Negara-negara G7 Tuntut Rusia Selidiki Kasus Peracunan Alexei Navalny

Rabu, 9 September 2020 09:00 WIB

Pemimpin oposisi Rusia Alexei Navalny di Moskow, Russia, 29 Februari 2020. Politikus oposisi Rusia, Alexei Navalny, 43 tahun, merupakan seorang pengritik keras pemerintah Rusia dan Presiden Vladimir Putin. REUTERS/Shamil Zhumatov

TEMPO.CO, Jakarta - Para menteri luar negeri negara G7 pada Selasa mengecam peracunan tokoh oposisi Rusia, Alexei Navalny, melalui pernyataan bersama yang dirilis Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat.

"Kami, menteri luar negeri G7 Kanada, Prancis, Jerman, Italia, Jepang, Inggris Raya dan Amerika Serikat serta Perwakilan Tinggi Uni Eropa, bersama-sama mengutuk peracunan Alexei Navalny, "kata pernyataan itu, seperti dikutip dari Reuters, 9 September 2020.

Alexei Navalny, tokoh oposisi Rusia berusia 44 tahun yang saat ini dirawat di rumah sakit Berlin, diterbangkan ke Jerman setelah jatuh sakit dalam penerbangan dari Moskow ke Tomsk, Siberia, bulan lalu. Jerman mengatakan dia diracun dengan agen saraf Novichok yang diproduksi pada era Uni Soviet untuk membunuhnya. Rusia mengatakan belum melihat bukti bahwa Alexei Navalny diracun.

Jerman memberi tahu G7, yang diketuai Amerika Serikat tahun ini, mengenai tekadnya bahwa Navalny adalah korban serangan dengan racun Novichok, zat yang dikembangkan oleh Rusia, kata pernyataan bersama G7.

"Setiap penggunaan senjata kimia, di mana pun, kapan pun, oleh siapa pun, dalam keadaan apa pun, tidak dapat diterima dan melanggar norma internasional yang melarang penggunaan senjata semacam itu," bunyi pernyataan tersebut. G7 juga menyerukan kepada Rusia untuk menentukan siapa yang bertanggung jawab atas peracunan Navalny.

Advertising
Advertising

"Kami akan terus memantau dengan cermat bagaimana Rusia menanggapi seruan internasional untuk penjelasan tentang keracunan mengerikan Navalny," kata G7.

Menteri Perekonomian Jerman, Peter Altmaier, sebelumnya mengatakan ragu jika Jerman menjatuhkan sanksi kepada Rusia atas kasus Navalny. Hal itu menyusul menguatnya desakan terhadap Kanselir Jerman Angela Merkel untuk menghentikan proyek pipa gas Nord Stream 2 dengan Rusia. Namun demikian, Altmaier menampik pernyataannya bukan menandakan ketidakpeduliannya terhadap kasus Navalny.

Alexey Navalny telah keluar dari fase koma pada Senin, kata rumah sakit Jerman tempat dia dirawat, menurut laporan CNN.

Navalny sudah dilepas dari alat ventilasi mekanis dan sudah bisa menanggapi rangsangan verbal, kata Rumah Sakit Charité Berlin.

"Masih terlalu dini untuk mengukur potensi efek jangka panjang dari keracunan parahnya," ujar pihak rumah sakit.

Kementerian Luar Negeri Rusia pada Selasa memanggil duta besar Jerman di Moskow atas pernyataan Jerman yang mengkonfirmasi bahwa Alexei Navalny diracun.

Juru bicara kementerian luar negeri Rusia Maria Zakharova menuduh Jerman "menggertak" dalam pernyataan di halaman Facebook-nya, Reuters melaporkan.

Komisaris Tinggi Dewan Hak Asasi Manusia PBB, Michelle Bachelet, juga menyoroti banyak kasus keracunan dan pembunuhan terarah terhadap warga sipil Rusia dalam 20 tahun terakhir.

"Pola ini sangat mengkhawatirkan," kata Bachelet dalam pernyataan yang dikutip dari UN News. Komisaris Tinggi HAM PBB mencatat bahwa agen saraf dan isotop radioaktif, seperti Novichok dan Polonium-210, adalah zat canggih yang sangat sulit didapat.

"Ini menimbulkan banyak pertanyaan," katanya. "Mengapa menggunakan zat seperti ini? Siapa yang menggunakannya? Bagaimana mereka memperolehnya?" kata Bachelet.

Juru bicara Bachelet, Rupert Colville, mengutip kasus Skripal dan peracunan pembelot Rusia Alexander Litvinenko, yang tewas di London pada 2006.

"Ini bukan bahan yang dapat Anda beli di apotek atau toko pertanian atau toko perangkat keras," kata Colville tentang Novichok dan Polonium-210, yang menyebabkan Litvinenko diracuni.

