Wawancara- Yon Machmudi: Timur Tengah Kini Realistis, Pragmatis Soal Palestina

Kamis, 20 Agustus 2020 13:57 WIB

Yon Mahmudi, Kepala Program Pasca Sarjana Kajian Timur Tengah dan Islam, Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia (UI). [TEHRAN TIMES]

TEMPO.CO, Jakarta - Normalisasi hubungan Israel dan Uni Emirat Arab pada awal Agustus 2020 memunculkan tanda tanya besar tentang bagaimana nasib Palestina yang wilayahnya semakin tergerus akibat perampasan oleh Israel? Bahkan Israel telah mengungkap rencananya merampas Tepi Barat dari Palestina.

Masyarakat internasional pun tampak terbelah antara masih konsisten mendukung perjuangan Palestina dan yang mulai memilih realistis dan pragmatis.

Kepala Program Pasca Sarjana Kajian Timur Tengah dan Islam, Sekolah Kajian Strategis dan Global Universitas Indonesia, Yon Machmudi mengatakan negara-negara kawasan Timur Tengah saat ini cenderung bersikap realistis dan pragmatis dengan mulai menganggap secara de facto Palestina berada di wilayah Israel.

"Mulai terjadi pengkhianatan terhadap realitas," kata Yon Machmudi dalam wawancara khusus dengan Tempo melalui telepon, Rabu, 19 Agustus 2020.

Menurut Yon, normalisasi hubungan Israel dan UEA berimplikasi luas bagi semakin beratnya perjuangan Palestina untuk menjadi negara merdeka dari Israel.

Advertising
Advertising

Satu per satu negara-negara tetangga Palestina meninggalkannya karena mengedepankan kepentingan bilateral dengan Israel.

Ironisnya, dalam perjanjian normalisasi Israel dan UEA menyebutkan Israel menghentikan sementara pencaplokan terhadap wilayah Palestina untuk menjalin kembali hubungan baik antara Israel dan UEA dan akan menyusul dengan Bahrain dan Oman.

Berikut petikan wawancara Yon Machmudi yang telah menulis sejumlah buku ilmiah tentang Timur Tengah.

Mengapa Israel memilih menjalin kembali hubungan diplomatiknya dengan UEA?

Dinamika Timur Tengah banyak dipengaruhi oleh Amerika Serikat. Ada 3 poros terkait Amerika di kawasan Timur Tengah. Poros pertama, Arab Saudi, Uni Emirat Arab dan Mesir. Poros ini pendukung Amerika Serikat.

Poros kedua adalah Iran, Irak, Lebanon, dan Suriah yang kesemuanya berseberangan dengan Amerika.

Poros ketiga, Turki dan Qatar yang menjaga indepedensi dengan tetap berhubungan dengan Amerika tapi juga menjalin hubungan dengan Iran.

Kebijakan Amerika di Timur Tengah melindungi dan membela kepentingan Israel. Sehingga ketika negara-negara itu berhubungan dekat dengan Amerika, maka pasti mereka dekat dengan Israel. Poros Arab Saudi, UEA, dan Mesir dekat dengan Amerika. Komunikasi Israel dengan UEA sudah terbangun sejak lama. Secara geo politik , UEA dekat dengan Israel dan juga Palestina.

Apa pesan Israel kepada masyarakat internasional dengan normalisasi hubungan dengan UEA?

Dengan normalisasi ini, Israel mau memastikan negara-negara Arab bisa memahami kebijakan Israel tentang Palestina. Sehingga jika terjadi kerusuhan di Palestina, negara-negara Arab diharapkan tidak memberikan reaksi.

Selama ini Israel belum mendapatkan kepastian dari negara-negara tetangganya itu agar mereka tidak ikut campur dengan masalah Palestina. Makanya dilakukan kerja sama dan normalisasi.

Media-media di Israel melaporkan dengan normalisasi ini akan membuat kecaman-kecaman negara tetangga Arab tidak lagi menguat.

