TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah Arab Saudi akhirnya angkat suara setelah bungkam berhari-hari terkait kesepakatan Uni Emirat Arab dan Israel. Dalam pernyataan pers, Kementerian Luar Negeri menegaskan bahwa mereka tidak mengakui format normalisasi yang digunakan Uni Emirat Arab dan Israel.
Meski menolak normalisasi serupa, Arab Saudi tidak menutup kemungkinan normalisasi dengan cara lainnya. Adapun format yang mereka tawarkan adalah Inisiatif Perdamaian Arab (Arab Peace Initiative) yang disusun tahun 2002 terkait sengketa wilayah Palestina.
"Kami tetap berkomitmen untuk mewujudkan perdamaian dengan Israel selama mengacu pada Arab Peace Initiative," ujar Menteri Luar Negeri Arab Saudi, Faisal bin Farhan Al Saud, di Berlin, dikutip dari kantor berita Reuters, Rabu, 19 Agustus 2020.
Arab Peace Initiative disusun oleh Arab Saudi pada 18 tahun lalu sebagai upaya mereka untuk berdamai dengan Israel. Salah satu isinya, hubungan kedua negara akan dinormalisasi apabila Israel menyetujui pembagian wilayah dengan Palestina serta mengembalikan kawasan yang mereka caplok di tahun 1967. Dengan kata lain, mengakui Solusi Dua Negara.
Hingga berita ini ditulis, Arab Saudi tidak memiliki hubungan diplomatik formal dengan Israel. Hal itu dikarenakan isu wilayah Palestina dan status Yerusalem yang masih diperdebatkan. Penguasa Arab Saudi, Raja Salman, berkali-kali menegaskan bahwa Arab Saudi tidak akan mendukung solusi apapun yang tidak menyinggung masalah status Yerusalem.
Walau Arab Saudi tidak memiliki hubungan diplomatik formal dengan Israel, hubungan keduanya relatif dekat beberapa tahun terakhir. Gara-garanya, mereka memiliki musuh yang sama yaitu Iran. Sebelumnya, banyak pakar menduga bahwa damai antara Israel dan Arab Saudi hanya masalah waktu. Namun, hal tersebut berubah usai Uni Emirat Arab melakukan normalisasi dengan Israel.
ISTMAN MP | REUTERS