Perdana Menteri Inggris Boris Johnson berbicara selama konferensi pers virtual, setelah memimpin pertemuan COBRA, yang diadakan sebagai tanggapan atas peningkatan pembatasan perjalanan di tengah pandemi penyakit virus corona (COVID-19), di 10 Downing Street, di London, Inggris, 21 Desember 2020. [Tolga Akmen / Pool via REUTERS]
TEMPO.CO, Jakarta - Perdana Menteri Inggris Boris Johnson merasa bersalah atas terus bertambahnya jumlah korban COVID-19 hingga 100 ribu lebih. Oleh karenanya, ia meminta maaf dan siap bertanggung jawab atas segala kesalahan yang diperbuat oleh pemerintahannya dalam penanganan pandemi.
Selain meminta maaf, Boris Johnson juga berjanji mencarikan solusi atas masalah varian baru COVID-19 dan lockdown yang melumpuhkan perekonomian Inggris. Perihal varian baru virus, misalnya, dirinya akan mengumumkan pengetatan perbatasan baru agar penyebaran tidak kian parah.
"Menteri Dalam Negeri akan mengumumkan pembatasan yang lebih ketat lagi untuk negara-negara yang masuk daftar merah kami. Mereka negara yang kami khawatir akan membawa varian baru virus," ujar Boris Johnson, dikutip dari kantor berita Reuters, Rabu, 27 Januari 2021.
Sejauh ini, rencana pemerintah Inggris untuk pendatang dari negara dengan varian baru COVID-19 adalah mengkarantina mereka di tempat terpisah. Lokasi yang dipersiapkan Inggris adalah hotel yang dialihfungsikan.
Salah satu contoh negara yang masuk daftar merah adalah Afrika Selatan. Selain Inggris, Afrika Selatan termasuk negara pertama yang mengidentifikasi penyebaran varian baru COVID-19 pada akhir 2020.
Perihal lockdown dan pemulihan, Boris Johnson menyatakan telah menyiapkan road map pelonggaran lockdown COVID-19. Keberhasilan Road Map itu, kata ia, akan bergantung pada keberhasilan program vaksinasi COVID-19 pemerintah.
Sejak Januari 2021, Inggris telah menerapkan lockdown nasional untuk ketiga kalinya. Sekolah, bar, tempat hiburan ditutup sementara semua restoran tidak boleh melayani makan di tempat.
"Untuk beberapa pekan ke depan, mengasumsikan vaksinasi COVID-19 berjalan aman dan kita tidak menghadapi masalah-masalah baru...saya akan menerapkan road map (pemulihan) soal bagaimana Inggris akan berjalan ke depannya."
"Kami sudah melakukan apapun yang kami bisa," ujar Boris Johnson menegaskan. Per berita ini ditulis, Inggris mencatat 3,6 juta kasus dan 100.162 kematian akibat COVID-19. Angka itu menampatkan Inggris di posisi kelima sebagai negara paling terdampak virus Corona. Sementara itu, soal vaksinasi, Inggris menargetkan 15 juta warganya telah tervaksin pada pertengahan Februari.