Presiden Rodrigo Duterte Sebut Pembantaian Terhadap Kelompok Komunis Legal

Selasa, 9 Maret 2021 06:30 WIB

Presiden Filipina Rodrigo Duterte dan Duta Besar Cina Huang Xilian menghadiri upacara kedatangan pengiriman pertama vaksin Covid-19 dari Sinovac Biotech di Pangkalan Udara Villamor di Pasay, Metro Manila, Filipina, 28 Februari 2021.[REUTERS / Eloisa Lopez]

TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Filipina Rodrigo Duterte merasa tak bersalah telah memerintahkan pembantaian aktivis, yang ia klaim pemberontak dan komunis, pekan lalu. Disampaikan lewat juru bicaranya, Harry Roque, Presiden Duterte membela diri dengan mengatakan dirinya berhak membunuh kelompok-kelompok pemberontak bersenjata.

"Perintah Presiden Duterte untuk 'bunuh, bunuh, dan bunuh' itu legal karena ditujukan kepada kelompok bersenjata, ujar Roque, dikutip dari kantor berita Reuters, Senin, 8 Maret 2021.

Hal senada disampaikan oleh Komandan Grup Anti-Pemberontak, Letnan Jenderal Antonio Parlade. Parlade berkata, operasi yang mereka lakukan bersifat legal secara hukum. Selain itu, kata ia, pihaknya juga sudah membawa surat perintah penggeledahan untuk senjata dan bahan peledak.

Diberitakan pada Ahad kemarin, Presiden Rodriogo Duterte meminta para aktivis Komunis untuk dihabisi. Tak lama setelah itu, aparat Filipina membunuh sembilan orang yang mereka klaim sebagai pemberontak. Pembunuhan itu dilakukan dalam operasi serentak, yang menyasar kelompok-kelompok anti-pemerintah di utara Filipina.

Menurut keterangan Kepolisian Filipina, kesembilan pemberontak itu tidak mereka bunuh dengan sengaja. Pembelaan mereka, pembunuhan tersebut sebagai bentuk bela diri karena para pemberontak tidak kooperatif saat hendak ditangkap. Total, kata Kepolisian Filipina, mereka seharusnya menangkap 18 orang hidup-hidup.

Salah satu figur yang terbunuh dalam peristiwa tersebut adalah Emmanuel "Manny" Asuncion. Ia adalah aktivis dan kepala buruh di Provinsi Cavite, tepat di luar Manila. Selain itu, ada juga pasangan suami istri Chai dan Ariel Evangelitsta, koordinator buruh.

Sejumlah organisasi dan aktivis hak asasi manusia mengecam pembantaian yang diperintahkan oleh Duterte itu. Menurut mereka, apa yang dilakukan Duterte pada pekan lalu mirip dengan Perang Terhadap Narkoba yang ia galakkan.

Perang tersebut, menurut sejumlah aktivis, berujung pada tewas ribuan orang. Mereka khawatir jumlah korban meninggal akibat pelanggaran HAM akan bertambah banyak ke depannya dengan adanya perang terhadap Komunis.

Human Rights Watch menyebut perang terhadap Komunis yang dinyatakan oleh Duterte hanyalah praktik labelling saja. Hal itu, kata ia, dilakukan untuk menjustifikasi pembunuhan terhadap kelompok-kelompok pemberontak atau aktivis. Human Rights Watch sendiri ragu Duterte benar-benar memperhatikan perbedaan antara kelompok bersenjata dan aktivis yang non-kombatan.

Hal senada disampaikan oleh Konferensi Gereja Katolik Filipina. Salah satu grup gereja berpengaruh itu mengatakan apa yang diperintahkan Duterte terlalu berlebihan dan kejam. Mereka bahkan menyebut pembunuhan Ahad kemarin sebagai "Minggu Berdarah".

Sejak menjadi Presiden FIlipina pada 2016, mejalin perdamaian dengan kelompok pemberontak Maoist adalah salah satu agenda Duterte. Namun, upaya damai itu selalu gagal yang berujung pada amukan dan perintah Duterte untuk menghabisi mereka.

