Warga Sipil Afganistan Angkat Senjata untuk Melawan Serangan Taliban

Kamis, 1 Juli 2021 13:14 WIB

Sejumlah pria bersiap di posisi saat bersiap-siap melawan pemberontak Taliban di Distrik Ghorband, Provinsi Parwan, Afghanistan, 29 Juni 2021. Militan Taliban telah meningkatkan serangan terhadap pasukan Afghanistan dan mengklaim banyak wilayah saat pasukan asing mundur. REUTERS/Omar Sobhani

TEMPO.CO, Jakarta - Warga sipil Afganistan mengangkat senjata untuk menghadapi serangan Taliban ketika penarikan pasukan asing keluar dari Afganistan sedang berlangsung.

Salah satu warga sipil yang mengangkat senjata adalah Dost Mohammad Salangi, 55 tahun. Ia membacakan puisi saat dia memimpin sekelompok kecil pria ke pos pengamatan yang tinggi di perbukitan terjal Provinsi Parwan, utara ibukota Afganistan, Kabul.

Berjanggut tebal dan mengenakan topi pakol melingkar tradisional untuk menghindari sinar matahari, ia memperingatkan tentang bahaya gerakan militan Taliban, yang telah meningkatkan serangan terhadap pasukan Afganistan dan mengklaim lebih banyak wilayah saat pasukan asing mundur.

"Jika mereka memaksakan perang pada kami, menindas kami dan melanggar batas hak perempuan dan orang-orang, bahkan anak-anak kami yang berusia tujuh tahun akan dipersenjatai dan akan melawan mereka," katanya, dikutip dari Reuters, 1 Juli 2021.

Salangi adalah salah satu dari ratusan mantan pejuang "mujahidin" dan warga sipil yang merasa harus mengangkat senjata untuk membantu tentara mengusir pemberontakan Taliban yang berkembang.

Advertising
Advertising

Pria bersenjata berjalan menuju pos pemeriksaan saat bersiap-siap menghadapi militan Taliban di Distrik Ghorband, Provinsi Parwan, Afghanistan, 29 Juni 2021. Presiden AS Joe Biden dan NATO mengatakan pada pertengahan April mereka akan menarik sekitar 10.000 tentara asing yang masih berada di Afghanistan pada 11 September. REUTERS/Omar Sobhani

Taliban mulai menduduki area yang dulu dikuasai pasukan pemerintah ketika pasukan internasional pimpinan AS terakhir bersiap untuk pergi.

"Kami harus melindungi negara kami...sekarang tidak ada pilihan karena pasukan asing meninggalkan kami," kata Farid Mohammed, seorang mahasiswa muda yang bergabung dengan pemimpin lokal anti-Taliban dari Parwan.

Dia berbicara ketika militer Jerman mengakhiri penarikan pasukan kontingen terbesar kedua pasukan asing setelah Amerika Serikat dengan sekitar 150.000 tentara dikerahkan selama dua dekade terakhir, banyak dari mereka melayani lebih dari satu tur militer di negara itu.

Presiden AS Joe Biden dan NATO mengatakan pada pertengahan April mereka akan menarik sekitar 10.000 tentara asing yang masih berada di Afganistan pada 11 September, peringatan 20 tahun serangan terhadap World Trade Center di New York yang mendorong misi tersebut.

Utusan PBB untuk Afganistan mengatakan minggu ini bahwa Taliban telah mengambil lebih dari 50 dari 370 distrik dan diposisikan untuk mengendalikan ibu kota provinsi.

Seorang pria duduk dekat senapan mesin saat bersiap melawan pemberontakan Taliban di pos pemeriksaan di Distrik Ghorband, Provinsi Parwan, Afghanistan, 29 Juni 2021. REUTERS/Omar Sobhani

Dipersenjatai terutama dengan senapan serbu tua, pistol dan peluncur granat, orang-orang seperti Salangi dan Mohammed telah bergabung dengan pemilik toko dan pedagang lokal sebagai bagian dari Pasukan Pemberontakan Publik yang dibentuk secara longgar mencoba untuk merebut kembali beberapa daerah tersebut.

Ajmal Omar Shinwari, juru bicara pasukan pertahanan dan keamanan Afganistan, mengatakan warga Afganistan yang ingin mengangkat senjata melawan Taliban sedang diserap ke dalam struktur pasukan tentara teritorial.

Tetapi beberapa analis politik memperingatkan meningkatnya risiko kembalinya perang saudara karena lebih banyak kelompok mengangkat senjata.

