5 Kepala Negara Pilih No Comment Atas Kemenangan Joe Biden

Selasa, 10 November 2020 16:01 WIB

Sejumlah patung bergambarkan Boris Johnson, Presiden Cina Xi Jinping, Presiden AS Donald Trump, Presiden Rusia Vladimir Putin dan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un saat dipersiapkan untuk dihadirkan dalam parade karnaval Rose Monday di Cologne, Jerman, 18 Februari 2020. REUTERS/Wolfgang Rattay

TEMPO.CO, Jakarta - Kemenangan Joe Biden di Pemilu AS disambut hangat oleh berbagai kepala negara. Namun, sebagian di antaranya ada yang masih ogah atau berhati-hati untuk memberikan selamat kepada Joe Biden. Berbagai faktor bisa berperan di balik keputusan itu mulai dari sejarah hubungan dengan inkumben Donald Trump atau hubungan dengan Pemerintah Amerika secara keseluruhan.

Berikut kepala-kepala negara yang hingga sekarang belum mengucapkan selamat kepada Joe Biden dan wakilnya, Kamala Harris:

1.Presiden Rusia Vladimir Putin

Presiden Rusia Vladimir Putin menyampaikan pidato melalui video rekaman di depan Sidang Umum Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) di Moskow, Rusia 22 September 2020. Dalam pidatonya, Putin menawarkan vaksin Covid-19 Sputnik-V bagi semua staff PBB. Sputnik/Mikhail Klimentyev/Kremlin

Ketika Donald Trump memenangkan Pemilu AS 2016, Presiden Rusia Vladimir Putin termasuk yang pertama memberikan ucapan selamat. Perlakuan berbeda ia tunjukkan ketika Joe Biden memenangi Pemilu AS 2020 di mana ia belum mengucapkan selamat.


Menurut Juru Bicara Kremlin, Dmitry Peskov, ucapan tidak diberikan karena hasil Pemilu AS digugat oleh Donald Trump. "Kami merasa langkah yang terbaik adalah menunggu hingga keluar hasil resmi," ujar Dmitry Peskov, dikutip dari kantor berita Reuters.

2.Presiden Cina Xi Jiniping

Presiden Xi Jinping.[TIME]

Presiden Cina Xi Jinping adalah orang kedua yang belum menyelamati Joe Biden. Sama dengan Vladimir Putin, belum adanya ucapan selamat dari Xi Jinping karena hasil Pemilu AS masih digugat. Oleh karenanya, menurut keterangan Pemerintah Cina, Xi Jinping memutuskan untuk menahan dulu ucapan selamatnya.

"Kami tahu bahwa Joe Biden sudah mendeklarasikan dirinya sebagai pemenang Pemilu AS. Tapi, kami juga paham bahwa hasil Pemilu AS akan ditentukan oleh prosedur dan hukum yang berlaku di Amerika," ujar juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina, Wang Wenbin, dikutip dari kantor berita Reuters.

Sebagai catatan, ketika Donald Trump memenangi Pemilu AS 2016, Xi Jinping mengucapkan selamat sehari sesudahnya.

3.Presiden Brasil Jair Bolsonaro

Presiden Brasil Jair Bolsonaro sempat melontarkan pernyataan yang meremehkan Covid-19 sebelum akhirnya terinfeksi virus tersebut pada Juli 2020 lalu. Tidak hanya merendahkan corona dengan menyebutnya "flu ringan", Bolsonaro juga menolak saran pakar agar Brasil menerapkan lockdown. REUTERS/Adriano Machado

Presiden Brasil Jair Bolsonaro, selama ini, dikenal sebagai figur yang sangat "mengidolakan" Donald Trump. Dalam banyak hal, ia kerap mengikuti gaya Donald Trump mulai dari gaya komunikasi sampai cara merespon pandemi COVID-19. Bolsonaro bahkan pernah disebut "Trump-nya Negara Tropis". Ketika Joe Biden dinyatakan sebagai pemenang Pemilu AS, Bolsonaro memilih diam.

Menurut seorang sumber di Pemerintahan Brasil, Bolsonaro ingin menunggu hingga proses gugatan hukum terhadap hasil Pemilu AS usai. Sementara itu, media-media Brasil, yang dimusuhi Bolsonaro, mengatakan bahwa Bolsonaro harus belajar dari kekalahan Donald Trump. "Kekalahan Trump menghukum mereka yang mencoba merusak peradaban," ujar Folha de Sao Paulo, koran lokal Brasil.

4.Pemimpin Agung Korea Utara Kim Jong Un

Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un, bersama para ajudannya saat memeriksa lokasi pemulihan bangunan yang rusak akibat topan di distrik Geomdeok, provinsi Hamgyong Selatan, di Korea Utara, 13 Oktober 2020. KCNA via REUTERS

Amerika, di bawah pemerintahan Donald Trump, mencoba menjaga hubungan baik dengan Korea Utara untuk misi denuklirisasi. Meski begitu, "hubungan baik" tersebut belum memberikan hasil apapun. Salah satu buktinya, tidak ada satupun ucapan selamat dari Pemimpin Agung Korea Utara, Kim Jong Un, terhadap Joe Biden.

Tidak hanya nihil ucapan selamat, keterangan apapun soal itu juga tak ada. Seperti yang diketahui, segala arus informasi dan komunikasi di Korea Utara dikendalikan oleh pemerintah pusat.

