Pejabat Bank Sentral Afghanistan Minta Amerika Beri Akses Aset Negara ke Taliban

Reporter

Tempo.co

Kamis, 2 September 2021 10:00 WIB

Warga antre di depan bank di Kabul, Afghanistan, 1 September 2021. Mata uang Afghani jatuh pada ekspektasi kelangkaan dolar AS dan volatilitas lebih lanjut, dengan cakupan impor Afghanistan dilaporkan runtuh dari lebih dari 15 bulan menjadi beberapa hari. REUTERS/Stringer

TEMPO.CO, Jakarta - Seorang anggota dewan senior bank sentral Afghanistan mendesak Departemen Keuangan AS dan Dana Moneter Internasional (IMF) untuk memberikan akses terbatas kepada pemerintah yang dipimpin Taliban ke cadangan negara atau Afghanistan menderita bencana ekonomi.

Taliban mengambil alih Afghanistan dengan serangan kilat, tetapi tampaknya tidak mungkin para militan akan mendapatkan akses cepat ke sebagian besar aset negara senilai US$10 miliar (Rp142,7 triliun) yang dipegang oleh Da Afghanistan Bank (DAB), yang sebagian besar berada di luar negeri, menurut Reuters, 2 September 2021.

Pemerintahan Joe Biden mengatakan aset bank sentral apa pun yang dimiliki pemerintah Afghanistan di Amerika Serikat tidak akan diberikan untuk Taliban, dan IMF mengatakan Afghanistan tidak akan memiliki akses ke pemberi pinjaman.

Shah Mehrabi, seorang profesor ekonomi di Montgomery College di Maryland dan anggota dewan bank sentral Afghanistan sejak 2002, mengatakan kepada Reuters pada Rabu, Afghanistan menghadapi krisis ekonomi dan kemanusiaan yang tak terhindarkan jika cadangan internasionalnya tetap dibekukan.

Mehrabi menekankan dia tidak berbicara atas nama Taliban tetapi meminta ini dalam kapasitasnya sebagai anggota dewan. Dia mengatakan berencana bertemu dengan anggota parlemen AS minggu ini, dan berharap untuk segera berbicara dengan pejabat Departemen Keuangan AS.

Advertising
Advertising

"Jika komunitas internasional ingin mencegah keruntuhan ekonomi, salah satu caranya adalah dengan mengizinkan Afghanistan memperoleh akses terbatas dan terpantau ke cadangannya," katanya.

"Tidak memiliki akses akan mencekik ekonomi Afghanistan, dan secara langsung merugikan rakyat Afghanistan, dengan keluarga yang semakin terjerumus ke dalam kemiskinan."

Antrean panjang di depan bank di Kabul, Afghanistan, 1 September 2021. Sebelumnya pada Sabtu (28/8), Taliban telah memerintahkan bank untuk dibuka kembali dan memberlakukan batasan penarikan tunai hingga 20.000 Afghani atau sekitar Rp3,6 juta. REUTERS/Stringer

Mehrabi mengusulkan agar Amerika Serikat mengizinkan pemerintah baru di Kabul dengan jumlah akses terbatas setiap bulan, mungkin dalam kisaran US$100 juta hingga US$125 juta (Rp1,4 miliar hingga Rp1,7 miliar) sebagai permulaan, yang akan dipantau oleh auditor independen.

"Pemerintahan Biden harus bernegosiasi dengan Taliban mengenai uang itu dengan cara yang sama seperti mereka merundingkan evakuasi," katanya.

Jika aset tetap sepenuhnya dibekukan, maka inflasi akan terus melonjak, warga Afghanistan tidak akan mampu membeli kebutuhan dasar, dan bank sentral akan kehilangan alat utamanya untuk melakukan kebijakan moneter, katanya.

Taliban dapat bertahan hidup melalui bea cukai, meningkatkan produksi opium, atau menjual peralatan militer Amerika yang disita, tetapi setiap hari warga Afghanistan akan menderita dan hanya bergantung pada bantuan internasional jika negara itu tidak memiliki akses ke mata uang, ujar Mehrabi.

Setelah hampir 20 tahun intervensi Amerika, ekonomi Afghanistan sangat bergantung pada dolar, dan impor yang sebagian besar harus dibeli dengan mata uang asing, katanya.

Dengan cadangan luar negeri yang dibekukan Da Afghanistan Bank tidak bisa bekerja maksimal, yang sejauh ini diizinkan untuk melanjutkan pekerjaannya di bawah Taliban, kata Mehrabi, menekankan bank sentral hanya sebatas institusi non-politik berdasarkan teknokrasi.

"Pekerjaan mereka di sana tidak didasarkan pada siapa yang berkuasa," katanya, mencatat bahwa dia belum berhubungan secara pribadi dengan perwakilan Taliban, tetapi setiap hari berhubungan dengan rekan-rekan yang menjalankan operasi di sana sekarang.

Ajmal Ahmady, yang memimpin bank sentral hingga perebutan Kabul, mengatakan sekitar US$7 miliar (Rp99,9 triliun) aset DAB disimpan sebagai campuran uang tunai, emas, obligasi, dan investasi lain di Federal Reserve AS.

