Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Joe Biden Menangi Pemilu AS, Ini Alasan Donald Trump Kalah

image-gnews
Ekspresi Presiden AS Donald Trump saat akan berbicara tentang hasil pemilihan presiden AS 2020 di Gedung Putih, Washington, AS, 5 November 2020. Joe Biden hanya membutuhkan enam suara lagi untuk meraih 270 suara elektoral. REUTERS/Carlos Barria
Ekspresi Presiden AS Donald Trump saat akan berbicara tentang hasil pemilihan presiden AS 2020 di Gedung Putih, Washington, AS, 5 November 2020. Joe Biden hanya membutuhkan enam suara lagi untuk meraih 270 suara elektoral. REUTERS/Carlos Barria
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Joe Biden mengalahkan inkumben Donald Trump di Pemilu AS pada pekan lalu. Ia berhasil mengumpulkan lebih dari 270 suara elektoral. Adapun kemenangan tersebut disebabkan oleh berbagai faktor. Salah satu faktornya adalah kemampuan Joe Biden menampilkan dirinya sebagai anti-tesis dari Donald Trump dalam menyikapi dan mengkomunikasikan sebuah isu.

Sepanjang 2020, Donald Trump memang banyak melakukan hal-hal yang membuat dahi berkerut. Terutama, dalam menyikapi tiga isu besar yang terjadi di Amerika. Ketiga isu tersebut adalah soal pandemi COVID-19, runtuhnya perekonomian Amerika, serta pembunuhan George Floyd. Sebagai contoh, dalam penanganan Pandemi COVID-19, Donald Trump malah mengacuhkan masukan pakar.

Donald Trump mengira dengan mencoba menjadi "dirinya sendiri" yang blak-blakan, tampil beda, dan menghina, dia akan mengamankan dukungan di Pemilu AS 2020. Nyatanya, hal yang ia lakukan malah menunjukkan bahwa sesungguhnya ia tidak siap untuk menangani isu-isu penting. Padahal,  dari hasil wawancara Tempo dengan sejumlah warga Amerika, mereka mencari Presiden AS yang bisa menyelesaikan masalah-masalah yang ada. Alhasil, mereka pun malas memilih Donald Trump. 

"Jika saja dia lebih tenang, koheren, dan menyakinkan dalam merespon pandemi COVID-19, dia pasti bisa menutupi selisih suara yang ia butuhkan," ujar pakar strategi kampanye Republikan, Ryan Williams, dikutip dari Reuters, Ahad, 8 November 2020.

Ekspresi Presiden AS Donald Trump saat akan berbicara tentang hasil pemilihan presiden AS 2020 di Gedung Putih, Washington, AS, 5 November 2020. Joe Biden akan dipastikan resmi menjadi presiden AS jika telah meraih 270 suara elektoral. REUTERS/Carlos Barria

Salah satu masukan pakar yang Donald Trump acuhkan adalah soal memakai masker. Ketika Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (CDC) mengeluarkan himbaun memakai masker, Donald Trump malah meremehkannya. Ia menyebut hal tersebut hanya "himbauan" jadi tidak bersifat wajib.

Hal lain yang diacuhkan Donald Trump adalah masukan untuk lockdown. Khawatir roda ekonomi akan tertahan dan pada akhirnya mengganggu elektabilitasnya, Donald Trump memilih untuk mengabaikannya. Alhasil, sampai sekarang, pandemi COVID-19 masih terjadi di Amerika dengan jumlah kasus lebih dari 10 juta. Perekonomian AS pun belum kunjung membaik.

Hal itu diperparah komunikasi yang buruk. Ketika Donald Trump mengetahui para pakarnya mendapat rating bagus saat memberikan update harian COVID-19, ia memutuskan untuk mengambil alihnya. Walhasil, dalam penyampaiannya, informasi penting itu kerap dipaparkan dengan gaya Donald Trump yang sarat improviasi (baca: suka-suka dia). Dalam satu momen, Donald Trump bahkan menyarankan disinfektan diinjeksikan ke tubuh pasien untuk menyembuhkan COVID-19.

Puncaknya, Donald Trump sendiri tertular COVID-19. Tak lama setelah ia dinyatakan positif, staf-stafnya pun menyusul. Perkembangan terbaru, Kepala Staf Kepresidenan Mark Meadows pun juga tertular pada Pemilu AS kemarin. Untungnya, Donald Trump sembuh dalam tiga hari.

Ketika sembuh, Donald Trump bukannya menggunakan pengalamannya untuk memperingatkan bahaya COVID-19. Sebaliknya, Donald Trump mencoba menampilkan dirinya sebagai pria yang kebal. Ia kembali berkampanye tanpa masker dan menyerang segala kekhawatiran soal COVID-19. Kampanye-kampanye bahkan melibatkan ribuan pendukung tanpa protokol kesehatan mumpuni.

