Dinilai Sebarkan Kekerasan, Twitter Hapus Cuitan Mahathir Mohamad soal Prancis

Jumat, 30 Oktober 2020 11:30 WIB

Mantan Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad berbicara selama wawancara dengan Reuters di Kuala Lumpur, Malaysia, 13 Maret 2020. [REUTERS / Lim Huey Teng]

TEMPO.CO, Jakarta - Mantan Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad mengatakan bahwa Muslim memiliki hak untuk membunuh jutaan orang Prancis atas pembantaian di masa lalu, dalam unggahan blog yang kemudian ditautkan ke cuitan Twitter.

Meski mengungkapkan hal itu, Mahathir tidak setuju atas pembunuhan seorang guru Prancis karena menunjukkan kartun Nabi Muhammad. Pernyataan Mahathir muncul setelah teror penyerangan gereja di Prancis, tepatnya di kota Nice, yang menewaskan tiga orang pada Kamis. Dua korban mengalami luka sayat di leher dan korban ketiga di luar gereja menderita luka tikaman.

"Muslim memiliki hak untuk marah dan membunuh jutaan orang Prancis atas pembantaian di masa lalu. Tapi pada umumnya sebagian besar kaum Muslim belum menerapkan hukum 'mata dibalas mata'. Muslim tidak melakukannya. Orang Prancis seharusnya tidak melakukannya juga," kata Mahathir lewat akun Twitter-nya, Kamis, 29 Oktober 2020, dikutip dari Reuters.

Sejumlah orang membawa poster bertuliskan "Cinta untuk semua, kebencian tidak untuk siapapun" dalam pawai penghormatan kepada Samuel Paty, di jalanan pinggiran kota Paris, Conflans-Sainte-Honorine, Prancis, Selasa, 20 Oktober 2020. Polisi juga menangkap sejumlah orang, seperti keluarga dekat pelaku dan wali murid yang pernah mengajukan komplain terhadap Samuel Paty. REUTERS/Lucien Libert

Mahathir mendukung kebebasan berekspresi namun hal itu tidak boleh digunakan untuk menghina orang lain. "Karena Anda telah menyalahkan semua Muslim dan agama Muslim atas apa yang dilakukan oleh satu orang yang marah, Muslim berhak menghukum Prancis," katanya.

Advertising
Advertising

Twitter telah menandai kicauan kontroversial oleh Tun Dr Mahathir Mohamad sebagai "mengagungkan kekerasan", Malay Mail melaporkan.

Namun, twit Mahathir, bagian dari utas yang diambil dari unggahan blog terbarunya, sejauh ini tetap utuh.

"Twit ini melanggar Aturan Twitter tentang mengagungkan kekerasan. Namun, Twitter telah menentukan bahwa mungkin merupakan kepentingan publik agar twit tetap dapat diakses," bunyi pemberitahuan di twit tersebut.

Presiden Prancis Emmanuel Macron memberikan keterangan saat mengunjungi lokasi penikaman di Gereja Notre Dame, Nice, Prancis, 29 Oktober 2020. REUTERS/Eric Gaillard/Pool

Beberapa negara mayoritas Muslim telah mengecam pernyataan pejabat Prancis, termasuk Presiden Emmanuel Macron, yang membela penggunaan kartun Nabi Muhammad di ruang kelas sekolah Prancis. Karikatur itu dianggap menghujat umat Islam.

Hal ini bermula dari seorang guru Prancis, Samuel Patty, yang menunjukkan kepada murid-muridnya kartun Nabi Muhammad. Aksinya memicu kemarahan seorang pemuda asal Chechnya. Patty lalu dipenggal oleh pemuda tersebut.

Pejabat Prancis mengatakan pembunuhan itu merupakan serangan terhadap nilai inti kebebasan berekspresi Prancis. Presiden Prancis Emmanuel Macron juga mengatakan akan melipatgandakan upaya untuk menghentikan keyakinan Islam radikal yang menumbangkan nilai-nilai sekuler Prancis.

