Bagaimana Nasib Donald Trump Setelah Meninggalkan Gedung Putih?

Rabu, 16 Desember 2020 06:00 WIB

TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Donald Trump akan meninggalkan Gedung Putih tetapi Trump tidak akan menghilang dari begitu saja dengan masa pensiun yang tenang.

Setelah gagal dalam upaya hukum untuk membalikkan kekalahannya dalam pemilu 3 November dari Demokrat Joe Biden, yang pada Senin memenangkan pemungutan suara Electoral College yang secara resmi menentukan kepresidenan AS, Trump akan kembali memasuki kehidupan pribadi pada 20 Januari dengan berbagai peluang.

Ada yang menyebut Donald Trump akan maju lagi dalam Pilpres AS 2024, atau kabar dirinya akan berkarir lagi di media. Tetapi apapun pilihannya, Trump dibayangi oleh potensi bahaya hukum dan tantangan bisnis.

Satu yang pasti, kehausan Trump akan sorotan bakal memastikan dia tidak mengikuti jejak presiden masa lalu seperti George W. Bush, yang diam-diam mulai melukis, atau Jimmy Carter dengan aktivisme globalnya.

Masa depan Trump, seperti kepresidenannya, kemungkinan besar akan keras dan lebih menantang.

Advertising
Advertising

Dikutip dari Reuters, 15 Desember 2020, Trump menghadapi berbagai tindakan hukum perdata dan pidana terkait bisnis keluarganya dan aktivitasnya sebelum dia menjabat, yang dapat dipercepat begitu dia kehilangan perlindungan hukum yang diberikan kepada Presiden AS.

Pengembang real estat yang berubah menjadi bintang TV itu sedang mempertimbangkan banyak manuver untuk mempertahankan sorotan publik.

Donald Trump akan membuat media baru setelah meninggalkan Gedung Putih yang akan ditempati oleh Joe Biden pada Januari tahun depan, kata penasihatnya.

Mantan bintang serial realitas "The Apprentice" itu dikabarkan akan membuka saluran televisi atau perusahaan media sosial untuk bersaing dengan mereka yang dia klaim telah mengkhianatinya.

Sebuah saluran berita televisi akan membahas Fox News, sekutu dekat Trump yang telah memicu kemarahannya sejak pemilu karena kurang mendukung, menurut Reuters, 15 Desember 2020.

Para ajudan menggambarkan Trump sangat marah pada Fox News karena menyebut Joe Biden memenangkan negara bagian Arizona ketika hasilnya masih belum pasti.

Biden akhirnya memenangkan Arizona, tetapi sebagian besar jaringan lain tidak melakukan laporan serupa selama beberapa hari sesudahnya.

Trump dapat berkolaborasi dengan jaringan kabel konservatif yang sudah eksis sebelumnya, One America News Network atau Newsmax, yang keduanya sangat berfokus pada membangun citra positif Trump.

Trump juga telah berdiskusi dengan penasihat tentang rencana untuk memulai perusahaan media sosial untuk bersaing dengan Twitter Inc, yang telah berulang kali menandai peringatan konten di twit-nya yang membuat tuduhan tidak berdasar tentang kecurangan pemilu.

Tetapi Trump menghadapi tantangan keuangan yang signifikan, termasuk pukulan pada merek bisnisnya karena kepresidenannya yang terpolarisasi dan kepemilikan industri real estat, perjalanan, dan rekreasi dari pandemi virus corona.

Forbes memperkirakan pada September bahwa kekayaan bersih Trump turun sekitar US$ 600 juta (Rp 8,5 triliun) pada tahun sebelumnya, menjadi US$ 2,5 miliar (Rp 35.352 triliun). The New York Times melaporkan Trump secara pribadi telah berutang US$ 421 juta (Rp 5,9 triliun) dari utang perusahaannya.

Presiden AS Donald Trump mengampuni seekor ayam Kalkun Thanksgiving Nasional yang ke-73 di Rose Garden di Gedung Putih di Washington, AS, 24 November 2020. REUTERS/Hannah McKay

Trump, yang menolak untuk mengakui kekalahannya dalam pemilu dan terus membuat klaim tak berdasar atas penipuan pemilu yang meluas, telah mengatakan kepada sekutunya bahwa dia sedang mempertimbangkan pencalonan presiden berikutnya.

Dia bahkan mengatakan untuk tidak menghadiri pelantikan Joe Biden dan mengumumkan pencalonannya pada 2024 hari itu juga, sebuah langkah yang akan memungkinkan dia untuk melanjutkan kampanye yang dia lakukan pada tahun 2016 dan 2020.

Langkah Trump itu akan mempersulit tokoh Partai Republik lainnya yang mempertimbangkan untuk maju Pilpres AS 2024, termasuk Wakil Presiden Mike Pence, mantan Duta Besar PBB Nikki Haley dan Senator Marco Rubio dan Tom Cotton, yang harus mempertimbangkan apakah akan melawan Trump.

Konstitusi AS memungkinkan presiden untuk dipilih dua kali dan persyaratannya tidak harus berturut-turut.

