Gubernur Bank Sentral Lebanon Sebut Tidak Ada yang Jalankan Negara Saat ini

Reporter

Tempo.co

Minggu, 15 Agustus 2021 09:00 WIB

Gubernur Bank Sentral Lebanon Riad Salameh berbicara selama wawancara dengan Reuters di Beirut, Lebanon 6 Agustus 2018. [REUTERS/Mohamed Azakir]

TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur Bank Sentral Lebanon mengatakan tidak ada yang menjalankan negara saat ini, setelah dikritik pemerintah atas keputusannya untuk menghentikan subsidi bahan bakar yang telah menguras cadangan mata uang.

Dalam wawancara yang disiarkan pada Sabtu, Riad Salameh mengatakan pemerintah dapat menyelesaikan masalah dengan cepat dengan mengeluarkan undang-undang yang diperlukan, dikutip dari Reuters, 15 Agustus 2021.

Presiden Lebanon Michel Aoun pada hari Sabtu meminta parlemen untuk bersidang dan mengambil tindakan yang tepat atas krisis tersebut, tanpa menyebutkan waktu atau proposal tertentu.

Salameh membantah dia bertindak sendiri dalam mengumumkan penghentian subsidi pada Rabu, dan mengatakan keputusan itu telah diketahui luas sebelum diumumkan.

"Sejauh ini Anda tidak memiliki seorang pun yang menjalankan negara," Salameh mengatakan kepada Radio Free Lebanon.

Advertising
Advertising

Krisis bahan bakar yang memburuk adalah bagian dari krisis keuangan Lebanon yang lebih luas. Rumah sakit, toko roti, dan banyak bisnis mengurangi operasi atau tutup karena bahan bakar habis.

Kekerasan mematikan akibat krisis bahan bakar telah pecah. Pengunjuk rasa memblokir jalan dan tanker bahan bakar dibajak minggu ini.

American University of Beirut Medical Center mengatakan pihaknya terancam menghadapi penutupan paksa pada Senin karena kekurangan bahan bakar yang digunakan untuk menghasilkan listrik.

"Ini berarti ventilator dan peralatan medis penyelamat lainnya akan berhenti beroperasi. Empat puluh pasien dewasa dan 15 anak-anak yang menggunakan respirator akan segera meninggal," kata rumah sakit tersebut.

Gedung Bank Sentral Lebanon di Beirut, Lebanon 23 April 2020. [REUTERS/Mohamed Azakir/File Foto]

Langkah Bank Sentral Lebanon untuk mengakhiri subsidi akan memicu kenaikan harga yang tajam. Ini adalah kemorosotan terbaru dalam krisis yang telah menenggelamkan nilai pound Lebanon sebesar 90% dalam waktu kurang dari dua tahun, dan mendorong lebih dari setengah populasi ke dalam garis kemiskinan.

Bank Sentral Lebanon telah secara efektif mensubsidi bahan bakar dan impor penting lainnya dengan menyediakan dolar AS dengan nilai tukar di bawah harga riil pound, terakhir pada 3.900 pound terhadap dolar AS dibandingkan dengan harga pasar paralel di atas 20.000. Langkah ini telah menggerus cadangan mata uang yang menurut Salameh sekarang tinggal US$14 miliar (Rp201 triliun).

Untuk terus memberikan dukungan tersebut, bank sentral mengatakan perlu undang-undang untuk mengizinkan penggunaan cadangan wajib, sebagian dari simpanan yang harus dilindungi undang-undang.

"Kami mengatakan kepada semua orang: Anda ingin menghabiskan cadangan wajib, kami siap, beri kami hukum. Ini akan memakan waktu lima menit," kata Salameh.

Pemerintah telah mengatakan harga bahan bakar tidak boleh berubah. Importir bahan bakar mengatakan mereka tidak dapat mengimpor dengan harga pasar dan menjual dengan harga bersubsidi, dan menginginkan kejelasan.

Bank sentral dan otoritas minyak mengatakan kepada importir untuk menjual saham mereka pada tingkat subsidi 3.900 pound per dolar AS, memprioritaskan rumah sakit dan fungsi penting lainnya.

Tentara Lebanon mengatakan pada hari Sabtu bahwa mereka telah mulai menyerbu pompa bensin yang ditutup dan mendistribusikan bensin yang disimpan kepada warga.

Pengkritik skema subsidi mengatakan itu telah mendorong penyelundupan dan penimbunan dengan menjual komoditas di sebagian kecil dari harga sebenarnya.

Salameh mengatakan bank telah berkewajiban untuk membiayai pedagang yang tidak membawa produk mereka ke pasar, dan bahwa lebih dari US$800 juta (Rp11,5 triliun) yang dihabiskan untuk impor bahan bakar pada bulan lalu seharusnya berlangsung selama tiga bulan.

Salameh mengatakan tidak ada solar, bensin atau listrik. "Ini adalah penghinaan terhadap Lebanon," katanya.

Politisi Lebanon gagal menyepakati pemerintahan baru sejak Perdana Menteri Hassan Diab mundur Agustus lalu setelah ledakan mematikan di pelabuhan Beirut. Dia tetap menjabat sebagai perdana menteri sementara.

