Israel Dilaporkan Enggan Berperang dengan Hizbullah
Reporter
Non Koresponden
Editor
Eka Yudha Saputra
Selasa, 28 Juli 2020 18:10 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Israel dilaporkan telah menyampaikan pesan kepada para pejabat internasional bahwa mereka tidak ingin pertikaian perbatasan Lebanon dengan Hizbullah menjadi perang besar.
Israel menuduh milisi Hizbullah menyusup ke Israel dan menyerang tentara IDF di perbatasan utara pada Senin.
Pesan itu mengatakan Israel tidak tertarik untuk meningkatkan situasi, menurut laporan Ynet tanpa mengutip sumber atau menyebut kepada siapa pesan itu disampaikan.
Namun, pesan itu memperingatkan bahwa Israel siap membalas dengan serangan mematikan dan menekankan bahwa Suriah dan Lebanon bertanggung jawab, dan menyebut Iran sebagai otak di balik serangan itu.
Dikutip dari Times of Israel, 28 Juli 2020, militer Israel mengklaim tidak ada tentara IDF yang terluka dalam insiden perbatasan itu, ketika pasukan Israel menembaki sejumlah milisi Hizbullah yang memasuki wilayah Israel.
Pasukan Israel tetap siaga tinggi di sepanjang perbatasan utara, dan pasukan tambahan dikerahkan Senin malam ketika Hizbullah mengancam akan menyerang Israel, namun tidak menyebut kapan.
Personel keamanan di daerah perbatasan tidak akan berpatroli pada malam hari karena takut menjadi sasaran.
Para menteri telah diperintahkan untuk tidak memberikan wawancara tentang situasi di utara.
Sementara itu, penduduk Israel utara melanjutkan kehidupan sehari-hari mereka tanpa terpengaruh, tetapi beberapa orang menyesalkan bahwa insiden itu akan menakuti pelancong Israel setelah industri pariwisata krusial telah merugi karena pembatasan perjalanan akibat virus corona.
Dalam pernyataan pers bersama pada Senin dari markas militer Kirya di Tel Aviv, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menegaskan bahwa Israel akan terus bertindak untuk mencegah Iran membangun pijakan militer di Lebanon dan Suriah.
Dengan mengarahkan serangan hari Senin, Nasrallah berusaha untuk menarik Lebanon dan Iran untu bentrok dengan Israel, kata Netanyahu.
"Kami melihat upaya untuk menyusup ke wilayah kami dengan sangat parah. Hizbullah dan Lebanon memikul tanggung jawab penuh atas insiden ini dan untuk setiap serangan yang keluar dari wilayah Lebanon terhadap Israel," kata Bibi, panggilan Netanyahu, menjelaskan bahwa Israel meminta pertanggungjawaban Lebanon atas tindakan Hizbullah.
"Hizbullah perlu tahu bahwa mereka bermain dengan api," kata Netanyahu.
Hizbullah membantah para anggotanya melakukan upaya infiltrasi yang menyebabkan bentrokan dengan pasukan Israel pada Senin, menurut laporan Al Jazeera. Hizbullah menyebut pernyataan Israel itu sebuah langkah untuk menciptakan "kemenangan palsu".
Kelompok bersenjata Lebanon itu juga bersumpah akan membalas dendam atas kematian seorang anggota Hizbullah yang terbunuh dalam serangan udara Israel di Suriah pekan lalu, dengan mengatakan balasan untuk Israel pasti akan datang.
Militer Israel mengatakan sebelumnya tiga sampai lima milisi Hizbullah menyeberang ke daerah pertanian Shebaa yang disengketakan yang diduduki oleh pasukan Israel, dan mereka diusir setelah pasukan Israel melepaskan tembakan. Wilayah pertanian Shebaa direbut Israel dalam perang Timur Tengah 1967 dan diklaim oleh Lebanon.
Namun Hizbullah membantah melakukan serangan di perbatasan selatan dengan mengatakan insiden itu terjadi karena "musuh pertama kali melepas tembakan karena cemas."
"Semua media musuh mengklaim mereka menggagalkan operasi infiltrasi dari wilayah Lebanon ke Palestina yang diduduki...sama sekali tidak benar," kata pernyataan Hizbullah.
Kelompok bersenjata mengaitkan insiden itu dipicu ketakutan tentara Israel dan warganya di perbatasan Lebanon atas balasan pembunuhan milisi Hizbullah sebelumnya.
Militer Israel awalnya memerintahkan penduduk di dekat Gunung Dov dan di sepanjang perbatasan Israel-Lebanon untuk tetap berada di dalam rumah mereka, menutup semua jalan di daerah itu, dan memerintahkan semua petani, pejalan kaki, dan wisatawan untuk segera meninggalkan semua area terbuka dan lahan pertanian. Setelah satu jam, IDF mencabut batasan-batasan ini, memungkinkan warga sipil di Israel utara untuk bergerak di sekitar perbatasan Lebanon dengan bebas.