Grover Cleveland adalah satu-satunya presiden Amerika yang menjabat selama dua periode tidak berturut-turut. Dia meninggalkan Gedung Putih pada tahun 1889 setelah dikalahkan untuk pemilihan ulang dan menang pada tahun 1893.

Trump telah membentuk komite aksi politik yang akan memungkinkannya mengumpulkan uang dan menggunakan pengaruh di partai setelah dia meninggalkan jabatannya, apakah dia menjadi kandidat atau tidak.

Keinginan Trump untuk mempertahankan pengaruh politiknya juga terbukti dalam dukungannya baru-baru ini terhadap sekutu dekatnya Ronna McDaniel untuk masa jabatan lain sebagai ketua Komite Nasional Republik (RNC).

Anggota RNC akan memberikan suara pada akhir Januari tentang apakah akan mempertahankan McDaniel sebagai ketua dan akan membuktikan seberapa kuat pengaruh Trump dan seberapa ingin Partai Republik untuk tunduk sesuai keinginannya.


Sumber:

https://uk.reuters.com/article/usa-election-trump/after-the-white-house-trump-faces-uncertain-future-and-legal-threats-idUKKBN28P1B2

Berita terkait

Ini Agenda Masa Jabatan Kedua Trump, termasuk Deportasi Massal

2 hari lalu

Ini Agenda Masa Jabatan Kedua Trump, termasuk Deportasi Massal

Donald Trump meluncurkan agenda untuk masa jabatan keduanya jika terpilih, di antaranya mendeportasi jutaan migran dan perang dagang dengan Cina.

Baca Selengkapnya

Biden Soal Bentrok Mahasiswa Pro-Palestina: Boleh Protes, Asal Jangan Bikin Kekacauan

3 hari lalu

Biden Soal Bentrok Mahasiswa Pro-Palestina: Boleh Protes, Asal Jangan Bikin Kekacauan

Presiden AS Joe Biden mengkritik gelombang unjuk rasa pro-Palestina yang berlangsung di berbagai kampus di seluruh negeri.

Baca Selengkapnya

Donald Trump Memuji Penggerebekan Unjuk Rasa Pro-Palestina oleh Polisi New York

4 hari lalu

Donald Trump Memuji Penggerebekan Unjuk Rasa Pro-Palestina oleh Polisi New York

Donald Trump memuji polisi New York yang menggerebek unjuk rasa pro-Palestina di Universitas Columbia.

Baca Selengkapnya

Partai Demokrat AS Kirim Surat ke Joe Biden, Minta Cegah Serangan Israel di Rafah

4 hari lalu

Partai Demokrat AS Kirim Surat ke Joe Biden, Minta Cegah Serangan Israel di Rafah

Puluhan anggota Partai Demokrat AS menyurati pemerintahan Presiden Joe Biden untuk mendesak mereka mencegah rencana serangan Israel di Rafah.

Baca Selengkapnya

Terancam Dipenjara, Trump Dijatuhi Denda Rp146 Juta karena Langgar Perintah Pembungkaman

5 hari lalu

Terancam Dipenjara, Trump Dijatuhi Denda Rp146 Juta karena Langgar Perintah Pembungkaman

Hakim yang mengawasi persidangan pidana uang tutup mulut Donald Trump mendenda mantan presiden Amerika Serikat itu sebesar US$9.000 atau karena Rp146

Baca Selengkapnya

Ratusan Polisi New York Serbu Universitas Columbia untuk Bubarkan Demonstran Pro-Palestina

5 hari lalu

Ratusan Polisi New York Serbu Universitas Columbia untuk Bubarkan Demonstran Pro-Palestina

Ratusan polisi Kota New York menyerbu Universitas Columbia untuk membubarkan pengunjuk rasa pro-Palestina

Baca Selengkapnya

Kongres AS Ancam akan Sanksi Pejabat ICC Jika Keluarkan Surat Penangkapan Netanyahu

6 hari lalu

Kongres AS Ancam akan Sanksi Pejabat ICC Jika Keluarkan Surat Penangkapan Netanyahu

Kongres AS dilaporkan memperingatkan Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) atas surat perintah penangkapan bagi pejabat Israel

Baca Selengkapnya

Polisi AS Lakukan Tindakan Represif Terhadap Demonstran Pro-Palestina, Mahasiswa Tak Cuma Ditangkap

8 hari lalu

Polisi AS Lakukan Tindakan Represif Terhadap Demonstran Pro-Palestina, Mahasiswa Tak Cuma Ditangkap

Puluhan kampus di Amerika Serikat gelar aksi pro-Palestina. Apa saja tindakan represif aparat terhadap demonstran?

Baca Selengkapnya

3 Polemik TikTok di Amerika Serikat

8 hari lalu

3 Polemik TikTok di Amerika Serikat

DPR Amerika Serikat mengesahkan rancangan undang-undang yang akan melarang penggunaan TikTok

Baca Selengkapnya

Makin Meluas Kampus di Amerika Serikat Dukung Palestina, Ini Alasannya

10 hari lalu

Makin Meluas Kampus di Amerika Serikat Dukung Palestina, Ini Alasannya

Berbagi kampus di Amerika Serikat unjuk rasa mendukung Palestina dengan tuntutan yang seragam soal protes genosida di Gaza.

Baca Selengkapnya