Presiden Aoun menyatakan optimisme pemerintahan baru akan segera terbentuk.

Salameh mengatakan Lebanon bisa keluar dari krisis jika pemerintah yang berpikiran reformis mulai menjabat.

Pemerintah mengatakan penghentian subsidi harus menunggu sampai kartu tunai prabayar untuk masyarakat miskin diluncurkan. Parlemen Lebanon menyetujui ini pada bulan Juni, dengan pembiayaan dari cadangan wajib, kata gubernur Bank Sentral Lebanon, tetapi mengatakan belum ada tindakan yang terwujud.

Baca juga: Eksklusif: Duta Besar Hajriyanto Ungkap Sebab Krisis Ekonomi Lebanon

REUTERS

Berita terkait

PBB: Dermaga Bantuan Terapung Buatan AS di Gaza Kurang Layak

1 hari lalu

PBB: Dermaga Bantuan Terapung Buatan AS di Gaza Kurang Layak

PBB menyebut dermaga terapung yang baru saja selesai dibangun di Gaza untuk pengiriman bantuan dinilai kurang layak dibandingkan jalur darat

Baca Selengkapnya

Komandan Hizbullah Tewas dalam Serangan Drone Israel di Lebanon

3 hari lalu

Komandan Hizbullah Tewas dalam Serangan Drone Israel di Lebanon

Serangan drone Israel ke Lebanon menewaskan komandan Hizbullah.

Baca Selengkapnya

Pemimpin Hizbullah Ancam Penduduk Israel Tak Bisa Pulang jika Serangan di Gaza Berlanjut

4 hari lalu

Pemimpin Hizbullah Ancam Penduduk Israel Tak Bisa Pulang jika Serangan di Gaza Berlanjut

Pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah mengatakan kelompoknya akan terus memerangi Israel selama serangan di Gaza berlanjut.

Baca Selengkapnya

UNICEF : Fasilitas Vital Kehabisan Bahan Bakar jika Perlintasan Rafah Ditutup

8 hari lalu

UNICEF : Fasilitas Vital Kehabisan Bahan Bakar jika Perlintasan Rafah Ditutup

Kepala UNICEF Catherine Russel melaporkan fasilitas vital yang mulai kehabisan bahan bakardi Jalur Gaza akibat penutupan perlintasan Rafah

Baca Selengkapnya

Top 3 Dunia: Jusuf Kalla Bertemu Hamas Hingga AS-Israel Diduga Langgar Hukum Internasional

11 hari lalu

Top 3 Dunia: Jusuf Kalla Bertemu Hamas Hingga AS-Israel Diduga Langgar Hukum Internasional

Berita Top 3 Dunia pada Selasa 7 Mei 2024 diawali oleh kabar Ketua Umum PMI Jusuf Kalla meminta kelompok Palestina Hamas untuk bersatu dengan Fatah

Baca Selengkapnya

Israel Tutup Perbatasan Rafah, PBB: Bencana Kemanusiaan Jika Bantuan Tak Bisa Masuk Gaza

11 hari lalu

Israel Tutup Perbatasan Rafah, PBB: Bencana Kemanusiaan Jika Bantuan Tak Bisa Masuk Gaza

Pejabat PBB mengatakan penutupan perbatasan Rafah dan Karem Abu Salem (Kerem Shalom) merupakan "bencana besar" bagi warga Palestina di Gaza

Baca Selengkapnya

Senjata AS Digunakan dalam Serangan Israel ke Lebanon, Diduga Langgar Hukum Internasional

11 hari lalu

Senjata AS Digunakan dalam Serangan Israel ke Lebanon, Diduga Langgar Hukum Internasional

Sejak 7 Oktober, 16 pekerja medis tewas akibat serangan udara Israel di Lebanon, dan 380 orang lainnya tewas termasuk 72 warga sipil.

Baca Selengkapnya

Lebanon akan Menerima Yurisdiksi ICC atas Kejahatan Perang Israel di Wilayahnya

20 hari lalu

Lebanon akan Menerima Yurisdiksi ICC atas Kejahatan Perang Israel di Wilayahnya

Lebanon akan menerima yurisdiksi Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) untuk mengadili kejahatan perang Israel di wilayahnya sejak Oktober lalu.

Baca Selengkapnya

Harga Minyak Dunia Naik, Sri Mulyani Bisa Tambah Anggaran Subsidi

22 hari lalu

Harga Minyak Dunia Naik, Sri Mulyani Bisa Tambah Anggaran Subsidi

Menteri Keuangan Sri Mulyani bisa melakukan penyesuaian anggaran subsidi mengikuti perkembangan lonjakan harga minyak dunia.

Baca Selengkapnya

Hizbullah Tembakkan Puluhan Roket ke Pangkalan Militer Israel

25 hari lalu

Hizbullah Tembakkan Puluhan Roket ke Pangkalan Militer Israel

Konflik antara Israel - Lebanon kian rumit. Selasa pagi, Hizbullah menembakkan 35 roket ke markas militer Israel.

Baca Selengkapnya