Profesor Pengkritik Presiden Xi Jinping Dipecat Universitas

Rabu, 15 Juli 2020 11:00 WIB

Presiden Cina Xi Jinping berbincang dengan pasien virus Corona melalui sambungan video di rumah sakit Huoshenshan, Wuhan, Cina, 10 Maret 2020. Xi dilaporkan melakukan lawatan pertama kali ke Wuhan sejak virus Corona merebak, menggunakan pesawat kepresidenan. news.cgtn.com

TEMPO.CO, Jakarta - Universitas Cina dikabarkan memecat seorang profesor pengkritik Presiden Xi Jinping dan Partai Komunis Cina setelah dia dibebaskan dari tahanan, menurut keterangan teman-temannya.

Xu Zhangrun, seorang profesor hukum konstitusi di Universitas Tsinghua, kembali ke rumah pada hari Minggu pagi, enam hari setelah ia dibawa pergi oleh polisi, menurut laporan Reuters, 15 Juli 2020.

Dalam sebuah pesan singkat yang diperlihatkan oleh salah seorang temannya, Xu mengatakan kepada temannya bahwa ia telah "dibebaskan dari pengajaran dan posisi publik" oleh Universitas Tsinghua.

Dua orang sumber CNN juga mengatakan Xu dipecat. Salah satu sumber, wartawan Gao Yu, seorang teman Xu, membenarkan bahwa mantan profesor telah dipecat oleh Unibersitas Tsinghua, meskipun dia tidak tahu kapan keputusan itu dibuat.

Sumber lain, yang telah berhubungan dengan orang-orang yang dekat dengan keluarga Xu, juga mengatakan demikian, namun namanya tidak dirilis karena takut akan pembalasan dari pihak berwenang.

Advertising
Advertising

Xu tidak menjawab panggilan telepon Reuters pada Selasa.

Universitas Tsinghua belum menanggapi atau mengkonfirmasi pemecatan Xu. Universitas telah menangguhkan Xu dari kegiatan mengajar sejak 2019, kata teman-temannya.

Kongres Nasional Cina dipimpin Presiden Xi Jinping dimulai Jumat, 22 Mei 2020. [XINHUA NEWS]

Awal bulan ini, Profesor Xu dijemput dari rumahnya di pinggiran kota Beijing oleh polisi, yang menggeledah rumahnya dan menyita komputernya, menurut pesan teks yang beredar di antara teman-teman Xu.

Polisi mengatakan kepada istrinya bahwa dia ditahan karena dituduh meminta pekerja seks selama perjalanan ke Chengdu, kata teman-temannya, yang menolak tuduhan itu dan menyebutnya sebagai pembunuhan karakter.

Di bawah Xi Jinping, Cina telah menekan perbedaan pendapat dan memperketat sensor.

Xu, 57 tahun, terkenal pada Juli 2018 karena mencela penghapusan batas dua masa jabatan untuk pemimpin Cina.

"Tiba-tiba, seolah-olah entah dari mana, kita memiliki 'pemimpin tertinggi' tanpa memeriksa kekuatannya; bagaimana mungkin orang tidak memiliki semua jenis imajinasi aneh dan ketakutan baru?" Xu bertanya dalam esainya, dikutip dari CNN.

Pada puncak wabah virus corona di Cina pada Februari, Xu menulis sebuah artikel yang menyerukan kebebasan berbicara. Pada Mei, ia menulis sebuah artikel yang menuduh Xi Jinping berusaha membawa Revolusi Kebudayaan kembali ke Cina.

"Kehidupan politik bangsa ini dalam keadaan runtuh dan inti etis dari sistem telah menjadi hampa," tulis Xu. Esai ini awalnya diterbitkan dalam bahasa Mandarin oleh Matters, sebuah situs berita dan komentar yang populer di kalangan intelektual liberal yang dilarang di Cina. Esai itu kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris atas izin Xu oleh cendekiawan dan pakar Cina bernama Geremie Barme.

