Uni Eropa: Sanksi Untuk Rusia Tergantung Investigasi Kasus Alexei Navalny

Jumat, 4 September 2020 07:00 WIB

Presiden Komisi Uni Eropa Ursula von der Leyen mengadakan konferensi pers yang merinci upaya Uni Eropa untuk membatasi dampak ekonomi dari wabah penyakit virus Corona (COVID-19), di Brussels, Belgia 2 April 2020. [REUTERS / Francois Lenoir / Pool]

TEMPO.CO. Jakarta - Uni Eropa menyatakan bahwa sanksi untuk Rusia bergantung pada hasil investigasi kasus Alexei Navalny. Dengan kata lain, Uni Eropa tidak mau gegabah memberikan sanksi ke Kremlin apabila tidak ada bukti kuat untuk mendukungnya. Sejauh ini, keterkaitan antara Rusia dan kasus Navalny hanyalah racun Novichok yang disebut kerap dipakai agen Kremlin.

Di sisi lain, langkah Rusia juga akan menentukan sanksi menurut Uni Eropa. Jika Rusia tidak kooperatif untuk menginvestigasi kasus Alexei Navalny, maka hal itu akan menjadi pertimbangan untuk memberikan sanksi juga.

"Sejauh ini investigasi kasus Alexei Navalny belum berjalan," ujar juru bicara Komisi Eropa, Peter Stano, dikutip dari kantor berita Reuters, Kamis, 3 September 2020.

Hal senada disampaikan oleh Pemerintah Jerman yang pertama kali mengungkapkan bahwa Alexei Navalny diracun dengan Novichok. Menteri Keuangan Jerman, Olaf Scholz, mengatakan negaranya belum memikirkan sanksi untuk Rusia. Hal itu juga bergantung pada reaksi Rusia nantinya.

“Jerman akan berkonsultasi erat dengan mitranya di Uni Eropa, dan NATO tentang konsekuensi yang akan diambil dari insiden ini, juga bagaimana Rusia berperilaku sekarang, “kata Scholz.

Sebagai catatan, Jerman sedang dalam tekanan untuk segera mengakhiri kerjasamanya dengan Jerman dalam proyek pipa gas Nord Stream 2. Proyek pipa dengan panjang 1230 kilometer tersebut, yang melintasi lautan Baltik, dianggap target ideal untuk menghukum Rusia atas kasus Navalny.

Tekanan tersebut datang dari berbagai pihak. Tidak hanya dari politisi Jerman, tetapi juga dari negara-negara tetangga seperti Amerika dan Baltik. Menurut mereka, menyelesaikan proyek tersebut sama saja memberi pengaruh geopolitik yang lebih luas kepada Rusia. Adapun proyek Nord Stream 2 tinggal 160 kilometer lagi menuju usai.

Sebelumnya, Pemerintah Rusia sudah menyatakan bahwa wacana sanksi untuk mereka terlalu berlebihan. Tuduhan bahwa mereka yang bertanggung jawab atas kasus Alexei Navalny pun, menurut Rusia, tidak berdasar karena tidak didukung bukti kuat. Walau begitu, mereka menyatakan siap kooperatif dengan investigasi percobaan pembunuhan terhadap Alexei Navalny

FARID NURHAKIM | REUTERS

News Link:
https://www.reuters.com/article/us-russia-politics-navalny-eu/eu-executive-says-more-russia-sanctions-can-only-come-after-probe-into-navalny-case-idUSKBN25U1LY?il=0
https://www.reuters.com/article/us-russia-politics-navalny-germany-schol/german-minister-sanctions-on-russia-over-navalny-depend-on-moscow-reaction-paper-idUSKBN25U1OV?il=0

Berita terkait

Xi Jinping dan Putin Makin Mesra, Janjikan Hubungan Lebih Erat

20 jam lalu

Xi Jinping dan Putin Makin Mesra, Janjikan Hubungan Lebih Erat

Putin mengunjungi Cina dan bertemu Xi Jinping setelah dilantik kembali sebagai Presiden Rusia.

