Trump Klarifikasi Twit soal Unjuk Rasa Pembunuhan George Floyd

Sabtu, 30 Mei 2020 18:00 WIB

Presiden AS Donald Trump menjawab pertanyaan selama wawancara dengan Reuters tentang pandemi virus Corona (COVID-19) dan isu lain di Oval Office Gedung Putih di Washington, AS, 29 April 2020. [REUTERS / Carlos Barria]

TEMPO.CO, Jakarta - Presiden AS Donald Trump pada hari Jumat membela diri terkait kicauan Twitter merespons unjuk rasa solidaritas untuk George Floyd, pria kulit hitam yang tewas ketika ditangkap oleh polisi kulit putih.

Twitter menandai twit Trump karena melanggar pedoman karena "mengangungkan kekerasan" setelah men-twit "penjarahan mengarah pada penembakan" sebagai tanggapan kerusuhan Minneapolis.

Twit "penjarahan mengarah ke penembakan" menarik kecaman yang meluas dari Demokrat. Trump mengatakan dia mengerti mengapa pembunuhan itu memicu protes nasional tentang kekerasan polisi terhadap Afrika-Amerika.

Namun, Trump mengatakan bahwa mereka seharusnya tidak diizinkan untuk bertindak "anarki tanpa hukum."

"Para penjarah seharusnya tidak diizinkan menenggelamkan suara-suara dari begitu banyak pendemo damai. Saya mengerti sakitnya, saya mengerti rasa sakitnya," kata Trump di Gedung Putih, seperti dikutip dari Reuters, 30 Mei 2020.

Advertising
Advertising

Tangkapan layar twit oleh Presiden AS Donald Trump yang diunggah pada 29 Mei 2020. [Twitter / @ realDonaldTrump via REUTERS]

Trump mengatakan dia telah menyatakan dukacita kepada keluarga George Floyd, seorang pria kulit hitam yang terlihat di video tidak bisa bernapas ketika seorang polisi kulit putih berlutut di lehernya. Petugas itu, Derek Chauvin, ditangkap dan didakwa melakukan pembunuhan dan pembunuhan tingkat tiga.

Trump, seorang Republikan yang mencalonkan diri sebagai petahana untuk pemilu pada November, memiliki sejarah ketegangan rasial. Dia menyalahkan "kedua belah pihak" karena kekerasan antara supremasi kulit putih dan demonstran kontra sayap kiri di Charlottesville, Virginia, pada 2017 dan menyebut beberapa imigran yang melintasi perbatasan AS-Meksiko sebagai pelaku pemerkosaan.

Twit Trump pada Jumat menyarankan bahwa pasukan keamanan akan menembaki para penjarah selama demonstrasi kematian Floyd.

"Berdandal-berandal ini tidak menghargai ingatan tentang George Floyd, dan saya tidak akan membiarkan itu terjadi. Saya baru saja berbicara dengan Gubernur Tim Walz dan mengatakan kepadanya bahwa Militer mendukungnya setiap saat. Di tengah kesulitan apapun kami akan mengambil kendali tetapi, ketika penjarahan dimulai, penembakan dimulai. Terima kasih!" kicau Trump.

Twitter menambahkan pemberitahuan bahwa twit itu melanggar aturannya karena "mengagungkan kekerasan," tak lama setelah Twitter menandai twit Trump soal kecurangan pemilu sebagai hoaks.

Trump mengatakan dia tidak mengetahui sejarah frasa "penjarahan mengarah ke penembakan", yang berasal dari tindakan keras polisi AS terhadap hak-hak sipil pada 1960-an.

Suasana kota Minneapolis pasca kerusuhan dalam aksi protes kasus George Floyd di Minnesota, AS, Jumat, 29 Mei 2020. Massa menuntut para polisi yang diduga melakukan kekerasan terhadap warga sipil dihukum secara pidana dan bukan hanya dipecat. REUTERS/Carlos Barria

Demokrat menuduh Trump memperburuk situasi.

"Ini bukan waktunya untuk twit pembakar emosi. Tidak ada waktu untuk mendorong kekerasan," kata mantan Wakil Presiden Joe Biden, yang juga calon presiden dari Partai Demokrat. "Ini adalah krisis nasional dan kami membutuhkan kepemimpinan yang nyata saat ini. Kepemimpinan yang akan membawa semua orang ke meja sehingga kita dapat mengambil tindakan untuk membasmi rasisme sistemik."

Anggota parlemen kulit hitam mengatakan Trump mendorong kekerasan terhadap orang Afrika-Amerika. "Ini memalukan ketika pemimpin negara itu menanggapi krisis nasional dengan menghina orang-orang yang sedang diserang," kata anggota DPR dari Demokrat Karen Bass, yang mengetuai Congressional Black Caucus.

