Dubes Myanmar untuk Inggris Menuntut Pembebasan Aung San Suu Kyi dan Win Myint

Selasa, 9 Maret 2021 12:00 WIB

Seorang perempuan menunjukkan salam tiga jari selama protes menentang kudeta militer di Naypyitaw, Myanmar, 8 Maret 2021. [REUTERS / Stringer]

TEMPO.CO, Jakarta - Duta Besar Myanmar untuk Inggris, Kyaw Zwar Minn, menuntut agar junta militer membebaskan Aung San Suu Kyi dan Presiden Win Myint, menambah pukulan diplomatik lain untuk militer Myanmar setelah Dubes Myanmar untuk PBB menolak kekuasaan junta.

Setelah berbicara dengan Menteri Luar Negeri Dominic Raab dan menteri luar negeri junior Inggris Nigel Adams, Kyaw Swar Minn mengatakan jawaban atas krisis tersebut adalah diplomasi.

"Kami meminta pembebasan Penasihat Negara Daw Aung San Suu Kyi dan Presiden U Win Myint," katanya dalam sebuah pernyataan yang diterbitkan di halaman Facebook kedutaan, Sky News melaporkan.

Menteri Luar Negeri Inggris Dominic Raab memuji duta besar Myanmar pada Senin setelah menyerukan pembebasan Aung San Suu Kyi dan Presiden Win Myint.

"Saya memuji keberanian dan patriotisme Duta Besar Myanmar Kyaw Zwar Minn dalam menyerukan pembebasan Aung Sung Suu Kyi dan Presiden U Win Myint dan agar hasil pemilu 2020 dihormati," kata Raab dalam sebuah pernyataan, dikutip dari Reuters, 9 Maret 2021.

Advertising
Advertising

"Rezim militer harus mengakhiri tindakan brutal mereka, dan memulihkan demokrasi," lanjut Raab.

Pengunjuk rasa lari dari polisi saat protes menentang kudeta militer di Yangon, Myanmar, 8 Maret 2021. [REUTERS / Stringer]

Seruan itu muncul setelah pasukan keamanan mengepung sekitar 200 demonstran muda di distrik Sanchaung, Yangon, pada hari Senin, karena mereka menentang jam malam pukul 8 malam.

"Bebaskan para mahasiswa di Sanchaung," teriak orang-orang di jalan-jalan di distrik-distrik di seberang ibu kota, tempat protes harian telah berlangsung selama lebih dari sebulan.

Di Sanchaung, polisi yang menembakkan senjata dan menggunakan granat kejut mengumumkan pada hari Senin bahwa mereka akan menyisir tiap rumah untuk mencari orang dari luar distrik dan akan menghukum siapa pun yang ketahuan menyembunyikannya.

Baca juga: Ikuti Amerika, Uni Eropa Akan Memberi Sanksi ke Bisnis Militer Myanmar

Aktivis bernama Shar Ya Mone mengatakan dia telah berada di sebuah gedung dengan sekitar 15 hingga 20 orang lainnya, tetapi sekarang bisa pulang.

"Ada banyak tumpangan mobil gratis dan orang-orang menyambut para pengunjuk rasa," kata Shar Ya Mone melalui telepon kepada Reuters, berjanji untuk terus berdemonstrasi sampai kediktatoran berakhir.

Pengunjuk rasa lain mengunggah ke media sosial bahwa mereka dapat meninggalkan daerah itu pada Selasa sekitar jam 5 pagi setelah pasukan keamanan mundur. Demonstran bisa keluar dari kepungan aparat setelah Sekretaris PBB Antonio Guterres, dan negara-negara Barat, menuntut demonstran dibiarkan pergi tanpa kekerasan dan penangkapan.

Inggris, Amerika Serikat, dan beberapa negara Barat lainnya telah menjatuhkan sanksi terbatas pada junta.

Uni Eropa sedang bersiap untuk memperluas sanksi krisis Myanmar untuk menargetkan bisnis yang dijalankan junta militer, menurut para diplomat dan dua dokumen internal yang dilihat oleh Reuters.