Baca Selengkapnya

Ingin Israel Dihukum, 5 Negara Ini Kritik Ancaman AS Kepada Mahkamah Pidana Internasional

1 hari lalu

Ingin Israel Dihukum, 5 Negara Ini Kritik Ancaman AS Kepada Mahkamah Pidana Internasional

Sejumlah pihak bereaksi setelah Amerika mengancam hakim ICC jika mengeluarkan surat penangkapan kepada PM Israel, Benjamin Netanyahu.

Baca Selengkapnya

Sri Lanka Akui 16 Warganya Tewas Saat Berperang dalam Konflik Rusia-Ukraina

1 hari lalu

Sri Lanka Akui 16 Warganya Tewas Saat Berperang dalam Konflik Rusia-Ukraina

Setidaknya 16 tentara bayaran Sri Lanka tewas dalam perang antara Rusia dan Ukraina, kata wakil menteri pertahanan pulau itu pada Rabu.

Baca Selengkapnya

Putin Tiba di Cina atas Undangan Xi Jinping, Pertama Sejak Terpilih Kembali

1 hari lalu

Putin Tiba di Cina atas Undangan Xi Jinping, Pertama Sejak Terpilih Kembali

Presiden Rusia Vladimir Putin tiba di ibu kota Cina, Beijing, untuk memulai kunjungan resmi selama dua hari atas undangan Xi Jinping

Baca Selengkapnya

Vladimir Putin Akui Dapat Dukungan Beijing untuk Akhiri Perang Ukraina dengan Damai

2 hari lalu

Vladimir Putin Akui Dapat Dukungan Beijing untuk Akhiri Perang Ukraina dengan Damai

Vladimir Putin mendapat dukungan dari Beijing agar bisa menyelesaikan krisis Ukraina dengan damai.

Baca Selengkapnya

Belum Terbitkan Surat Penangkapan untuk Netanyahu, Jaksa ICC Dikecam Tiga Negara Ini

2 hari lalu

Belum Terbitkan Surat Penangkapan untuk Netanyahu, Jaksa ICC Dikecam Tiga Negara Ini

Jaksa ICC disebut takut terhadap ancaman dari Kongres AS dan dipertanyakan independensinya.

Baca Selengkapnya

Wawancara Eksklusif Duta Besar Ina Lepel: Begini Cara Jerman Atasi Kekurangan Tenaga Kerja Terampil

2 hari lalu

Wawancara Eksklusif Duta Besar Ina Lepel: Begini Cara Jerman Atasi Kekurangan Tenaga Kerja Terampil

Dubes Jerman untuk Indonesia menjelaskan tentang UU terbaru yang diterapkan untuk mengatasi kekurangan tenaga kerja terampil di Jerman.

Baca Selengkapnya

Uni Eropa, UNODC dan ILO Luncurkan PROTECT untuk Lindungi Hak Perempuan Pekerja Migran

2 hari lalu

Uni Eropa, UNODC dan ILO Luncurkan PROTECT untuk Lindungi Hak Perempuan Pekerja Migran

PROTECT ditujukan untuk memperkuat hak-hak perempuan pekerja migran, anak-anak dan kelompok berisiko di Indonesia

Baca Selengkapnya

Top 3 Dunia: 9 Negara Tolak Keanggotaan Palestina di PBB hingga Serangan Bom Nuklir ke Gaza

2 hari lalu

Top 3 Dunia: 9 Negara Tolak Keanggotaan Palestina di PBB hingga Serangan Bom Nuklir ke Gaza

Berita Top 3 Dunia pada Selasa 14 Mei 2024 diawali oleh alasan 9 negara menolak Palestina menjadi anggota penuh PBB.

Baca Selengkapnya

Kerja dan Tinggal di Jerman Semakin Mudah dengan Peraturan Baru, Simak Ketentuannya

2 hari lalu

Kerja dan Tinggal di Jerman Semakin Mudah dengan Peraturan Baru, Simak Ketentuannya

Berikut peraturan baru untuk mempermudah proses mencari kerja di Jerman bagi warga negara di luar Uni Eropa.

Baca Selengkapnya