Presiden Donald Trump, saat melakukan kampanye setelah negatif Covid-19 di Bandara Internasional Orlando Sanford di Sanford, Florida, 12 Oktober 2020. REUTERS/Jonathan Ernst

"Covic, covid, covid melulu. Pada tanggal 4 November, kalian tidak akan lagi mendengarnya," klaim Donald Trump saat itu.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Gaya  serupa dipakai Donald Trump ketika kasus pembunuhan George Floyd meledak. Bukannya mendukung para demonstran yang mengeluhkan isu rasisme, Donald Trump mengambil posisi kontra. Ia bahkan tidak menunjukkan sikap solidaritas saat demonstrasi kematiaan George Floyd terjadi di Washington DC.

Menggunakan kuasanya, Donald Trump menerjunkan aparat dan garda nasional untuk memukul mundur demonstran. Setelah itu, ia berjalan menuju gereja di dekat Gedung Putih dan berfoto dengan alkitab di sana.

Kala itu, Donald Trump mencoba menyuarakan pesan law and order, bukan anti-rasisme. Namun, alih-alih mendapat dukungan, pesan yang disampaikan Donald Trump itu malah makin memanaskan kritik warga Amerika, terutama komunitas kulit hitam. Dampaknya, ketika Pemilu AS berlangsung, 87 persen pemilih kulit hitam lebih memilih Joe Biden.

Wali Kota Muriel Bowser melihat mural Black Lives Matter yang dilukis di jalan, selama protes nasional terhadap kematian George Floyd oleh polisi Minneapolis, di Washington DC, AS, 5 Juni 2020. [Khalid Naji-Allah Executive Office of the Mayor/Handout via REUTERS]

Ahli strategi kampanye Republikan, Ron Bonjean, menyebut Donald Trump menyia-nyiakan banyak kesempatan menggaet pendukung baru. Walaupun penting untuk menjaga basis pendukung utama, Bonjean berkata Donald Trump tidak boleh lupa memperluas cakupan simpatisannya.

"Jika saja di sadar bahwa ada cara untuk memperluas jangkauannya (dan mengubah pendekatannya), hal itu akan memberinya keunggulan pada Pemilu AS kemarin," ujar Bonjean.

Hingga Pemilu AS berakhir, gaya komunikasi Donald Trump belum berubah. Ia masih menyakini dirinya yang menang dan menebar klaim/ tuduhan soal suara pemilihnya dicuri. Twitter sampai enam kali menegurnya karena membuat klaim-klaim menyesatkan. Pada akhirnya Trump tetaplah Trump.

ISTMAN MP  | REUTERS

https://www.reuters.com/article/us-usa-election-trump-loss-analysis/analysis-at-pivotal-moments-of-2020-trump-failed-to-win-over-doubters-idUSKBN27O0EJ


Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Legislator AS Gelar Mogok Makan di Gedung Putih, Desak Gencatan Senjata Permanen di Gaza

7 jam lalu

Rintik hujan saat Badai Ida menerjang Gedung Putih di Washington, AS, 1 September 2021. Diketahui, Korban jiwa akibat badai Ida, di empat negara bagian di timur laut Amerika Serikat bertambah menjadi 44 orang.  REUTERS/Tom Brenner
Legislator AS Gelar Mogok Makan di Gedung Putih, Desak Gencatan Senjata Permanen di Gaza

Sekelompok legislator AS, aktivis dan aktor melancarkan mogok makan selama lima hari di luar Gedung Putih menuntut gencatan senjata permanen di Gaza


Biden Mengaku Ngeri dengan Penembakan Tiga Mahasiswa Palestina di AS

14 jam lalu

Biden Mengaku Ngeri dengan Penembakan Tiga Mahasiswa Palestina di AS

Presiden AS Joe Biden mengatakan penembakan mahasiswa keturunan Palestina di AS membuatnya ngeri.


Lonjakan Penyakit Pernapasan Cina Tidak Setinggi Masa Pra-Pandemik Covid-19

1 hari lalu

Seorang pria yang membawa seorang anak duduk di luar rumah sakit anak-anak di Beijing, Cina, 27 November 2023. REUTERS/Tingshu Wang
Lonjakan Penyakit Pernapasan Cina Tidak Setinggi Masa Pra-Pandemik Covid-19

Sehubungan lonjakan penyakit pernapasan, WHO menegaskan tidak ada patogen baru atau tidak biasa yang ditemukan dalam kasus-kasus baru-baru ini.


