiran Israel terhadap penyelidik internasional memasuki Jalur Gaza menghambat penyelidikan independen atas kuburan massal yang baru ditemukan

Baca Selengkapnya

Giliran KKP Tangkap Kapal Asing Malaysia yang Menangkap Ikan di Selat Malaka

2 hari lalu

Giliran KKP Tangkap Kapal Asing Malaysia yang Menangkap Ikan di Selat Malaka

KKP meringkus satu kapal ikan asing ilegal berbendera Malaysia saat kedapatan menangkap ikan di Selat Malaka.

Baca Selengkapnya

70 Persen dari Ribuan Korban Jiwa di Gaza adalah Perempuan

3 hari lalu

70 Persen dari Ribuan Korban Jiwa di Gaza adalah Perempuan

ActionAid mencatat setidaknya 70 persen dari ribuan korban jiwa di Gaza adalah perempuan dan anak perempuan.

Baca Selengkapnya

Jamaika secara Resmi Mengakui Palestina sebagai Negara

4 hari lalu

Jamaika secara Resmi Mengakui Palestina sebagai Negara

Jamaika secara resmi mengumumkan pengakuan Palestina sebagai sebuah negara setelah musyawarah kabinet.

Baca Selengkapnya

Perang Saudara Myanmar: Kelompok Perlawanan Tarik Pasukan dari Perbatasan Thailand

4 hari lalu

Perang Saudara Myanmar: Kelompok Perlawanan Tarik Pasukan dari Perbatasan Thailand

Tentara Pembebasan Nasional Karen memutuskan menarik pasukannya dari perbatasan Thailand setelah serangan balasan dari junta Myanmar.

Baca Selengkapnya

Ratusan Mayat Ditemukan di Dua RS di Gaza, PBB Serukan Penyelidikan

4 hari lalu

Ratusan Mayat Ditemukan di Dua RS di Gaza, PBB Serukan Penyelidikan

PBB menyerukan dilakukannya penyelidikan atas temuan ratusan mayat di dua rumah sakit di Gaza.

Baca Selengkapnya