Mike Pompeo: Ancaman Cina Lebih Parah Daripada Perang Dingin Kedua

Kamis, 13 Agustus 2020 13:26 WIB

Mike Pompeo. Mangel Ngan/Pool via REUTERS

TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Luar Negeri Amerika, Mike Pompeo, menyebut Cina berpotensi menjadi ancaman besar untuk negara-negara barat. Bahkan, menurut Mike Pompeo, ancaman Cina bisa lebih parah dibandingkan Uni Soviet pada masa Perang Dingin.

“Apa yang terjadi saat ini bukanlah Perang Dingin kedua. Tantangan untuk bertahan dari ancaman Partai Komunis Cina justru lebih parah. Partai Komunis Cina sudah terjerat dalam ekonomi, politik, dan masyarakat kita dengan cara yang tidak pernah dilakukan Uni Soviet,” kata Mike Pompeo sebagaiaman dikutip dari South China Morning Post, Kamis, 13 Agustus 2020.

Sebagai contoh, Pompeo mengutip pembatalan tour konser oleh Prague Philharmonic Orchestra di Ciina tahun lalu karena kebijakan pro-Taiwan dari Walikota Praha.

Masih dalam konteks melawan partai komunis, Mike Pompeo mengenang masa-masa Republik Ceko saat didominasi oleh Uni Soviet dan Partai Komunis Ceko pada tahun 1948 hingga 1989.

Kala itu, Ceko mencoba melakukan perlawanan terhadap pemerintahan komunis. Dia mendesak para Senator Ceko untuk konsisten dengan sikap tersebut.

“Untuk membela kedaulatan dan kebebasan yang dituntut masyarakat Ceko sepanjang jalan Praha pada tahun 1968, dalam dokumen Piagam 77, dan di Lapangan Wenceslas pada tahun 1989," ujar Mike Pompeo.

Pernyataan Mike Pompeo soal Perang Dingin tersebut, uniknya, menyerupai pernyataan Duta Besar Cina untuk Inggris, Liu Xiaoming.

Pada bulan Juli lalu, Liu Xioaming angkat suara soal konflik Amerika-Cina yang tak kunjung usai. Menurutnya, Amerika memang sengaja mencari gara-gara dengan Cina untuk memicu Perang Dingin baru.

Situasi Perang Dingin dengan Cina, kata Liu Xiaoming, akan menguntungkan inkumben Donald Trump dalam Pilpres Amerika November nanti. Sebab, Trump jadi memiliki amunisi untuk berkampanye atau mengkambinghitamkan Cina jika dirinya kalah.

"Bukan Cina yang bersikap assertif, namun negara yang berada di seberang samudra pasifik (Amerika). Mereka ingin memulai Perang Dingin dan kami harus meresponnya," ujar Liu Xiaoming, dikutip dari Reuters, Kamis, 30 Juli 2020.


FERDINAND ANDRE | SOUTH CHINA MORNING POST | REUTERS

Advertising
Advertising

Berita terkait

Gelombang Panas Serbu India sampai Filipina: Luasan, Penyebab, dan Durasi

9 jam lalu

Gelombang Panas Serbu India sampai Filipina: Luasan, Penyebab, dan Durasi

Daratan Asia berpeluh deras. Gelombang panas menyemai rekor suhu panas yang luas di wilayah ini, dari India sampai Filipina.

Baca Selengkapnya

Bahlil Bantah Cina Kuasai Investasi di Indonesia, Ini Faktanya

18 jam lalu

Bahlil Bantah Cina Kuasai Investasi di Indonesia, Ini Faktanya

Menteri Bahlil membantah investasi di Indonesia selama ini dikuasai oleh Cina, karena pemodal terbesar justru Singapura.

Baca Selengkapnya

Segera Hadir di Subang Smartpolitan, Berikut Profil BYD Perusahaan Kendaraan Listrik

21 jam lalu

Segera Hadir di Subang Smartpolitan, Berikut Profil BYD Perusahaan Kendaraan Listrik

Keputusan mendirikan pabrik kendaraan listrik di Subang Smartpolitan menunjukkan komitmen BYD dalam mendukung mobilitas berkelanjutan di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Jalan Raya di Cina Ambles, Sedikitnya 48 Orang Tewas

21 jam lalu

Jalan Raya di Cina Ambles, Sedikitnya 48 Orang Tewas

Korban tewas akibat amblesnya jalan raya di Cina selatan telah meningkat menjadi 48 orang

Baca Selengkapnya

Hasil Piala Uber 2024: Tim Bulu Tangkis Putri Cina dan Jepang Bakal Duel di Semifinal

22 jam lalu

Hasil Piala Uber 2024: Tim Bulu Tangkis Putri Cina dan Jepang Bakal Duel di Semifinal

Tim bulu tangkis putri Cina dan Jepang melenggang mulus ke semifinal Uber Cup atau Piala Uber 2024.

Baca Selengkapnya

Filipina Salahkan Beijing karena Memancing Ketegangan di Laut Cina Selatan

1 hari lalu

Filipina Salahkan Beijing karena Memancing Ketegangan di Laut Cina Selatan

Manila menuduh penjaga pantai Cina telah memancing naiknya ketegangan di Laut Cina Selatan setelah dua kapalnya rusak ditembak meriam air

Baca Selengkapnya

Survei: 58 Persen Responden Percaya Beijing Gunakan TikTok untuk Pengaruhi Opini Warga Amerika Serikat

1 hari lalu

Survei: 58 Persen Responden Percaya Beijing Gunakan TikTok untuk Pengaruhi Opini Warga Amerika Serikat

Jajak pendapat yang dilakukan Reuters/Ipsos mengungkap 58 persen responden percaya Beijing menggunakan TikTok untuk mempengaruhi opini warga Amerika.

Baca Selengkapnya

EHang Lebih Dekat Lagi ke Operasional Taksi Terbang Komersial di Cina

1 hari lalu

EHang Lebih Dekat Lagi ke Operasional Taksi Terbang Komersial di Cina

EHang raih sertifikat produksi untuk bakal taksi terbang EH216-S. Yang pertama di industri eVTOL dunia.

Baca Selengkapnya

Marak WNI Jadi Korban Penipuan Berkedok Pengantin di Cina, KBRI Ungkap Modusnya

2 hari lalu

Marak WNI Jadi Korban Penipuan Berkedok Pengantin di Cina, KBRI Ungkap Modusnya

Banyak WNI yang diiming-imingi menjadi pengantin di Cina dengan mas kawin puluhan juta. Tak semuanya beruntung.

Baca Selengkapnya

5 Fakta Demo Bela Palestina di Amerika, Kandidat Presiden Ditangkap hingga Boikot Akademis

3 hari lalu

5 Fakta Demo Bela Palestina di Amerika, Kandidat Presiden Ditangkap hingga Boikot Akademis

Demo bela Palestina di sejumlah kampus Amerika menimbulkan sejumlah dampak.

Baca Selengkapnya