Reporter PBB: Sanksi Ekonomi ke Militer Myanmar Bakal Efektif

Selasa, 9 Februari 2021 19:15 WIB

Nama Min Aung Hlaing mulai terkenal pada 2009 ketika memimpin serangan terhadap pemberontak Tentara Aliansi Demokratik Nasional Myanmar di daerah Kokang. Peristiwa ini memaksa sekitar 37 ribu penduduk etnis Kokang untuk mengungsi ke Cina. REUTERS/Soe Zeya Tun

TEMPO.CO, Jakarta - Reporter Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB), Tom Andrews, menyakini sanksi ekonomi dan diplomatik terhadap figur militer akan efektif untuk mengakhiri kudeta di Myanmar. Sebab, kata ia, militer Myanmar tidak memiliki tekad sekuat bayangan orang.

Di sisi lain, sanksi ekonomi dan diplomatik sudah pernah digunakan sebelumnya dan berhasil. Oleh karenanya, menurut Andrews, tidak ada salahnya kedua sanksi tersebut dipakai lagi untuk merespon kudeta Myanmar.

"Kita tahu di masa lalu militer Myanmar mengatakan mereka tidak akan terpengaruh tekanan internasional. Kenyataan menunjukkan sebaliknya. Mereka peduli, mereka butuh terlibat dalam ekonomi internasional," ujar Andrews, dikutip dari Channel News Asia, Selasa, 9 Februari 2021.

Andrews berkata, militer Myanmar pada dasarnya tetap ingin mendapat keuntungan dari status baru mereka. Mereka berharap bisa mendulang uang dan lebih sejahtera dengan menguasai pemerintahan. Jika bantuan ekonomi dan investasi ke sana dihentikan untuk waktu yang lama, kata Andrews, militer Myanmar tidak akan memiliki pilihan selain berkompromi.

Warga Myanmar di Thailand menggelar aksi unjuk rasa di depan kantor Kedutaan Besar Myanmar di Bangkok pasca kudeta militer Myanmar, pada 1 Februari 2021. Mereka membawa potret Jenderal Min Aung Hlaing yang dicoret dengan tulisan "Memalukan, Diktator. Kami Tidak Akan Memaafkanmu". REUTERS/Athit Perawongmetha

Sebagai catatan, pekan lalu Justice for Myanmar berpendapat bahwa Jenderal Militer Min Aung Hlaing menggunakan kudeta untuk menggolkan kepentingan bisnisnya juga. Sebab, selama ini, Min Aung Hlaing membantu perusahaan-perusahaan anaknya untuk mengakses sumber daya pemerintah.

Sebagai panglima angkatan bersenjata, Min Aung Hlaing sendiri memiliki kuasa atas dua kelompok bisnis terbesar di Myanmar. Mereka adalah Myanmar Economic Corporation (MEC) dan Myanmar Economic Holdings Limited (MEHL). Mereka menangani investasi di berbagai sektor mulai dari timah, tembaga, telekomunikasi, dan garmen.

Jika demokratisasi sampai terjadi di Myanmar, hal itu berpotensi mengancam bisnis Min Aung Hlaing. Data pejabat publik akan bersifat lebih transparan yang memungkinkan warga untuk mendesak penindakan terhadap bisnis-bisnis keluarganya. Itu lah yang dianggap Justice for Myanmar menjadi salah satu motivasi kudeta Myanmar.



"Saya tahu berbagai pemimpin negara tengah mendiskusikan aplikasi sanksi ekonomi baru ke Myanmar. Menurut saya itu langkah terbaik."

"Jangan sampai ada sinyal yang salah dari negara-negara tetangga. Penting bagi militer Myanmar untuk tahu bahwa mereka akan dimintai pertanggungjawaban atas segala tindakannya," ujar Andews menegaskan.

Salah satu negara yang telah memberikan sanksi adalah Amerika. Ketika mereka menyatakan aksi militer Myanmar sebagai "Kudeta", otomatis dana bantuan ke negara itu dihentikan. Terutama, yang ditujukan kepada pemerintahan. Namun, Amerika memiliki kekhawatiran Cina akan memanfaatkan situasi Myanmar untuk memperkuat pengaruh di Asia Tenggara.

Per berita ini ditulis, kudeta Myanmar sudah berjalan lebih dari sepekan. Puluhan ribu warga, sejak Sabtu pekan lalu, menggelar serangkaian unjuk rasa untuk memprotes kudeta tersebut. Mereka menuntut tiga hal yaitu diakhirinya kudeta, diberlakukannya demokrasi, dan dibebaskannya tahanan politik seperti Penasehat Negara Aung San Suu Kyi.