Dewan HAM PBB meminta Rusia pada Selasa untuk bekerja sama dan menyelidiki temuan Jerman terkait peracunan Alexei Navalny.


Sumber:

https://www.reuters.com/article/us-russia-politics-nalvany-g7/g7-foreign-ministers-condemn-navalnys-confirmed-poisoning-idUSKBN25Z31Y

https://edition.cnn.com/2020/09/07/europe/navalny-russia-coma-poisoning-intl/index.html

https://news.un.org/en/story/2020/09/1071832

Berita terkait

Xi Jinping dan Putin Makin Mesra, Janjikan Hubungan Lebih Erat

22 jam lalu

Xi Jinping dan Putin Makin Mesra, Janjikan Hubungan Lebih Erat

Putin mengunjungi Cina dan bertemu Xi Jinping setelah dilantik kembali sebagai Presiden Rusia.

Baca Selengkapnya

Ingin Israel Dihukum, 5 Negara Ini Kritik Ancaman AS Kepada Mahkamah Pidana Internasional

1 hari lalu

Ingin Israel Dihukum, 5 Negara Ini Kritik Ancaman AS Kepada Mahkamah Pidana Internasional

Sejumlah pihak bereaksi setelah Amerika mengancam hakim ICC jika mengeluarkan surat penangkapan kepada PM Israel, Benjamin Netanyahu.

Baca Selengkapnya

Sri Lanka Akui 16 Warganya Tewas Saat Berperang dalam Konflik Rusia-Ukraina

1 hari lalu

Sri Lanka Akui 16 Warganya Tewas Saat Berperang dalam Konflik Rusia-Ukraina

Setidaknya 16 tentara bayaran Sri Lanka tewas dalam perang antara Rusia dan Ukraina, kata wakil menteri pertahanan pulau itu pada Rabu.

Baca Selengkapnya

Putin Tiba di Cina atas Undangan Xi Jinping, Pertama Sejak Terpilih Kembali

1 hari lalu

Putin Tiba di Cina atas Undangan Xi Jinping, Pertama Sejak Terpilih Kembali

Presiden Rusia Vladimir Putin tiba di ibu kota Cina, Beijing, untuk memulai kunjungan resmi selama dua hari atas undangan Xi Jinping

Baca Selengkapnya

Vladimir Putin Akui Dapat Dukungan Beijing untuk Akhiri Perang Ukraina dengan Damai

2 hari lalu

Vladimir Putin Akui Dapat Dukungan Beijing untuk Akhiri Perang Ukraina dengan Damai

Vladimir Putin mendapat dukungan dari Beijing agar bisa menyelesaikan krisis Ukraina dengan damai.

Baca Selengkapnya

Belum Terbitkan Surat Penangkapan untuk Netanyahu, Jaksa ICC Dikecam Tiga Negara Ini

2 hari lalu

Belum Terbitkan Surat Penangkapan untuk Netanyahu, Jaksa ICC Dikecam Tiga Negara Ini

Jaksa ICC disebut takut terhadap ancaman dari Kongres AS dan dipertanyakan independensinya.

Baca Selengkapnya

Calon Menhan Rusia: Tentara Butuh Tunjangan dan Akses Kesejahteraan Lebih Baik

3 hari lalu

Calon Menhan Rusia: Tentara Butuh Tunjangan dan Akses Kesejahteraan Lebih Baik

Calon menhan Rusia yang ditunjuk oleh Presiden Vladimir Putin menekankan perlunya kesejahteraan yang lebih baik bagi personel militer.

Baca Selengkapnya

Siapakah Andrei Belousov, Menteri Pertahanan Pilihan Putin?

4 hari lalu

Siapakah Andrei Belousov, Menteri Pertahanan Pilihan Putin?

Presiden Rusia Vladimir Putin secara mengejutkan mengusulkan Andrei Belousov, seorang sipil ekonom menjadi menteri pertahanan.

Baca Selengkapnya

Rusia Rebut 5 Desa di Kharkiv dari Ukraina Lewat Pertempuran Sengit

4 hari lalu

Rusia Rebut 5 Desa di Kharkiv dari Ukraina Lewat Pertempuran Sengit

Rusia merebut lima desa dari Ukraina di wilayah Kharkiv. Rusia melakukan serangan besar-besaran di akhir pekan lalu.

Baca Selengkapnya

Plus Minus KTT Perdamaian Ukraina di Swiss

6 hari lalu

Plus Minus KTT Perdamaian Ukraina di Swiss

Rusia tidak diundang ke pertemuan tanggal 15-16 Juni 2024 dalam KTT Perdamaian Ukraina di Lucerne, Swiss.

Baca Selengkapnya