TEMPO.CO, Jakarta - Taliban pada Ahad mengatakan mereka berkomitmen untuk pembicaraan damai dan menginginkan sistem syariat Islam yang murni di Afganistan, yang akan membuat ketentuan untuk hak-hak perempuan sejalan dengan tradisi budaya dan aturan agama.
Pernyataan itu muncul di tengah pembicaraan damai yang berjalan lambat antara kelompok Islam garis keras dan perwakilan pemerintah Afganistan di Qatar. Kekerasan juga meningkat secara dramatis di seluruh negeri menjelang penarikan pasukan asing pada 11 September.
Baca juga:
Para pejabat telah menyuarakan keprihatinan atas negosiasi yang macet dan mengatakan Taliban belum mengajukan proposal perdamaian tertulis yang dapat digunakan sebagai titik awal untuk pembicaraan substantif.
"Kami memahami bahwa dunia dan warga Afganistan memiliki kekhawatiran dan pertanyaan tentang bentuk sistem yang akan dibentuk setelah penarikan pasukan asing," kata Mullah Abdul Ghani Baradar, kepala kantor politik Taliban, dikutip dari Reuters, 20 Juni 2021.
Ia mengatakan masalah tersebut adalah paling baik dibahas selama negosiasi di Doha.
"Sebuah sistem Islam yang asli adalah cara terbaik untuk solusi dari semua masalah Afganistan," katanya. "Partisipasi kami dalam negosiasi dan dukungannya di pihak kami menunjukkan secara terbuka bahwa kami percaya dalam menyelesaikan masalah melalui saling memahami satu sama lain."
Mullah Abdul Ghani Baradar menambahkan bahwa perempuan dan minoritas akan dilindungi dan diplomat serta pekerja LSM akan dapat bekerja dengan aman.
"Kami menganggapnya sebagai komitmen untuk mengakomodasi semua hak warga negara kami, apakah mereka laki-laki atau perempuan, berdasarkan aturan agama Islam yang mulia dan tradisi mulia masyarakat Afganistan," katanya, menambahkan bahwa fasilitas akan disediakan bagi perempuan untuk bekerja dan dididik.
Tidak jelas apakah Taliban akan mengizinkan perempuan untuk menjalankan peran publik dan apakah tempat kerja dan sekolah akan dipisahkan berdasarkan gender. Juru bicara Taliban tidak segera menanggapi permintaan komentar dari Reuters.
Pada bulan Mei, analis intelijen AS merilis sebuah penilaian bahwa Taliban memundurkan kemajuan yang dibuat dalam hak-hak perempuan Afganistan jika ekstremis Islam mendapatkan kembali kekuatan nasional.
Sebelum digulingkan oleh invasi pimpinan AS tahun 2001, Taliban memberlakukan syariat Islam keras di Afganistan, termasuk melarang anak perempuan bersekolah dan melarang perempuan bekerja di luar rumah mereka atau berada di depan umum tanpa kerabat laki-laki.
Baca juga: NATO Minta Qatar untuk Latih Pasukan Afganistan Setelah Penarikan Pasukan Asing
REUTERS