Profesor dan ketua fakultas bisnis Harvard, Bharat Anand berinteraksi dengan mahasiswa yang berada di penjuru dunia yang disiarkan secara online di stasiun televisi WGBH, Boston, 21 Agustus 2015. Universitas Harvard meluncurkan kelas yang berbasis online. AP/Gretchen Ertl
TEMPO.CO, Jakarta - Kebijakan Departemen Imigrasi Amerika perihal pemulangan pelajar internasional mendapat respon keras dari berbagai universitas. Perkembangan terbaru, Universitas Harvard serta Institut Teknologi Massachusetts (MIT) memutuskan untuk memperkarakan administrasi Presiden Donalad Trump atas keputusan tersebut.
"Perintah tersebut datang tanpa peringatan. Benar-benar kejam dan gegabah. Saya memandang aturan itu sengaja didesain untuk menekan kami agar membuka kelas tatap muka tanpa memedulikan kondisi murid dan instruktur," ujar Presiden Universitas Harvard, Larry Bacow, sebagaimana dikutip dari CNN, Rabu, 8 Juli 2020.
Gugatan terhadap kebijakan tersebut sudah diteruskan ke Pengadilan Distrik Amerika untuk kawasan Massachusetts. Argumen hukum yang dipakai adalah kebijakan imigrasi itu melanggar Administrastive Procedures Act. Menurut kampus, kebijakan itu menaruh mereka dalam situasi sulit.
Diberitakan sebelumnya, Departemen Imigrasi Amerika mengeluarkan aturan bahwa pelajar internasional yang hanya mengambil kelas online akan diwajibkan pulang ke negara masing-masing. Jika menolak, maka mahasiswa terkait akan dideportasi oleh Departemen Imigrasi Amerika.
Keputusan tersebut tak ayal menimbulkan kehebohan dari kampus dan komunitas pelajar internasional. Sebab, beberapa kampus sudah kadung menyiapkan kelas semester baru mereka secara online untuk mematuhi pembatasan sosial. Sementara itu, untuk pelajar internasional, tak semuanya bisa pulang karena beberapa rute penerbangan masih diblokir.
Departemen Imigrasi Amerika memberikan kelonggaran apabila pelajar mengambil kelas campuran, yaitu kelas tatap muka dan kelas online. Alternatif lainnya, memberi kelonggaran apabila pelajar berniat pindah ke kampus dengan kelas fisik atau campuran. Namun, tidak semua kampus siap melakukan perubahan model pengajaran secara dadakan.
"Semester baru (di Harvard) akan berlangsung beberapa pekan lagi. Tidak memungkinkan bagi para pelajar internasional untuk pindah ke kampus lain yang menyediakan kelas fisik," ujar Bacow
"Di satu sisi, pulang ke negara masing-masing dan tetap mengikuti kelas online bukan perkara mudah. Selain tidak praktis, mahal, dan berpotensi berbahaya untuk mereka," kata Bacow menambahkan.
Catatan Redaksi: Berita ini telah direvisi untuk judul yang terpotong
5 Fakta menarik Hot Dog, Dibawa ke Luar Angkasa hingga Harga Mencapai Puluhan Juta
5 jam lalu
5 Fakta menarik Hot Dog, Dibawa ke Luar Angkasa hingga Harga Mencapai Puluhan Juta
Sebagai makanan cepat saji yang populer, hot dog memiliki bulan perayaan nasional. Untuk merayakannya sebuah restoran di New York menjual hot dog seharga 37 juta rupiah
4 Rudal Iran yang Diwaspadai Amerika dan Sekutunya
10 hari lalu
4 Rudal Iran yang Diwaspadai Amerika dan Sekutunya
Iran memiliki kapasitas teknis dan industri untuk mengembangkan rudal jarak jauh, termasuk Intercontinental Ballistic Missile (ICBM) atau Rudal Balistik Antarbenua.