Dihadapkan dengan meningkatnya kekerasan, Presiden Ashraf Ghani mengunjungi Washington pada Juni untuk bertemu Joe Biden, yang menjanjikan dukungan AS ke Afganistan, tetapi mengatakan warga Afganistan harus memutuskan masa depan mereka sendiri.

Pembicaraan untuk mencoba dan menemukan penyelesaian politik di Afganistan telah terhenti, meskipun kepala dewan perdamaian Afganistan mengatakan mereka tidak boleh ditinggalkan meskipun ada gelombang serangan Taliban.

Baca juga: Taliban Mau Terapkan Syariat Islam di Afganistan Setelah Pasukan Asing Keluar

REUTERS

Berita terkait

4 Kota di Afganistan yang Paling Menarik Dikunjungi, Banyak Peninggalan Sejarah

2 hari lalu

4 Kota di Afganistan yang Paling Menarik Dikunjungi, Banyak Peninggalan Sejarah

Afganistan yang terletak di Asia Selatan dan Asia Tengah menawarkan banyak hal untuk dijelajahi, misalnya situs bersejarah dan budaya.

Baca Selengkapnya

Taliban Siapkan Promosi Wisata Afganistan untuk Tingkatkan Perekonomian

2 hari lalu

Taliban Siapkan Promosi Wisata Afganistan untuk Tingkatkan Perekonomian

Dalam beberapa tahun terakhir, pariwisata Afganistan meningkat. Turis asing paling banyak berasal dari Cina.

Baca Selengkapnya

Prabowo Terima Telepon Menteri Pertahanan AS, Berikut Profil Lloyd Austin

8 hari lalu

Prabowo Terima Telepon Menteri Pertahanan AS, Berikut Profil Lloyd Austin

Presiden terpilih Prabowo Subianto menerima telepon dari Menhan AS. Berikut jenjang karier dan profil Lloyd Austin.

Baca Selengkapnya

10 Negara Paling Tidak Aman di Dunia, Indonesia Termasuk?

12 hari lalu

10 Negara Paling Tidak Aman di Dunia, Indonesia Termasuk?

Ada 10 negara yang paling tidak aman di dunia dan tidak disarankan untuk berkunjung ke sana. Siapa saja?

Baca Selengkapnya

Inggris Tangkap 5 Anggota Pasukan Khusus SAS, Diduga Terlibat Kejahatan Perang di Suriah

59 hari lalu

Inggris Tangkap 5 Anggota Pasukan Khusus SAS, Diduga Terlibat Kejahatan Perang di Suriah

Lima anggota unit pasukan khusus elit SAS Inggris ditangkap karena dicurigai melakukan kejahatan perang di Suriah

Baca Selengkapnya

15 Orang Tewas Akibat Salju Lebat dan Badai di Afghanistan

2 Maret 2024

15 Orang Tewas Akibat Salju Lebat dan Badai di Afghanistan

Badai salju hebat di Afghanistan menyebabkan 15 orang tewas dan ribuan ternak mati.

Baca Selengkapnya

Taliban Bebaskan Ekstrimis Anti-Imigran Austria, Lansia 84 Tahun

26 Februari 2024

Taliban Bebaskan Ekstrimis Anti-Imigran Austria, Lansia 84 Tahun

Taliban membebaskan Herbert Fritz, seorang ekstrimis anti-imigran berusia 84 tahun. Ia sedang membuat artikel wisata di Afghanistan.

Baca Selengkapnya

Menlu Retno Angkat Isu Hak Perempuan di Konferensi PBB tentang Taliban

20 Februari 2024

Menlu Retno Angkat Isu Hak Perempuan di Konferensi PBB tentang Taliban

Menlu Retno Marsudi mengangkat isu hak-hak perempuan Afghanistan dalam konferensi PBB di Doha, Qatar yang membahas Taliban.

Baca Selengkapnya

Cerita Mahasiswa Afganistan Lulus Magister Unpad dengan IPK 4,00

8 Februari 2024

Cerita Mahasiswa Afganistan Lulus Magister Unpad dengan IPK 4,00

Abdul Qayoum Safi asal Afganistan lulus dari Magister Ilmu Komunikasi Unpad dengan IPK tertinggi 4,00.

Baca Selengkapnya

AS Akui Tidak Beri Peringatan terhadap Irak sebelum Serangan Jumat

6 Februari 2024

AS Akui Tidak Beri Peringatan terhadap Irak sebelum Serangan Jumat

AS mengakui pihaknya tidak memberikan pemberitahuan kepada Irak tentang serangan tersebut meskipun ada klaim sebelumnya.

Baca Selengkapnya