Baca juga: Sembilan Aktivis Filipina Terbunuh Usai Duterte Minta Komunis Dihabisi

ISTMAN MP | REUTERS


Berita terkait

5 Negara Asia Tenggara Dilanda Gelombang Panas, Indonesia Diserang DBD

16 jam lalu

5 Negara Asia Tenggara Dilanda Gelombang Panas, Indonesia Diserang DBD

Negara-negara Asia Tenggara tengah berjuang melawan gelombang panas yang mematikan tahun ini.

Baca Selengkapnya

Bukan Hanya Malaysia , 3 Negara Asia Tenggara ini Pernah Lakukan Pencurian Ikan di Indonesia

1 hari lalu

Bukan Hanya Malaysia , 3 Negara Asia Tenggara ini Pernah Lakukan Pencurian Ikan di Indonesia

Sejumlah nelayan dari negara tetangga beberapa kali terlibat pencurian ikan di perairan Indonesia

Baca Selengkapnya

Filipina Pastikan Belum Ada Kata Sepakat dengan Beijing soal Laut Cina Selatan

2 hari lalu

Filipina Pastikan Belum Ada Kata Sepakat dengan Beijing soal Laut Cina Selatan

Filipina menyangkal klaim Beijing yang menyebut kedua negara telah mencapai kata sepakat terkait sengketa Laut Cina Selatan

Baca Selengkapnya

Tiga Warga Filipina Tewas Akibat Banjir di Dubai

9 hari lalu

Tiga Warga Filipina Tewas Akibat Banjir di Dubai

Banjir di Dubai menyebabkan empat orang lagi tewas, tiga di antaranya adalah warga Filipina.

Baca Selengkapnya

Bocoran Memo Internal New York Times Soal Gaza: Tak Boleh Menulis kata Genosida hingga Pendudukan

13 hari lalu

Bocoran Memo Internal New York Times Soal Gaza: Tak Boleh Menulis kata Genosida hingga Pendudukan

The New York Times menginstruksikan para jurnalis yang meliput serangan Israel di Gaza untuk membatasi penggunaan istilah genosida hingga pendudukan

Baca Selengkapnya

Warga Filipina Injak Patung Xi Jinping saat Unjuk Rasa Laut Cina Selatan

20 hari lalu

Warga Filipina Injak Patung Xi Jinping saat Unjuk Rasa Laut Cina Selatan

Pengunjuk rasa di Manila menginjak-injak patung Presiden Cina Xi Jinping saat protes menentang "agresi" Cina di Laut Cina Selatan.

Baca Selengkapnya

Menjelajah Chocolate Hills, Perbukitan yang Bikin Tercengang di Filipina

23 hari lalu

Menjelajah Chocolate Hills, Perbukitan yang Bikin Tercengang di Filipina

Chocolate Hills merupakan bukit-bukit landari yang bergerombol di pulau Bohol, Filipina

Baca Selengkapnya

Fakta-fakta Taipe Hadapi Gempa Taiwan 7,2 Magnitudo

23 hari lalu

Fakta-fakta Taipe Hadapi Gempa Taiwan 7,2 Magnitudo

Dua bangunan yang rusak paling parah akibat gempa Taiwan masih utuh, memungkinkan penghuninya untuk memanjat ke tempat yang aman melalui jendela.

Baca Selengkapnya

AS, Filipina dan Jepang akan Bahas Laut Cina Selatan pada KTT Trilateral

24 hari lalu

AS, Filipina dan Jepang akan Bahas Laut Cina Selatan pada KTT Trilateral

Pembahasan di KTT trilateral antara Amerika Serikat, Filipina dan Jepang pekan depan akan mencakup Laut Cina Selatan.

Baca Selengkapnya

Korban Jiwa Gempa Taiwan Menjadi Sembilan Orang, 50 Lainnya Dilaporkan Hilang

26 hari lalu

Korban Jiwa Gempa Taiwan Menjadi Sembilan Orang, 50 Lainnya Dilaporkan Hilang

Gempa Taiwan menewaskan sedikitnya sembilan orang dan 50 lainnya dilaporkan hilang dalam perjalanan ke taman nasional

Baca Selengkapnya