Trump menulis twit-nya di tengah hari-hari kerusuhan di Minneapolis, yang dilanda pembakaran, penjarahan, dan vandalisme pada malam ketiga ketika para demonstran melampiaskan kemarahan mereka atas kematian Floyd.

Ketua Komite Kehakiman Senat Lindsey Graham, seorang Republikan, mengatakan panelnya akan mengadakan sidang untuk memeriksa penggunaan kekuatan brutal polisi.

Empat petugas polisi yang terlibat dalam kematian Floyd dipecat sebelum Derek Chauvin, polisi yang mencekik George Floyd, ditangkap atas dakwaan pembunuhan.

Berita terkait

Terancam Dipenjara, Trump Dijatuhi Denda Rp146 Juta karena Langgar Perintah Pembungkaman

18 jam lalu

Terancam Dipenjara, Trump Dijatuhi Denda Rp146 Juta karena Langgar Perintah Pembungkaman

Hakim yang mengawasi persidangan pidana uang tutup mulut Donald Trump mendenda mantan presiden Amerika Serikat itu sebesar US$9.000 atau karena Rp146

Baca Selengkapnya

Kereta Cepat Jakarta-Surabaya, Kisah Komikus Jepang Sindir Indonesia Lebih Pilih Cina 6 Tahun Lalu

4 hari lalu

Kereta Cepat Jakarta-Surabaya, Kisah Komikus Jepang Sindir Indonesia Lebih Pilih Cina 6 Tahun Lalu

Jauh sebelum wacana kereta cepat Jakarta-Surabaya, ada komikus yang pernah sindir Indonesia lebih pilih Cina dari pada Jepang.

Baca Selengkapnya

PM Australia Sebut Elon Musk Miliarder Sombong Gara-gara Tolak Hapus Unggahan di X

8 hari lalu

PM Australia Sebut Elon Musk Miliarder Sombong Gara-gara Tolak Hapus Unggahan di X

Perdana Menteri Australia Anthony Albanese menyebut Elon Musk sebagai miliarder sombong karena tak mau menghapus unggahan di media sosial X.

Baca Selengkapnya

Seorang Pria Bakar Diri di Luar Gedung Pengadilan Saat Trump Disidang

11 hari lalu

Seorang Pria Bakar Diri di Luar Gedung Pengadilan Saat Trump Disidang

Seorang pria membakar dirinya di luar gedung pengadilan New York tempat persidangan uang tutup mulut bersejarah Donald Trump.

Baca Selengkapnya

Elon Musk Usulkan Biaya Langgan bagi Pengguna X Baru, Ini Alasannya

15 hari lalu

Elon Musk Usulkan Biaya Langgan bagi Pengguna X Baru, Ini Alasannya

Elon Musk, CEO platform media sosial X, pada Senin mengusulkan biaya langganan bagi pengguna baru

Baca Selengkapnya

Trump Tolak Undangan Zelensky, Menilai Tak Pantas Kunjungi Ukraina

20 hari lalu

Trump Tolak Undangan Zelensky, Menilai Tak Pantas Kunjungi Ukraina

Bekas Presiden AS Donald Trump menolak undangan Presiden Volodymyr Zelensky untuk menyambangi Ukraina.

Baca Selengkapnya

Trump: Kehormatan bagi Saya Masuk Penjara karena Melanggar Perintah Pembungkaman

23 hari lalu

Trump: Kehormatan bagi Saya Masuk Penjara karena Melanggar Perintah Pembungkaman

Trump telah mengaku tidak bersalah atas 34 dakwaan pemalsuan catatan bisnis dan menyangkal pernah bertemu dengan Stormy Daniels.

Baca Selengkapnya

Berusia 75 Tahun, NATO Hadapi Sejumlah Ancaman, Termasuk Trump

27 hari lalu

Berusia 75 Tahun, NATO Hadapi Sejumlah Ancaman, Termasuk Trump

Sekjen NATO mendesak Amerika Serikat tetap bersatu dengan Eropa, meski seandainya Donald Trump kembali berkuasa di Gedung Putih

Baca Selengkapnya

Trump Dikabarkan Baru-baru Ini Berbicara dengan Mohammed bin Salman

27 hari lalu

Trump Dikabarkan Baru-baru Ini Berbicara dengan Mohammed bin Salman

Arab Saudi adalah tempat yang dikunjungi Trump setelah dilantik sebagai Presiden AS pada 2017.

Baca Selengkapnya

Saling Serang Calon Presiden AS: Joe Biden Ungkit Pemutih sebagai Obat, Donald Trump: Jika Tak Menang, Demokrasi Berakhir

32 hari lalu

Saling Serang Calon Presiden AS: Joe Biden Ungkit Pemutih sebagai Obat, Donald Trump: Jika Tak Menang, Demokrasi Berakhir

Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, menyindir Donald Trump, yang akan menjadi pesaingnya lagi dalam pemilihan presiden AS yang akan datang pada bulan November.

Baca Selengkapnya