Penjara Rusia Masukkan Alexei Navalny ke Kelompok Teroris

Reporter

Tempo.co

Selasa, 12 Oktober 2021 08:30 WIB

Pemimpin oposisi Rusia Alexei Navalny saat mendengarkan pengumuman putusan pengadilan di Moskow, Rusia pada 2 Februari 2021. Press Service of Simonovsky District Court/Handout via REUTERS

TEMPO.CO, Jakarta - Alexei Navalny, politikus yang suka mengkritik Kremlin, menyebut komisi di penjara telah menetapkannya sebagai seorang ekstrimis dan teroris. Namun Navalny tidak lagi dianggap sebagai narapidana yang berisiko melarikan diri.

Melalui Instagram, Navalny mengatakan dia telah dipanggil ke hadapan sebuah komisi, yang memutuskan dengan suara bulat untuk mengubah statusnya dalam penjara.

Pemimpin oposisi Rusia, Alexei Navalny bersama dengan istrinya Yulia Navalnaya, saat tiba di bandara Sheremetyevo, Moskow, Rusia, 17 Januari 2021. REUTERS/Reuters TV

Advertising
Advertising

Perubahan status Navalny dalam penjara itu dinilai bisa memantik ketegangan dan tekanan pada Navalny, salah satu politikus berpengaruh di Rusia. Navalny saat ini sedang menjalani masa tahanan untuk vonis 2,5 tahun atas tuduhan telah melanggar aturan pembebasan bersyarat. Tuduhan itu disebut Navalny dibuat-buat demi menggagalkan ambisi politiknya.

Navalny mengaku menyambut positif fakta bahwa dia tidak lagi dianggap sebagai tahanan yang berisiko melarikan diri sehingga dia tidak terlalu sering lagi di cek oleh sipir pada malam hari.

“Hanya saja sekarang ini ada tanda di tempat tidur saya bahwa saya ini seorang teroris,” tulis Navalny di Instagram, yang di unggah atas bantuan pengacaranya.

Otoritas Rusia belum mengeluarkan komentar mengenai perubahan status Navalny tersebut. Federal Penitentiary Service (FSIN) juga belum mau berkomentar atas hal ini.

Navalny, 45 tahun, dijebloskan ke penjara setiba di Rusia setelah setahun berada di Jerman untuk menjalani perawatan karena di racun. Dia kena racun yang cukup langka, yakni racun saraf, pada Agustus 2020 ketika dia berada di Siberia. Kremlin menyangkal telah terlibat dalam peristiwa meracun Navalny tersebut.

Baca juga: Oposisi Kecewa Google dan Apple Tunduk ke Rusia Soal Aplikasi Alexei Navalny

Sumber: Reuters

Berita terkait

Malaysia Tangkap 20 Anggota Jamaah Islamiyah Pascaserangan Kantor Polisi di Johor Bahru

2 jam lalu

Malaysia Tangkap 20 Anggota Jamaah Islamiyah Pascaserangan Kantor Polisi di Johor Bahru

Lebih dari 20 orang yang diyakini anggota kelompok teroris Jamaah Islamiyah (JI) telah ditangkap polisi Malaysia.

Baca Selengkapnya

Xi Jinping dan Putin Makin Mesra, Janjikan Hubungan Lebih Erat

22 jam lalu

Xi Jinping dan Putin Makin Mesra, Janjikan Hubungan Lebih Erat

Putin mengunjungi Cina dan bertemu Xi Jinping setelah dilantik kembali sebagai Presiden Rusia.

Baca Selengkapnya

Ingin Israel Dihukum, 5 Negara Ini Kritik Ancaman AS Kepada Mahkamah Pidana Internasional

1 hari lalu

Ingin Israel Dihukum, 5 Negara Ini Kritik Ancaman AS Kepada Mahkamah Pidana Internasional

Sejumlah pihak bereaksi setelah Amerika mengancam hakim ICC jika mengeluarkan surat penangkapan kepada PM Israel, Benjamin Netanyahu.

Baca Selengkapnya

Sri Lanka Akui 16 Warganya Tewas Saat Berperang dalam Konflik Rusia-Ukraina

1 hari lalu

Sri Lanka Akui 16 Warganya Tewas Saat Berperang dalam Konflik Rusia-Ukraina

Setidaknya 16 tentara bayaran Sri Lanka tewas dalam perang antara Rusia dan Ukraina, kata wakil menteri pertahanan pulau itu pada Rabu.

Baca Selengkapnya

Putin Tiba di Cina atas Undangan Xi Jinping, Pertama Sejak Terpilih Kembali

1 hari lalu

Putin Tiba di Cina atas Undangan Xi Jinping, Pertama Sejak Terpilih Kembali

Presiden Rusia Vladimir Putin tiba di ibu kota Cina, Beijing, untuk memulai kunjungan resmi selama dua hari atas undangan Xi Jinping

Baca Selengkapnya

Vladimir Putin Akui Dapat Dukungan Beijing untuk Akhiri Perang Ukraina dengan Damai

2 hari lalu

Vladimir Putin Akui Dapat Dukungan Beijing untuk Akhiri Perang Ukraina dengan Damai

Vladimir Putin mendapat dukungan dari Beijing agar bisa menyelesaikan krisis Ukraina dengan damai.

Baca Selengkapnya

Belum Terbitkan Surat Penangkapan untuk Netanyahu, Jaksa ICC Dikecam Tiga Negara Ini

2 hari lalu

Belum Terbitkan Surat Penangkapan untuk Netanyahu, Jaksa ICC Dikecam Tiga Negara Ini

Jaksa ICC disebut takut terhadap ancaman dari Kongres AS dan dipertanyakan independensinya.

Baca Selengkapnya

Belajar Teknologi Drone, 10 Mahasiswa STIK Polri Kursus Singkat di Universitas Kepolisian Korea Selatan

2 hari lalu

Belajar Teknologi Drone, 10 Mahasiswa STIK Polri Kursus Singkat di Universitas Kepolisian Korea Selatan

Selain teknologi drone, mahasiswa STIK Polri juga mempelajari forensik untuk mencari barang bukti penyebab terjadinya pembunuhan.

Baca Selengkapnya

BNPT Ajukan 3 Upaya Penanganan Anak Korban Tindak Pidana Terorisme di CCPCJ

2 hari lalu

BNPT Ajukan 3 Upaya Penanganan Anak Korban Tindak Pidana Terorisme di CCPCJ

Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Republik Indonesia (BNPT RI), mewakili Indonesia dalam Sidang ke-33 Komisi Pencegahan Kejahatan dan Peradilan Pidana (the Commission on Crime Prevention and Criminal Justice ( CCPCJ ).

Baca Selengkapnya

Ungkap Kejahatan Perang Australia di Afghanistan, Tentara Divonis Hampir Enam Tahun Penjara

2 hari lalu

Ungkap Kejahatan Perang Australia di Afghanistan, Tentara Divonis Hampir Enam Tahun Penjara

Pengadilan Australia menjatuhkan hukuman hampir enam tahun penjara kepada eks pengacara militer yang ungkap tuduhan kejahatan perang di Afghanistan

Baca Selengkapnya