Sebagai balasan, Israel memberikan tawaran-tawaran ekonomi seperti berinvestasi di Timur Tengah karena kondisi perekonomian negara-negara Timur Tengah juga melemah dan mereka saat ini mencari energi alternatif namun belum menemukan solusi.

Israel perlu meredam agar negara-negara di Timur Tengah tidak mencampuri urusan dalam negerinya dengan Palestina.

Normalisasi hubungan dengan UEA ini membuat Israel akan diakui sebagai entitas negara di kawasan Timur Tengah yang sedang menggalang semangat menjalin hubungan baik dengan tetangganya.

Menurut Anda, apakah Israel juga akan berusaha melakukan normalisasi hubungan dengan Arab Saudi?

Saya menduga kesuksesan normalisasi dengan UEA akan kemungkinan dilakukan juga dengan Arab Saudi termasuk dengan langkah Israel berinvestasi di Arab Saudi.

Deal-deal ekonomi ini kemungkinan akan menyelesaikan masalah Palestina dengan menekan Palestina untuk mengikuti tawaran-tawaran Israel dan negara-negara Arab yang selama ini memberi bantuan ke Palestina. Sehingga Potensi Palestina ditinggalkan akan sangat besar peluangnya.

Mengapa Arab Saudi bungkam setelah normalisasi hubungan Israel dan UEA dibuka ke publik internasional?

Pertama, keinginan dan kepentingan elit istana menyetujui normalisasi, sementara publik di bawah menolak normalisasi. Ini lebih pada pertimbangan internal untuk menyelaraskan kepentingan istana dan masyarakat. Pihak Israel mulai bersiap untuk bernegosiasi dengan Saudi untuk kepentingan masa depannya.

Negosiasi diam-diam sudah dilakukan melalui mediasi Amerika. Hanya saja
belum dibuka ke publik.

Bagaimana dampaknya terhadap Palestina karena Presiden Mahmoud Abbas secara tegas mengecam normalisasi itu?

Ini masalah besar dirasakan Palestina karena masalah digeser jadi sangat terbatas, tidak lagi ke persoalan internasional. Palestina akan menyuarakan masalahnya ke masyarakat internasional agar nasibnya tidak ditentukan beberapa negara saja yang melihat masalah Palestina kini sebagai persoalan dalam negeri Israel.

Bagaimana Anda melihat peran Malaysia dan Indonesia dalam mendukung Palestina di tengah kemunculan normalisasi hubungan Israel dan UEA?

Mengingat dua negara ini dinilai paling konsisten dalam memperjuangkan Palestina.

Malaysia tahun lalu menggagas Kuala Lumpur Summit untuk membahas Palestina. Pemerintah Indonesia mengirim Menteri Luar Negeri. Turki tidak hadir. Pakistan tidak hadir karena mendapat tekanan dari Arab Saudi.

Kalau Indonesia konsisten mendukung Palestina, maka dapat menggalang kekuatan-kekuatan lain semacam membuat poros dengan Turki, Rusia, Uni Eropa yang netral untuk mendukung Palestina.

Pendekatan two state solution mulai meredup. Amerika dan Israel lebih realistis.

UEA selama ini mengecam pencaplokan wilayah Palestina oleh Israel, namun dalam kesepakatan normalisasi dengan Israel tidak ada penegasan soal itu? Apa pandangan Anda mengenai hal ini?

Tidak ada cara lain yang bisa dilakukan oleh negara-negara kawasan, mereka tidak mau memakai cara berperang seperti dulu. Jadi mereka sekarang realistis dan pragmatis. Mereka mulai menganggap secara de facto Palestina berada di wilayah negara Israel. Dari sini pengkhianatan itu terjadi. Kepentingan kawasan membuat mereka mengorbankan bangsa Palestina.