Berita terkait

Tak Hanya India, Jepang Juga Kecewa Atas Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

12 jam lalu

Tak Hanya India, Jepang Juga Kecewa Atas Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Pemerintah Jepang menanggapi komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor penghambat pertumbuhan ekonomi di Cina, India dan Jepang.

Baca Selengkapnya

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

16 jam lalu

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Menteri Luar Negeri India menolak komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor yang menghambat pertumbuhan ekonomi negaranya.

Baca Selengkapnya

Soal Internet di Cina, Kampanye Larangan Tautan Ilegal hingga Mengenai Pendapatan Periklanan

17 jam lalu

Soal Internet di Cina, Kampanye Larangan Tautan Ilegal hingga Mengenai Pendapatan Periklanan

Komisi Urusan Intenet Pusat Cina telah memulai kampanye nasional selama dua bulan untuk melarang tautan ilegal dari sumber eksternal di berbagai media

Baca Selengkapnya

Dugaan Ekspor Nikel Ilegal sebanyak 5,3 Juta Ton ke Cina, KPK: Masih Cari Alat Bukti

18 jam lalu

Dugaan Ekspor Nikel Ilegal sebanyak 5,3 Juta Ton ke Cina, KPK: Masih Cari Alat Bukti

Wakil Ketua KPK, Alexander Marwata mengaku tidak mengetahui ihwal penyidik meminta Bea Cukai untuk paparan dugaan ekspor nikel ilegal ke Cina.

Baca Selengkapnya

Penanganan Polusi Udara, Peneliti BRIN Minta Indonesia Belajar dari Cina

22 jam lalu

Penanganan Polusi Udara, Peneliti BRIN Minta Indonesia Belajar dari Cina

Cina menjadi salah satu negara yang bisa mengurangi dampak polusi udaranya secara bertahap. Mengikis dampak era industrialisasi.

Baca Selengkapnya

Menlu Selandia Baru Sebut Hubungan dengan Cina "Rumit"

1 hari lalu

Menlu Selandia Baru Sebut Hubungan dengan Cina "Rumit"

Menlu Selandia Baru menggambarkan hubungan negaranya dengan Cina sebagai hubungan yang "rumit".

Baca Selengkapnya

Badan Mata-mata Seoul Tuding Korea Utara Rencanakan Serangan terhadap Kedutaan Besar

1 hari lalu

Badan Mata-mata Seoul Tuding Korea Utara Rencanakan Serangan terhadap Kedutaan Besar

Badan mata-mata Korea Selatan menuding Korea Utara sedang merencanakan serangan "teroris" yang menargetkan pejabat dan warga Seoul di luar negeri.

Baca Selengkapnya

Gelombang Panas Serbu India sampai Filipina: Luasan, Penyebab, dan Durasi

2 hari lalu

Gelombang Panas Serbu India sampai Filipina: Luasan, Penyebab, dan Durasi

Daratan Asia berpeluh deras. Gelombang panas menyemai rekor suhu panas yang luas di wilayah ini, dari India sampai Filipina.

Baca Selengkapnya

Bahlil Bantah Cina Kuasai Investasi di Indonesia, Ini Faktanya

2 hari lalu

Bahlil Bantah Cina Kuasai Investasi di Indonesia, Ini Faktanya

Menteri Bahlil membantah investasi di Indonesia selama ini dikuasai oleh Cina, karena pemodal terbesar justru Singapura.

Baca Selengkapnya

Segera Hadir di Subang Smartpolitan, Berikut Profil BYD Perusahaan Kendaraan Listrik

2 hari lalu

Segera Hadir di Subang Smartpolitan, Berikut Profil BYD Perusahaan Kendaraan Listrik

Keputusan mendirikan pabrik kendaraan listrik di Subang Smartpolitan menunjukkan komitmen BYD dalam mendukung mobilitas berkelanjutan di Indonesia.

Baca Selengkapnya