Baca juga: Junta Militer Myanmar Akhirnya Beri Pernyataan Soal Kudeta dan Unjuk Rasa

ISTMAN MP | CHANNEL NEWS ASIA

Berita terkait

PBB: Serangan Terbaru Israel Bisa Hapus 44 Tahun Pembangunan Manusia di Gaza

6 jam lalu

PBB: Serangan Terbaru Israel Bisa Hapus 44 Tahun Pembangunan Manusia di Gaza

Jika perang terus berlanjut selama sembilan bulan, kemajuan yang dicapai selama 44 tahun akan musnah. Kondisi itu akan membuat Gaza kembali ke 1980

Baca Selengkapnya

Tema World Water Forum ke-10 Sejalan dengan Target UNICEF, Kelangkaan Air jadi Isu Krusial

6 jam lalu

Tema World Water Forum ke-10 Sejalan dengan Target UNICEF, Kelangkaan Air jadi Isu Krusial

Tema World Water Forum ke-10 di Bali berkaitan dengan sejumlah tujuan UNICEF. Salah satunya soal akses air bersih untuk anak-anak di daerah.

Baca Selengkapnya

PBB: Kehancuran Bangunan di Gaza Terburuk Sejak PD II, Butuh Biaya Rekonstruksi Hingga US$40 Miliar

7 jam lalu

PBB: Kehancuran Bangunan di Gaza Terburuk Sejak PD II, Butuh Biaya Rekonstruksi Hingga US$40 Miliar

PBB melaporkan kehancuran perumahan di Gaza akibat serangan brutal Israel sejak 7 Oktober merupakan yang terburuk sejak Perang Dunia II.

Baca Selengkapnya

Gedung Putih Minta Rusia Dijatuhi Sanksi Lagi karena Kirim Minyak ke Korea Utara

16 jam lalu

Gedung Putih Minta Rusia Dijatuhi Sanksi Lagi karena Kirim Minyak ke Korea Utara

Gedung Putih menyarankan agar Rusia dijatuhi lagi sanksi karena diduga telah secara diam-diam mengirim minyak olahan ke Korea Utara

Baca Selengkapnya

5 Negara Ini Sedang Alami Cuaca Panas Ekstrem, Waspada Saat Mengunjunginya

1 hari lalu

5 Negara Ini Sedang Alami Cuaca Panas Ekstrem, Waspada Saat Mengunjunginya

Sejumlah negara sedang mengalami cuaca panas ekstrem. Mana saja yang sebaiknya tak dikunjungi?

Baca Selengkapnya

PBB: Bantuan ke Gaza Tak Boleh Jadi Alasan Israel Serang Rafah

2 hari lalu

PBB: Bantuan ke Gaza Tak Boleh Jadi Alasan Israel Serang Rafah

Serangan darat Israel ke Rafah berpotensi memperparah penderitaan ratusan ribu warga Palestina yang terpaksa mengungsi ke kota tersebut

Baca Selengkapnya

Ekuador Gugat Meksiko di ICJ karena Beri Suaka Mantan Wakil Presiden

2 hari lalu

Ekuador Gugat Meksiko di ICJ karena Beri Suaka Mantan Wakil Presiden

Meksiko sebelumnya telah mengajukan banding ke ICJ untuk memberikan sanksi kepada Ekuador karena menyerbu kedutaan besarnya di Quito.

Baca Selengkapnya

Cuaca Panas Ekstrem Melanda Asia, Myanmar Tembus 48,2 Derajat Celcius

2 hari lalu

Cuaca Panas Ekstrem Melanda Asia, Myanmar Tembus 48,2 Derajat Celcius

Asia alamai dampak krisis perubahan iklim. Beberapa negara dilanda cuaca panas ekstrem. Ada yang mencapai 48,2 derajat celcius.

Baca Selengkapnya

Pemantau PBB Laporkan Rudal Korea Utara Hantam Kharkiv Ukraina

3 hari lalu

Pemantau PBB Laporkan Rudal Korea Utara Hantam Kharkiv Ukraina

Badan ahli tersebut mengatakan kepada Dewan Keamanan PBB bahwa penemuan rudal menunjukkan pelanggaran sanksi internasional oleh Korea Utara.

Baca Selengkapnya

Kongres AS Ancam akan Sanksi Pejabat ICC Jika Keluarkan Surat Penangkapan Netanyahu

3 hari lalu

Kongres AS Ancam akan Sanksi Pejabat ICC Jika Keluarkan Surat Penangkapan Netanyahu

Kongres AS dilaporkan memperingatkan Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) atas surat perintah penangkapan bagi pejabat Israel

Baca Selengkapnya