Sebagian besar sisanya ada di rekening internasional lainnya dan di Bank for International Settlements, bank untuk bank sentral yang berbasis di Swiss, dan tidak secara fisik di brankas DAB, katanya, menyisakan sekitar 0,2% atau kurang dari total yang dapat diakses oleh Taliban.

Baca juga: Bandara Kabul Tutup Tanpa Bantuan Teknis, Taliban Optimistis Ada Solusi

REUTERS

Berita terkait

Partai Demokrat AS Kirim Surat ke Joe Biden, Minta Cegah Serangan Israel di Rafah

20 jam lalu

Partai Demokrat AS Kirim Surat ke Joe Biden, Minta Cegah Serangan Israel di Rafah

Puluhan anggota Partai Demokrat AS menyurati pemerintahan Presiden Joe Biden untuk mendesak mereka mencegah rencana serangan Israel di Rafah.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Temui Wapres, Bahas Mitigasi Dampak Geopolitik Timur Tengah

3 hari lalu

Sri Mulyani Temui Wapres, Bahas Mitigasi Dampak Geopolitik Timur Tengah

Menteri Keuangan Sri Mulyani menemui Wakil Presiden Maruf Amin untuk melaporkan hasil pertemuan IMF-World Bank Spring Meeting dan G20 yang saya hadiri di Washington DC. pekan lalu. Dalam pertemuan itu, Sri Mulyani pun membahas mitigasi dampak geopolitik di Timur Tengah.

Baca Selengkapnya

Polisi AS Lakukan Tindakan Represif Terhadap Demonstran Pro-Palestina, Mahasiswa Tak Cuma Ditangkap

5 hari lalu

Polisi AS Lakukan Tindakan Represif Terhadap Demonstran Pro-Palestina, Mahasiswa Tak Cuma Ditangkap

Puluhan kampus di Amerika Serikat gelar aksi pro-Palestina. Apa saja tindakan represif aparat terhadap demonstran?

Baca Selengkapnya

3 Polemik TikTok di Amerika Serikat

5 hari lalu

3 Polemik TikTok di Amerika Serikat

DPR Amerika Serikat mengesahkan rancangan undang-undang yang akan melarang penggunaan TikTok

Baca Selengkapnya

Makin Meluas Kampus di Amerika Serikat Dukung Palestina, Ini Alasannya

7 hari lalu

Makin Meluas Kampus di Amerika Serikat Dukung Palestina, Ini Alasannya

Berbagi kampus di Amerika Serikat unjuk rasa mendukung Palestina dengan tuntutan yang seragam soal protes genosida di Gaza.

Baca Selengkapnya

AS Larang TikTok: Perlawanan ByteDance sampai Daftar Negara yang Mencoret Aplikasi Top Itu

7 hari lalu

AS Larang TikTok: Perlawanan ByteDance sampai Daftar Negara yang Mencoret Aplikasi Top Itu

Amerika Serikat resmi melarang TikTok karena alasan keamanan jika ByteDance tidak melakukan divestasi sahamnya. Perusahaan Cina itu melawan.

Baca Selengkapnya

Tim Joe Biden akan Terus Gunakan TikTok untuk Kampanye Walau Dilarang DPR

7 hari lalu

Tim Joe Biden akan Terus Gunakan TikTok untuk Kampanye Walau Dilarang DPR

Tim kampanye Joe Biden berkata mereka tidak akan berhenti menggunakan TikTok, meski DPR AS baru mengesahkan RUU yang mungkin melarang penggunaan media sosial itu.

Baca Selengkapnya

Menhan AS Sampaikan Ucapan Selamat dari Joe Biden ke Prabowo

7 hari lalu

Menhan AS Sampaikan Ucapan Selamat dari Joe Biden ke Prabowo

Presiden terpilih Prabowo menegaskan kembali komitmen Indonesia dalam membina kemitraan yang erat dengan AS.

Baca Selengkapnya

Joe Biden Klaim Pamannya Dimakan Kanibal di Papua Nugini, Begini Kata PM Marape

10 hari lalu

Joe Biden Klaim Pamannya Dimakan Kanibal di Papua Nugini, Begini Kata PM Marape

Perdana Menteri Papua Nugini James Marape mengatakan negaranya tidak pantas dicap kanibal setelah Presiden AS Joe Biden bercerita tentang pamannya yang tewas di sana pada Mei 1944.

Baca Selengkapnya

DPR Amerika Serikat Loloskan Paket Bantuan Keamanan Rp1.540 Triliun untuk Ukraina, Israel dan Taiwan

12 hari lalu

DPR Amerika Serikat Loloskan Paket Bantuan Keamanan Rp1.540 Triliun untuk Ukraina, Israel dan Taiwan

DPR Amerika Serikat pada Sabtu, 20 April 2024, mendukung lolosnya paket bantuan keamanan untuk Ukraina, Israel dan Taiwan total senilai USD95 miliar

Baca Selengkapnya