Berita terkait

Aksi Mahasiswa Pro-Palestina di Amerika, Columbia University Lockdown Kampus

10 jam lalu

Aksi Mahasiswa Pro-Palestina di Amerika, Columbia University Lockdown Kampus

Mahasiswa pindah dari tenda dan duduki Hamilton Hall. Kampus mulai menskors sebagian pengunjuk rasa pro Palestina dan mengancam memecat yang lain.

Baca Selengkapnya

PBB: Bantuan ke Gaza Tak Boleh Jadi Alasan Israel Serang Rafah

16 jam lalu

PBB: Bantuan ke Gaza Tak Boleh Jadi Alasan Israel Serang Rafah

Serangan darat Israel ke Rafah berpotensi memperparah penderitaan ratusan ribu warga Palestina yang terpaksa mengungsi ke kota tersebut

Baca Selengkapnya

Universitas Columbia Ancam Keluarkan Mahasiswa Demonstran Pro-Palestina

16 jam lalu

Universitas Columbia Ancam Keluarkan Mahasiswa Demonstran Pro-Palestina

Universitas Columbia mengancam akan mengeluarkan mahasiswa pro-Palestina yang menduduki gedung administrasi Hamilton Hall.

Baca Selengkapnya

Sekjen PBB Serukan Dunia Cegah Israel Jalani Operasi Militer di Rafah

19 jam lalu

Sekjen PBB Serukan Dunia Cegah Israel Jalani Operasi Militer di Rafah

Sekjen PBB Antonio Guterres menyeru kepada "mereka yang memiliki pengaruh atas Israel" untuk mencegah jatuhnya korban sipil di Rafah

Baca Selengkapnya

Ratusan Polisi New York Serbu Universitas Columbia untuk Bubarkan Demonstran Pro-Palestina

21 jam lalu

Ratusan Polisi New York Serbu Universitas Columbia untuk Bubarkan Demonstran Pro-Palestina

Ratusan polisi Kota New York menyerbu Universitas Columbia untuk membubarkan pengunjuk rasa pro-Palestina

Baca Selengkapnya

Hadapi Boikot karena Gaza, McDonald's Gagal Capai Target Laba Kuartal

22 jam lalu

Hadapi Boikot karena Gaza, McDonald's Gagal Capai Target Laba Kuartal

McDonald's Corporation gagal mencapai perkiraan laba kuartalannya untuk pertama kalinya dalam dua tahun karena boikot Gaza

Baca Selengkapnya

Menteri Keuangan Israel Serukan Penghancuran Total Gaza

23 jam lalu

Menteri Keuangan Israel Serukan Penghancuran Total Gaza

Menteri Keuangan Israel menyerukan penghancuran total Kota Rafah, Deir al-Balah, dan Khan Younis di Jalur Gaza.

Baca Selengkapnya

30 Tentara Israel Tolak Perang ke Rafah

1 hari lalu

30 Tentara Israel Tolak Perang ke Rafah

Tentara Israel mulai kelelahan melawan Hamas. Sebanyak 30 orang tentara Israel menolak diterjunkan ke Rafah.

Baca Selengkapnya

Menlu AS Temui Pangeran MBS di Arab Saudi, Bahas Gencatan Senjata Gaza

1 hari lalu

Menlu AS Temui Pangeran MBS di Arab Saudi, Bahas Gencatan Senjata Gaza

Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken terbang ke Riyadh untuk bertemu Pangeran MBS dari Arab Saudi guna membahas perang di Gaza.

Baca Selengkapnya

KFC Malaysia Tutup 100 Gerai di Tengah Marak Aksi Boikot Pro-Israel

1 hari lalu

KFC Malaysia Tutup 100 Gerai di Tengah Marak Aksi Boikot Pro-Israel

KFC menutup 100 gerainya di Malaysia. Perusahaan mengaku karena ekonomi sulit. Media lokal menyebut karena terdampak boikot pro-Israel.

Baca Selengkapnya