REUTERS | SKY NEWS

Berita terkait

5 Negara Ini Sedang Alami Cuaca Panas Ekstrem, Waspada Saat Mengunjunginya

2 hari lalu

5 Negara Ini Sedang Alami Cuaca Panas Ekstrem, Waspada Saat Mengunjunginya

Sejumlah negara sedang mengalami cuaca panas ekstrem. Mana saja yang sebaiknya tak dikunjungi?

Baca Selengkapnya

Cuaca Panas Ekstrem Melanda Asia, Myanmar Tembus 48,2 Derajat Celcius

3 hari lalu

Cuaca Panas Ekstrem Melanda Asia, Myanmar Tembus 48,2 Derajat Celcius

Asia alamai dampak krisis perubahan iklim. Beberapa negara dilanda cuaca panas ekstrem. Ada yang mencapai 48,2 derajat celcius.

Baca Selengkapnya

Giliran KKP Tangkap Kapal Asing Malaysia yang Menangkap Ikan di Selat Malaka

7 hari lalu

Giliran KKP Tangkap Kapal Asing Malaysia yang Menangkap Ikan di Selat Malaka

KKP meringkus satu kapal ikan asing ilegal berbendera Malaysia saat kedapatan menangkap ikan di Selat Malaka.

Baca Selengkapnya

Perang Saudara Myanmar: Kelompok Perlawanan Tarik Pasukan dari Perbatasan Thailand

9 hari lalu

Perang Saudara Myanmar: Kelompok Perlawanan Tarik Pasukan dari Perbatasan Thailand

Tentara Pembebasan Nasional Karen memutuskan menarik pasukannya dari perbatasan Thailand setelah serangan balasan dari junta Myanmar.

Baca Selengkapnya

Jenderal Myanmar Menghilang Setelah Serangan Pesawat Tak Berawak

10 hari lalu

Jenderal Myanmar Menghilang Setelah Serangan Pesawat Tak Berawak

Wakil Ketua Junta Myanmar menghilang setelah serangan drone. Ia kemungkinan terluka.

Baca Selengkapnya

Ribuan Warga Rohingya Berlindung ke Perbatasan Myanmar-Bangladesh

12 hari lalu

Ribuan Warga Rohingya Berlindung ke Perbatasan Myanmar-Bangladesh

Ribuan warga etnis Rohingya yang mengungsi akibat konflik di Myanmar, berkumpul di perbatasan Myanmar-Bangladesh untuk mencari perlindungan

Baca Selengkapnya

Aktivis HAM Myanmar Dicalonkan Nobel Perdamaian 2024: Penghargaan Ini Tidak Sempurna

12 hari lalu

Aktivis HAM Myanmar Dicalonkan Nobel Perdamaian 2024: Penghargaan Ini Tidak Sempurna

Maung Zarni, aktivis hak asasi manusia dan pakar genosida asal Myanmar, dinominasikan Hadiah Nobel Perdamaian 2024, oleh penerima Nobel tahun 1976

Baca Selengkapnya

Pertempuran di Perbatasan Myanmar-Thailand, Pemberontak Targetkan Pasukan Junta

13 hari lalu

Pertempuran di Perbatasan Myanmar-Thailand, Pemberontak Targetkan Pasukan Junta

Pertempuran berkobar di perbatasan timur Myanmar dengan Thailand memaksa sekitar 200 warga sipil melarikan diri.

Baca Selengkapnya

Top 3 Dunia: Iran Siap Hadapi Israel, Sejarah Kudeta di Myanmar

15 hari lalu

Top 3 Dunia: Iran Siap Hadapi Israel, Sejarah Kudeta di Myanmar

Top 3 dunia adalah Iran siap menghadapi serangan Israel, sejarah kudeta di Myanmar hingga Netanyahu mengancam.

Baca Selengkapnya

Menilik Jejak Sejarah Kudeta Junta Militer Di Myanmar

16 hari lalu

Menilik Jejak Sejarah Kudeta Junta Militer Di Myanmar

Myanmar, yang dulunya dikenal sebagai Burma itu telah lama dianggap sebagai negara paria ketika berada di bawah kekuasaan junta militer yang menindas.

Baca Selengkapnya