Ilustrasi penjara. Sumber: asiaone.com/the new paper ilustration
TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah Belarus berkeyakinan Pemerintah Rusia berbohong soal tujuan keberadaan tentara bayaran di Minsk. Belarus bersikeras bahwa mereka hadir untuk aksi terorisme sementara Rusia menyatakan mereka di tengah perjalanan menuju Istanbul.
"Mereka tidak benar-benar memiliki niatan untuk melakukan perjalanan ke Istanbul. Kami mendapatkan keterangan yang kontradiktif (selama investigasi)," ujar Kepala Investigasi Belarus, Alexander Agafonov, dikutip dari Reuters, Sabtu, 1 Agustus 2020.
Diberitakan sebelumnya, Pemerintah Belarus menangkap 30 tentara bayaran Rusia di Minsk, Kamis. Mereka mengklaim tentara tersebut dikirim Rusia untuk mengganggu Pilpres Belarus yang akan berlangsung Agustus ini. Berdasarkan informasi intelijen dimiliki Belarus, Rusia mengirim setidaknya 200 tentara bayaran.
Rusia, yang dahulunya adalah sekutu Belarus, membantah pernyataan tersebut. Sehari setelah penangkapan, mereka menyatakan ke-30 tentara hanya transit di Belarus untuk melanjutkan perjalanan ke Istanbul.
Agafonov berkata, keterangan transit di Belarus itulah yang bermasalah. Ketika tentara bayaran yang ditangkap diinterogasi satu per satu, banyak yang memberikan keterangan berbeda. Dari 30, hanya 15 yang membenarkan mereka akan ke Turki.
"Sebanyak 11 orang akan pergi ke Venezuela, 15 ke Turki, 2 ke Kuba, 1 ke Suriah, dan sisanya antara tidak tahu atau tidak mau memberikan keterangan," ujar Agafonov yang menyakini agenda ke Istanbul hanyalah karangan.
Belarus tidak hanya mencurigai Rusia berbohong. Mereka juga menyatakan bahwa suami dari Svetlana Tikhanouskaya, capres Belarus, memiliki keterkaitan dengan ke-30 tentara asal kontraktor Wagner itu. Suami Svetlana bahkan sudah mulai diproses secara hukum.
Rusia, Sabtu ini, kembali membantah terlibat dalam kehadiran tentara bayaran di Belarus.