AHMAD FAIZ | REUTERS | MALAY MAIL

https://uk.reuters.com/article/uk-france-security-malaysia/muslims-have-right-to-punish-french-says-malaysias-mahathir-idUKKBN27E2L6

https://www.malaymail.com/news/malaysia/2020/10/29/twitter-marks-dr-mahathirs-punish-french-post-as-glorifying-violence-follow/1917617

Berita terkait

Polisi Prancis Bubarkan Unjuk Rasa Pro-Palestina di Universitas Sciences Po

2 hari lalu

Polisi Prancis Bubarkan Unjuk Rasa Pro-Palestina di Universitas Sciences Po

Polisi Prancis membubarkan unjuk rasa pro-Palestina di Paris ketika protes-protes serupa sedang marak di Amerika Serikat.

Baca Selengkapnya

Mahathir Mohamad Diselidiki KPK Malaysia Atas Tuduhan Korupsi

2 hari lalu

Mahathir Mohamad Diselidiki KPK Malaysia Atas Tuduhan Korupsi

KPK Malaysia menyelidiki Mahathir Mohamad dan anak-anaknya atas dugaan korupsi.

Baca Selengkapnya

Israel Panggil Duta Besar Negara-negara Pendukung Keanggotaan Penuh Palestina di PBB

7 hari lalu

Israel Panggil Duta Besar Negara-negara Pendukung Keanggotaan Penuh Palestina di PBB

Israel akan memanggil duta besar negara-negara yang memilih keanggotaan penuh Palestina di PBB "untuk melakukan protes"

Baca Selengkapnya

Dunia Desak Tahan Diri, Panglima Militer Israel Berkukuh akan Balas Iran

12 hari lalu

Dunia Desak Tahan Diri, Panglima Militer Israel Berkukuh akan Balas Iran

Beberapa sekutu memperingatkan eskalasi setelah serangan Iran terhadap Israel meningkatkan kekhawatiran akan perang regional yang lebih luas.

Baca Selengkapnya

Rwanda Peringati 30 Tahun Genosida terhadap Ratusan Ribu Warga Suku Tutsi

20 hari lalu

Rwanda Peringati 30 Tahun Genosida terhadap Ratusan Ribu Warga Suku Tutsi

Rwanda pada Minggu memulai peringatan selama satu pekan untuk memperingati 30 tahun genosida terhadap ratusan ribu warga etnis Tutsi pada 1994.

Baca Selengkapnya

Hilang saat Menyusuri Bukit Sipiso-piso, Turis Asal Prancis Ditemukan Luka-luka

20 hari lalu

Hilang saat Menyusuri Bukit Sipiso-piso, Turis Asal Prancis Ditemukan Luka-luka

Basarnas Medan bersama tim SAR gabungan menemukan Adrea Zoe, 52 tahun, perempuan asal Prancis yang hilang di Bukit Sipiso-piso, Kabupaten Karo

Baca Selengkapnya

Sekutu Pertimbangkan Hentikan Penjualan Senjata ke Israel Setelah Kematian Relawan Asing di Gaza

21 hari lalu

Sekutu Pertimbangkan Hentikan Penjualan Senjata ke Israel Setelah Kematian Relawan Asing di Gaza

Beberapa negara Eropa sekutu Israel pertimbangkan hentikan penjualan senjata akibat pembunuhan tujuh relawan World Central Kitchen di Gaza

Baca Selengkapnya

Prancis Ajukan Resolusi Dewan Keamanan PBB untuk Pantau Gencatan Senjata di Gaza

26 hari lalu

Prancis Ajukan Resolusi Dewan Keamanan PBB untuk Pantau Gencatan Senjata di Gaza

Prancis mengadakan konsultasi tertutup dengan Dewan Keamanan PBB untuk mengajukan resolusi tentang pemantauan penerapan gencatan senjata di Gaza.

Baca Selengkapnya

Asal Usul 1 April sebagai April Mop, Budaya Ngeprank yang Bermula Sejak 1582

27 hari lalu

Asal Usul 1 April sebagai April Mop, Budaya Ngeprank yang Bermula Sejak 1582

April Mop atau April Fool's Day pada 1 April punya kisah panjang sejak 1582.

Baca Selengkapnya

Perpustakaan Harvard Menghilangkan Kulit Manusia dari Buku Koleksinya

30 hari lalu

Perpustakaan Harvard Menghilangkan Kulit Manusia dari Buku Koleksinya

Seorang dokter Prancis "mengikat buku itu dengan kulit manusia yang diambil tanpa persetujuan dari jasad pasien wanita," menurut Perpustakan Harvard

Baca Selengkapnya