Top 3 Dunia, dari Dipenjaranya Penyokong ISIS Hingga Taliban Cambuk Perempuan
Reporter
Tempo.co
Editor
Istman Musaharun Pramadiba
Jumat, 10 September 2021 06:00 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Top 3 Dunia pada hari Kamis, 9 September 2021, didominasi oleh berita dari Afghanistan. Masih perihal Taliban, mereka melakukan berbagai cara untuk memastikan pemerintahan baru yang mereka bentuk di Afghanistan berjalan lancar dan tanpa perlawanan.
Salah satu langkah yang mereka lakukan adalah memukuli dan mencambuk kelompok pengunjuk rasa perempuan yang memprotes susunan pemerintahan baru di Afghanistan. Dikabarkan sebelumnya, Taliban mengisi pemerintahan Afghanistan dengan pejabat-pejabat seniornya di mana semuanya pria, tak ada satupun perempuan. Hal itu jauh dari sifat terbuka dan inklusif yang diminta berbagai pihak.
Langkah lain yang mereka ambil adalah meminta mantan pegawai dan pejabat pemerintahan sebelumnya untuk kembali ke Afghanistan. Taliban mengakui pengalaman dan kemampuan mereka dibutuhkan. Sebagai imbalannya, Taliban akan menjamin keamanan dan keselamatan mereka.
Di luar Afghanistan, berita terpopuler datang dari Singapura. Di sana, seorang pengusaha dijatuhi hukuman penjara tiga tahun 10 bulan karena ketahun menyokong proses rekrutmen ISIS. Terpidana memberikan uang kepada orang yang hendak direkrut ISIS untuk melakukan perjalanan ke Suriah.
Berikut berita selengkapnya:
<!--more-->
1. Pengusaha Singapura Dipenjara 3 Tahun Lebih Karena Kirim Uang Rp 10 Juta ke ISIS
Seorang pengusaha pria Singapura, Mohammaed Kazali Salleh dijatuhi hukuman penjara tiga tahun 10 bulan pada Kamis, 9 September 2021. Dia terbukti bersalah memberikan uang kepada seorang pria Malaysia yang melakukan perjalanan ke Suriah untuk bergabung dengan kelompok teroris ISIS.
Kazali yang berusia 51 tahun, memberikan sekitar S$ 1.000 atau Rp 10 juta kepada Wan Mohd Aquil Wan Zainal Abidin alias Akel, anggota ISIS warga negara Malaysia.
Kasus ini merupakan yang pertama kalinya di Singapura. Pelaku yang mendanai perjalanan seseorang terkait terorisme masuk ke ranah pengadilan.
Saat peristiwa terjadi, Kazali adalah seorang pengusaha yang beroperasi di luar Johor Bahru, Malaysia. Pengadilan mendengar bahwa Kazali berteman dengan Akel di Kuala Lumpur pada 2009.
Berita selengkapnya
<!--more-->
2. Taliban Pukul dan Cambuk Perempuan yang Berunjuk Rasa Protes Pemerintahan Baru
Taliban disebut memukul dan mencambuk kelompok pengunjuk rasa wanita yang memprotes susunan pemerintahan baru di Afghanistan.
Menurut seorang perempuan yang mengikuti aksi protes pada Rabu, 8 September 2021, beberapa penjuk rasa wanita dihajar dengan cambuk. "Mereka menyuruh kami pulang ke rumah dan mengakui menerima Emirat (negara baru Afghanistan). Mengapa kami harus menerima Emirat sementara tidak ada inklusi atau hak yang diberikan kepada kami?" ujar perempuan tersebut.
Dia mengatakan memprotes pengumuman pemerintah yang tak menyertakan perempuan sebagai perwakilan di pemerintahan. "Kami berkumpul di sini untuk memprotes pengumuman pemerintah di mana tidak ada perwakilan perempuan dalam pemerintahan ini." Dia berbicara sambil memegang poster bertuliskan Kabinet Tanpa Wanita adalah Pecundang.
Selain memukul wanita, wartawan yang meliput unjuk rasa juga ditahan oleh Taliban. Ia menyerukan pembebasan terhadap kelompok wartawan. "Jurnalis yang sedang menjalankan tugasnya ditangkap. Mengapa dan berapa lama lagi kami harus bertahan dengan ini?"
Berita selengkapnya
<!--more-->
3. Taliban Minta Pejabat Pemerintah yang Kabur dari Afghanistan untuk Pulang
Pelaksana Tugas PM Afghanistan dari Taliban, Mullah Mohammad Hassan Akhund, meminta pejabat-pejabat pemerintahan yang kabur dari Kabul untuk pulang. Dikutip dari kantor berita Al Jazeera, Akhund menganggap pengalaman dan kemampuan pejabat-pejabat pemerintahan sebelumnya diperlukan untuk membangun kembali Afghanistan.
Sebagaimana diketahui, Taliban mengambil alih Pemerintahan Afghanistan pada pertengahan Agustus lalu. Hal itu mendorong ratusan ribu orang kabur dari Afghanistan, tak terkecuali pejabat pemerintah dan Presiden Ashraf Ghani. Mereka enggan tinggal di bawah pemerintahan Taliban yang secara tegas menolak demokrasi.
"Kami akan menjamin keamanan dan keselamatan mereka (jika pulang ke Afghanistan)," ujar Akhund, dalam wawancara khusus dengan Al Jazeera, Rabu, 8 September 2021.
Tidak berhenti di situ, Akhund juga menjanjikan keamanan dan keselamatan bagi diplomat, pejabat kedutaan besar, serta lembaga non pemerintah. Mereka yang pernah bekerja untuk tentara-tentara asing pun, kata Akhund, akan dimaafkan. Ia berharap hal tersebut cukup untuk membujuk warga yang kabur dari Afghanistan untuk pulang.
Berita selengkapnya
Baca juga: Top 3 Dunia, dari serangan Taliban ke Lembah Panjshir ke Vaksinasi Berbayar
TIM TEMPO