Senat AS Loloskan RUU Anggaran Penelitian Rp 2.000 T untuk Saingi Teknologi Cina
Reporter
Non Koresponden
Editor
Eka Yudha Saputra
Rabu, 9 Juni 2021 11:39 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Senat AS memberikan suara 68-32 pada Selasa untuk menyetujui paket undang-undang yang dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan negara untuk bersaing dengan teknologi Cina.
Urusan dengan Cina adalah salah satu dari sedikit sentimen bipartisan di Kongres AS yang sangat terpecah, yang dikendalikan secara sempit oleh Partai Demokrat Presiden Joe Biden.
Langkah tersebut memberi wewenang sekitar US$190 miliar (Rp2.708 triliun) untuk memperkuat teknologi dan penelitian AS, dilaporkan Reuters, 9 Juni 2021.
Secara terpisah, RUU itu akan menyetujui pengeluaran US$54 miliar (Rp770 triliun) untuk meningkatkan produksi dan penelitian semikonduktor, dan peralatan telekomunikasi, termasuk US$2 miliar (Rp28,5 triliun) yang didedikasikan untuk chip yang digunakan oleh pembuat mobil yang telah mengalami kekurangan besar signifikan.
RUU itu harus melewati Dewan Perwakilan Rakyat untuk dikirim ke Gedung Putih agar Biden menandatangani menjadi undang-undang. Tidak jelas seperti apa bentuk undang-undang di DPR atau kapan akan diadopsi.
RUU tersebut memiliki sejumlah ketentuan terkait Cina lainnya termasuk melarang aplikasi media sosial TikTok diunduh di perangkat pemerintah, dan akan memblokir pembelian drone yang diproduksi dan dijual oleh perusahaan yang didukung oleh pemerintah Cina. RUU juga akan memungkinkan diplomat dan militer Taiwan untuk mengibarkan bendera mereka dan mengenakan seragam mereka saat berada di Amerika Serikat untuk urusan resmi.
Ini juga akan menciptakan sanksi wajib baru yang luas terhadap entitas Cina yang terlibat dalam serangan siber AS atau pencurian kekayaan intelektual AS dari perusahaan AS, dan memberikan tinjauan kontrol ekspor pada barang-barang yang dapat digunakan untuk mendukung pelanggaran hak asasi manusia.
Pemimpin Mayoritas Senat Chuck Schumer, pengusul dari RUU tersebut, memperingatkan konsekuensi jika bipartisan tidak mendanai penelitian untuk bersaing dengan Cina.
"Jika kita tidak melakukan apa-apa, hari-hari kita sebagai negara adidaya yang dominan mungkin akan berakhir. Kami tidak bermaksud membiarkan hari-hari itu berakhir begitu saja. Kami tidak bermaksud melihat Amerika menjadi negara menengah di abad ini," kata Schumer.
Joe Biden memuji RUU itu, menyebutnya sebagai senjata awal untuk berkompetisi di abad ke-21. "Kita berada dalam kompetisi untuk memenangkan abad ke-21, dan senjata awal telah ditembakan ...Kita tidak dapat mengambil risiko tertinggal."
Menteri Perdagangan AS Gina Raimondo mengatakan pendanaan tersebut dapat menghasilkan tujuh hingga 10 pabrik semikonduktor baru AS.
Banyak perusahaan AS memuji RUU tersebut. General Motors Co mengatakan undang-undang itu merupakan langkah penting untuk mengatasi kekurangan semikonduktor yang terus berdampak pada manufaktur otomotif AS.
Senator Maria Cantwell mencatat RUU itu akan mengesahkan pendanaan untuk NASA dan misi Artemis ke Bulan.
"Seperti yang telah dijelaskan Cina, mereka akan pergi ke Mars, kita akan kembali ke Bulan untuk mempersiapkan diri kita pergi ke Mars," kata Cantwell.
Beberapa kritikus menyamakan upaya pendanaan Senat dengan dorongan pengembangan industri teknologi tinggi Cina, yang dijuluki "Made in China 2025," yang telah lama membuat Amerika Serikat kesal.
RUU penyaing teknologi Cina itu juga berusaha untuk melawan pengaruh global Cina yang berkembang melalui diplomasi, dengan bekerja sama dengan sekutu dan meningkatkan keterlibatan Amerika Serikat dalam organisasi internasional setelah agenda "America First" mantan Presiden Donald Trump dari Partai Republik.
Baca juga: Laboratorium Nasional Amerika: Skenario COVID-19 Bocor dari Lab Memungkinkan
REUTERS