Netanyahu Tawarkan Perpanjangan Gencatan Senjata di Gaza, Ini Syaratnya

1 hari lalu

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengadakan konferensi pers dengan Menteri Pertahanan Yoav Gallant dan Menteri Kabinet Benny Gantz (tidak digambarkan) di pangkalan militer Kirya di Tel Aviv, Israel, 28 Oktober 2023. ABIR SULTAN POOL/Pool via REUTERS
Netanyahu Tawarkan Perpanjangan Gencatan Senjata di Gaza, Ini Syaratnya

Perdana Menteri Israel mengajukan tawaran perpanjangan gencatan senjata di Gaza dalam telepon dengan Presiden AS Joe Biden


Tentang Peningkatan Penyakit Pernapasan, Cina: Tidak Ditemukan Patogen Aneh

4 hari lalu

Ilustrasi WHO.  REUTERS/Dado Ruvic
Tentang Peningkatan Penyakit Pernapasan, Cina: Tidak Ditemukan Patogen Aneh

Data menunjukkan peningkatan penyakit pernapasan ini terkait dengan pencabutan pembatasan Covid-19 serta peredaran patogen yang biasa menyerang anak.


WHO Minta Cina Beri Informasi Mengenai Wabah Penyakit Pernapasan

5 hari lalu

Ilustrasi WHO.  REUTERS/Dado Ruvic
WHO Minta Cina Beri Informasi Mengenai Wabah Penyakit Pernapasan

WHO mengatakan ada laporan peningkatan kejadian penyakit pernafasan di negara tersebut.


Sidik Kasus Korupsi APD Covid-19 di Kemenkes, KPK Geledah Kantor BNPB

6 hari lalu

Juru bicara KPK, Ali Fikri didampingi asisten Jubir, Takdir (kiri), memberikan keterangan kepada awak media terkait kegiatan penggeledahan rumah dinas Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, di gedung KPK, Jakarta, Jumat, 29 September 2023. Ali Fikri menyatakan tim penyidik KPK telah melakukan kegiatan penggeledahan di rumah dinas Mentan Syahrul Yasin Limpo, selama 20 jam, berhasil mengamankan sejumlah barang bukti berupa mata uang rupiah dan asing dengan jumlah mencapai puluhan miliar, dokumen penting, catatan keuangan dan aset yang bernilai ekonomis dalam pengembangan penyelidikan kasus tindak pidana korupsi di Kementerian Pertanian RI. TEMPO/Imam Sukamto
Sidik Kasus Korupsi APD Covid-19 di Kemenkes, KPK Geledah Kantor BNPB

KPK menggeledah beberapa lokasi yang berhubungan dengan dugaan kasus korupsi Alat Pelindung Diri (APD) Covid-19 di Kementerian Kesehatan.


Investigasi Covid-19 di Inggris: Sunak Pernah Mengatakan Biarkan Orang Mati daripada Lockdown

7 hari lalu

Kanselir Menteri Keuangan Rishi Sunak berbicara dalam konferensi pers tentang situasi yang sedang berlangsung dengan penyakit virus Corona (COVID-19) di London, Inggris 17 Maret 2020. [Matt Dunham / Pool via REUTERS]
Investigasi Covid-19 di Inggris: Sunak Pernah Mengatakan Biarkan Orang Mati daripada Lockdown

Rishi Sunak dikutip mengatakan pemerintah seharusnya "membiarkan orang mati" selama pandemi COVID-19 daripada memberlakukan lockdown


Biden Ulang Tahun ke-81, Hadapi Kekhawatiran Rakyat terhadap Usianya

7 hari lalu

Presiden AS Joe Biden menyajikan makanan untuk anggota militer dan keluarganya dalam acara
Biden Ulang Tahun ke-81, Hadapi Kekhawatiran Rakyat terhadap Usianya

Joe Biden, yang kembali mencalonkan diri sebagai presiden, menghadapi kekhawatiran rakyat Amerika terhadap usianya saat ia berulang tahun ke-81.


Penanganan Covid-19 Setelah Masa Pandemi

8 hari lalu

Dr Leong Hoe Nam (right), anInfectious Disease Specialist at Mount Elizabeth Novena Hospital, Singapore, Dr Egemen Ozbilgili, MD (middle), the Vice President of Asia Medical Lead, Pfizer Emerging Markets Asia, and Choo Houren (right), an oral antiviral user in a discussion of oral antiviral use to treat Covid-19 in the endemic age, in the Conrad Centennial Singapore, on November 17, 2023.  Photo by: Pfizer.
Penanganan Covid-19 Setelah Masa Pandemi

Ahli menyatakan pentingnya mengobati gejala Covid-19 untuk mencegah penyakit menjadi parah atau bahkan terjadinya peradangan.