TEMPO.CO, Jakarta - Setelah Pasukan Amerika resmi meninggalkan Afghanistan, Taliban memulai pembicaraan dengan Qatar dan Turki untuk mengelola teknis Bandara Hamid Karzai, Kabul. Problemnya, baik Qatar maupun Turki belum mengiyakan permintaan Taliban. Walhasil, per berita ini ditulis, operasional di bandara Kabul dimatikan karena tak ada anggota yang bisa menjalankan ATC.
Pembicaraan tersebut, dikutip dari Al Jazeera, bertujuan untuk mengamankan bandara sesegera mungkin. Dengan begitu, orang yang ingin meninggalkan Afghanistan dapat melakukan penerbangan komersial. Amerika, misalnya, masih memiliki 100-200 orang yang bertahan di Afghanistan.
“Resolusi Dewan Keamanan tentang pengamanan bandara harus dilaksanakan. Ada pembicaraan yang sedang berlangsung dengan Qatar dan Turki tentang pengelolaan bandara. Kita harus menuntut agar akses ke bandara aman,” kata Jean-Yves Le Drian, Menteri Urusan Eropa Prancis, Selasa, 31 Agustus 2021.
Pasukan Taliban berjaga di depan pesawat militer di Bandara Internasional Hamid Karzai yang telah ditinggalkan tentara Amerika Serikat, di Kabul, Afghanistan, 31 Agustus 2021. REUTERS/Stringer
Bantuan teknis baru satu hal soal kelanjutan operasional di bandara Kabul. Badan regulator penerbangan di tiap negara juga harus memberi izin kepada maskapai untuk terbang ke Afghanistan. Sejauh ini, hal itu pun belum beres.
Sebagai contoh, administrasi Penerbangan Federal Amerika (FAA) belum mengizinkan pesawat sipil Amerika beroperasi di Afghanistan. Alasan keamanan menjadi pertimbangannya.
Menanggapi masalah yang ada, juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid menyakinkan bahwa mereka akan mengamankan dan mengoperasikan bandara Kabul sesegera mungkin. Dengan begitu, aktivitas di bandara pun bisa berlanjut, termasuk untuk pengiriman bantuan kemanusiaan.
Meski berjanji akan mengoperasikan bandara sesegera mungkin, Mujahid menegaskan kembali bahwa pihaknya tidak akan menerima keberadaan tentara asing. Turki dikabarkan hanya akan memberikan bantuan ke Taliban jika boleh membawa tentara untuk keamanan.
Pasukan Taliban berjaga di Bandara Internasional Hamid Karzai yang telah ditinggalkan tentara Amerika Serikat, di Kabul, Afghanistan, 31 Agustus 2021. REUTERS/Stringer
“Pejuang dan pasukan khusus kami mampu mengendalikan bandara dan kami tidak memerlukan bantuan siapapun untuk keamanan dan kontrol administratif bandara Kabul,” ujar Taliban dalam keterangan persnya.
Selama proses evakuasi berjalan, NATO yang memainkan peran kunci dalam operasional bandara Kabul. Personel sipilnya yang mengurus kontrol lalu lintas udara, pasokan bahan bakar, dan komunikasi. Taliban tidak memiliki kemampuan itu.
Sekarang, dengan tutupnya bandara Kabul, mayoritas warga Afghanistan yang belum terevakuasi mengambil jalur darat. Mereka, yang tidak ingin diperintah Taliban, menyebrang ke Pakistan dan Iran yang berbatasan dengan Afghanistan.
Baca juga: Taliban Tutup Bandara Kabul, Warga Afghanistan Kabur via Jalur Darat
AFIFA RIZKI A. | AL JAZEERA