Qatar Enggan Ikut Normalisasi Hubungan Israel Sebelum Solusi Dua Negara Terwujud
Reporter
Non Koresponden
Editor
Eka Yudha Saputra
Sabtu, 19 September 2020 10:00 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Pejabat Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat mengatakan Qatar akan ikut melakukan normalisasi hubungan Israel setelah Bahrain dan Uni Emirat Arab menandatangani Abraham Accord.
Selama briefing telekonferensi Kamis pagi, Timothy Lenderking, wakil asisten menteri luar negeri untuk urusan Teluk Arab, mengatakan kepada hadirin bahwa Qatar telah menjadi negara Teluk pertama yang mengizinkan Israel membuka kantor di ibu kotanya, Doha, menurut laporan Arab News, 18 September 2020.
Namun, Lenderking tidak memberikan kerangka waktu rencana normalisasi Qatar dengan Israel.
Lenderking mengatakan Qatar menyambut positif Abraham Accord daripada Turki, yang secara terbuka mengecam normalisasi, meskipun pejabat Qatar dalam beberapa hari terakhir mengatakan mereka tidak akan menormalisasi hubungan dengan Israel sampai penyelesaian masalah Palestina.
"Qatar juga berhubungan dengan Israel secara terbuka secara terus-menerus selama beberapa tahun. Kita bisa melihat ini pada resolusi gencatan senjata Hamas dan Israel yang ditengahi Qatar dua minggu lalu, contoh yang sangat baik dari diplomasi Qatar di mana mereka dapat menggunakan pengaruh mereka dan membawa situasi yang lebih baik," ujar Lenderking.
Duta Besar Qatar untuk Amerika Serikat, Mishaal bin Hamad bin Khalifa Al Thani, mengatakan kepada Voice of America pada Rabu bahwa mereka memuji Abraham Accord, namun Qatar tidak akan melakukan normalisasi dengan Israel sebelum solusi dua negara dengan Palestina tercapai.
"Kami percaya pada solusi dua negara untuk Palestina dan dalam mengamankan perbatasan Israel, dan jika persyaratan ini terpenuhi, maka kami tidak melihat alasan apa pun bagi Qatar untuk tidak menormalisasi hubungan dengan Israel," kata Al-Thani kepada VOA, dikutip dari Times of Israel.
Meskipun Doha tidak akan menormalisasi hubungan dengan Yerusalem saat ini, kata Al-Thani, Qatar akan terus mengirim bantuan ke Jalur Gaza dan menengahi antara Israel dan Palestina.
"Qatar dan AS telah bekerja sama selama bertahun-tahun dalam masalah regional dan kami melakukan mediasi atas permintaan pemerintah AS, oleh karena itu kami berbicara dengan Hamas untuk mendorongnya terlibat dalam negosiasi politik," kata Al-Thani.
Mohammad al-Emadi, utusan Qatar untuk Gaza, bulan lalu menjadi perantara gencatan senjata antara Israel dan Hamas setelah bentrokan yang terjadi selama sebulan di sepanjang perbatasan. Dia secara teratur mengunjungi Gaza dalam beberapa tahun terakhir dengan persetujuan Israel, membawa dana ke Jalur Gaza untuk membeli bahan bakar, membayar pegawai negeri, dan membantu orang miskin Gaza.
Meskipun merupakan sekutu AS dan anggota Dewan Kerjasama Teluk, Qatar telah diboikot oleh Arab Saudi, Mesir, UEA, dan Bahrain sejak 2017 karena diduga mendukung terorisme, menyebabkan perselisihan yang disebut Krisis Teluk. Qatar membantah tuduhan kuartet itu.
Israel menjalin hubungan perdagangan dengan Qatar pada 1996 dan mendirikan kantor di sana, tetapi ditutup oleh Doha pada 2000. Beberapa mantan perdana menteri dan menteri luar negeri Israel telah bertemu dengan para pemimpin Qatar dan melakukan perjalanan ke Qatar.
Banyak negara Arab telah disebut sebagai kandidat potensial untuk mengikuti jejak UEA dan Bahrain untuk menjalin hubungan dengan Israel, termasuk Maroko, Sudan, dan Oman.
Sumber:
https://www.arabnews.com/node/1736451/middle-east
https://www.timesofisrael.com/qatar-wont-normalize-with-israel-before-2-state-solution-reached-envoy-says/#gs.gj9f7m