5.Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan

Presiden Turki Tayyip Erdogan menyambut anggota Partai AK dengan meletakkan tangan kanannya ke dada dalam pertemuan parlemen di Ankara, Turki, 4 Maret 2020. Murat Cetinmuhurdar/Kantor Pers Presiden Turki

Lagi-lagi gugatan hasil Pemilu AS oleh Donald Trump menjadi alasan untuk tidak memberikan ucapan selamat ke Joe Biden. Pemerintah Turki menyatakan bahwa Presiden Erdogan baru akan mengucapkan selamat kepada Joe Biden apabila hasil Pemilu AS sudah dinyatakan sah dan kuat secara hukum. Hal itu disebut untuk menghindari perdebatan ataupun keberatan.

"Hal ini sebagai bentuk penghormatan kami terhadap warga dan Pemerintah Amerika," ujar Omer Celik, juru bicara Partai Pembangunan dan Keadilan yang dipimpin oleh Erdogan.

ISTMAN MP | REUTERS | AL JAZEERA | WASHINGTON POST

https://www.reuters.com/article/us-usa-election-china-reaction/china-says-will-follow-custom-in-making-statement-on-u-s-election-winner-idUSKBN27P0OY

https://www.aljazeera.com/news/2020/11/8/no-comment-some-world-leaders-silent-on-biden-win

https://www.washingtonpost.com/world/2020/11/09/world-leader-biden-trump-election-congratulations/

https://www.reuters.com/article/usa-election-turkey-int/turkey-says-it-will-congratulate-us-election-winner-once-result-finalised-idUSKBN27P299

Berita terkait

Cina Minta Israel Berhenti Menyerang Rafah

8 jam lalu

Cina Minta Israel Berhenti Menyerang Rafah

Beijing menyerukan kepada Israel untuk mendengarkan seruan besar masyarakat internasional, dengan berhenti menyerang Rafah

Baca Selengkapnya

Cina Perpanjang Kebijakan Bebas Visa ke 12 Negara Usai Xi Jinping Lawatan ke Prancis

9 jam lalu

Cina Perpanjang Kebijakan Bebas Visa ke 12 Negara Usai Xi Jinping Lawatan ke Prancis

Cina memperpanjang kebijakan bebas visa untuk 12 negara di Eropa dan Asia setelah kunjungan kerja Presiden Xi Jinping ke Prancis

Baca Selengkapnya

Xi Jinping Kunjungan Kerja ke Serbia

11 jam lalu

Xi Jinping Kunjungan Kerja ke Serbia

Xi jinping kunjungan kerja ke Serbia untuk memperingati 25 tahun pengeboman oleh NATO pada kantor kedutaan besar Cina di Serbia

Baca Selengkapnya

Jerman Minta Cina Bantu Negara-Negara Miskin yang Terjebak Utang

18 jam lalu

Jerman Minta Cina Bantu Negara-Negara Miskin yang Terjebak Utang

Kanselir Jerman Olaf Scholz meminta Cina memainkan peran lebih besar dalam membantu negara-negara miskin yang terjebak utang.

Baca Selengkapnya

Vladimir Putin Kembali Dilantik sebagai Presiden Rusia untuk Periode Kelima

1 hari lalu

Vladimir Putin Kembali Dilantik sebagai Presiden Rusia untuk Periode Kelima

Vladimir Putin kembali menjabat sebagai presiden Rusia untuk periode kelima selama enam tahun ke depan. Bakal mengalahkan rekor Stalin.

Baca Selengkapnya

Bintang Film Dewasa Stormy Daniels Dijadwalkan Bersaksi dalam Sidang Donald Trump

1 hari lalu

Bintang Film Dewasa Stormy Daniels Dijadwalkan Bersaksi dalam Sidang Donald Trump

Stormy Daniels, bintang film dewasa yang menjadi pusat persidangan uang tutup mulut mantan presiden Donald Trump, akan bersaksi

Baca Selengkapnya

Tinjauan Psikologi Ihwal Xenophobia

1 hari lalu

Tinjauan Psikologi Ihwal Xenophobia

Xenophobia sebagai fenomena psikologis melibatkan ketakutan, ketaksukaan, atau kebencian ke individu atau kelompok yang dianggap asing atau beda.

Baca Selengkapnya

Sekelompok Hakim AS Konservatif Tolak Pekerjakan Lulusan Universitas Columbia Pro-Palestina

1 hari lalu

Sekelompok Hakim AS Konservatif Tolak Pekerjakan Lulusan Universitas Columbia Pro-Palestina

Tiga belas orang hakim federal konservatif di AS memboikot lulusan Universitas Columbia karena protes pro-Palestina.

Baca Selengkapnya

4 Heboh Pernyataan Xenophobia Joe Biden ke Cina, Jepang, dan India

1 hari lalu

4 Heboh Pernyataan Xenophobia Joe Biden ke Cina, Jepang, dan India

Joe Biden menyebut xenophobia menjadi faktor penghambat pertumbuhan ekonomi di tiga negara ekonomi terbesar di Asia tersebut.

Baca Selengkapnya

Setelah Hagia Sophia, Erdogan Kembali Ubah Bekas Gereja Menjadi Masjid

1 hari lalu

Setelah Hagia Sophia, Erdogan Kembali Ubah Bekas Gereja Menjadi Masjid

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan pada Senin meresmikan masjid yang diubah dari gereja Ortodoks Yunani kuno di Istanbul

Baca Selengkapnya