Ketegangan Suriah Mereda Setelah Rusia dan Turki Gencatan Senjata

Jumat, 6 Maret 2020 11:36 WIB

Milisi Suriah menetapkan target untuk artileri di dekat Idlib, Suriah 27 Februari 2020. [REUTERS / Umit Bektas]

TEMPO.CO, Jakarta - Ketegangan di Idlib, Suriah mereda setelah Rusia dan Turki sepakat untuk melakukan gencatan senjata. Menurut sejumlah penduduk dan kombatan yang berada di garis depan Idlib, suara-suara artileri Turki ataupun desingan drone Rusia tak lagi terdengar sejak Jumat dini hari.

"Beberapa jam pertama, kami melihat ketenangan dari segala pihak yang terlibat (perang di Suriah)," ujar Ibrahim Al-idlibi, salah satu tokoh oposisi di Suriah ketika menemui kelompok pemberontak, sebagimana dikutip dari Reuters. Jumat, 6 Maret 2020.

Al-idlibi mengaku pesimistis gencatan senjata itu berlangsung lama. Berkaca pada gencatan-gencatan senjata sebelumnya, periode tenang tersebut umumnya hanya seumur jagung.

Selain itu, sejauh yang ia lihat, rasa tegang masih terasa di antara pihak yang berperang walaupun mereka tidak saling serang. Satu saja tanpa sengaja atau sengaja melakukan serangan, menurut Al-Idlibi, gencatan senjata akan usai. "Ini gencatan senjata yang sangat rapuh," ujar Al-Idlibi.

Semnentara itu, Ahmad Rahhal, mantan jenderal Suriah yang membelot ke kelompok pemberontak, mengaku kecewa dengan gencatan senjata yang terjadi. Sebab, kesepakatan gencatan senjata itu tidak diikuti dengan kesepakatan yang jelas tentang zona aman. Padahal, kata Rahhal, hal tersebut juga penting.

Rahhal menjelaskan, zona aman diperlukan untuk memastikan para pengungsi bisa aman dari serangan apabila gencatan senjata gagal. Selain itu, juga untuk memastikan mereka bisa kembali ke rumah masing-masing tanpa harus terlibat dalam peperangan yang terjadi.

"Tidak ada satupun yang menyinggung soal zona aman ataupun area untuk mundur. Jadi, kemana para pengungsi bisa pergi? Jelas mereka tidak akan mau kembali ke zona rezim," ujar Rahhal.

Sebagaimana diberitakan sebelumnya, pada hari Kamis kemarin, Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan sepakat untuk melakukan gencatan senjata. Hal tersebut untuk meredakan ketegangan di Suriah yang memakan banyak korban.

Dalam peperangan di Suriah, Rusia dan Turki memang mendukung pihak-pihak yang berselisih. Rusia mendukung Presiden Bashar al-Assad dan Turki mendukung beberapa kelompok pemberontak. Walhasil, ketika kedua pihak berperang, Rusia dan Turki ikut terjun ke medan pertempuran.

Adapun gencatan senjata terbaru diambil usai serangan Rusia di Idlib, Suriah. Rusia berdalih Turki telah melanggar hukum intrnasional dengan mengerahkan banyak pasukan militer ke Idlib. Sementara itu, mengutip Reuters, Turki mengarahkan pasukan ke Idlib untuk menahan kemajuan rezim Assad serta mencegah pengungsi di perbatasan selatan.

ISTMAN MP | REUTERS

Berita terkait

Uni Eropa Menolak Media asal Rusia, Ketua Parlemen Berang

2 jam lalu

Uni Eropa Menolak Media asal Rusia, Ketua Parlemen Berang

Ketua parlemen Rusia mengecam Uni Eropa yang melarang distribusi empat media Rusia. Hal itu sama dengan menolak menerima sudut pandang alternatif

Baca Selengkapnya

Percobaan Pembunuhan Perdana Menteri Slovakia Robert Fico, Ini Respons Putin, Zelensky, dan Joe Biden

14 jam lalu

Percobaan Pembunuhan Perdana Menteri Slovakia Robert Fico, Ini Respons Putin, Zelensky, dan Joe Biden

Perdana Menteri Slovakia Robert Fico alami percobaan pembunuhan. Begini respons pimpinan dunia seperti Putin, Zelensky, Joe Biden hingga Rishi Sunak.

Baca Selengkapnya

Ini Poin-poin Penting dari 'Era Baru' Kemitraan Strategis Putin dan Xi

2 hari lalu

Ini Poin-poin Penting dari 'Era Baru' Kemitraan Strategis Putin dan Xi

Putin dan Xi Jinping sepakat memperdalam kemitraan strategis mereka sekaligus mengecam Amerika Serikat.

Baca Selengkapnya

Xi Jinping dan Putin Makin Mesra, Janjikan Hubungan Lebih Erat

2 hari lalu

Xi Jinping dan Putin Makin Mesra, Janjikan Hubungan Lebih Erat

Putin mengunjungi Cina dan bertemu Xi Jinping setelah dilantik kembali sebagai Presiden Rusia.

Baca Selengkapnya

Ingin Israel Dihukum, 5 Negara Ini Kritik Ancaman AS Kepada Mahkamah Pidana Internasional

2 hari lalu

Ingin Israel Dihukum, 5 Negara Ini Kritik Ancaman AS Kepada Mahkamah Pidana Internasional

Sejumlah pihak bereaksi setelah Amerika mengancam hakim ICC jika mengeluarkan surat penangkapan kepada PM Israel, Benjamin Netanyahu.

Baca Selengkapnya

Sri Lanka Akui 16 Warganya Tewas Saat Berperang dalam Konflik Rusia-Ukraina

2 hari lalu

Sri Lanka Akui 16 Warganya Tewas Saat Berperang dalam Konflik Rusia-Ukraina

Setidaknya 16 tentara bayaran Sri Lanka tewas dalam perang antara Rusia dan Ukraina, kata wakil menteri pertahanan pulau itu pada Rabu.

Baca Selengkapnya

Putin Tiba di Cina atas Undangan Xi Jinping, Pertama Sejak Terpilih Kembali

3 hari lalu

Putin Tiba di Cina atas Undangan Xi Jinping, Pertama Sejak Terpilih Kembali

Presiden Rusia Vladimir Putin tiba di ibu kota Cina, Beijing, untuk memulai kunjungan resmi selama dua hari atas undangan Xi Jinping

Baca Selengkapnya

Vladimir Putin Akui Dapat Dukungan Beijing untuk Akhiri Perang Ukraina dengan Damai

3 hari lalu

Vladimir Putin Akui Dapat Dukungan Beijing untuk Akhiri Perang Ukraina dengan Damai

Vladimir Putin mendapat dukungan dari Beijing agar bisa menyelesaikan krisis Ukraina dengan damai.

Baca Selengkapnya

Mengenal Joe Alwyn Aktor Inggris yang Menyerukan Gencatan Senjata di Palestina

3 hari lalu

Mengenal Joe Alwyn Aktor Inggris yang Menyerukan Gencatan Senjata di Palestina

Joe Alwyn tergabung dalam Artist4Ceasefire yang menyerukan gencatan senjata di Palestina

Baca Selengkapnya

Belum Terbitkan Surat Penangkapan untuk Netanyahu, Jaksa ICC Dikecam Tiga Negara Ini

3 hari lalu

Belum Terbitkan Surat Penangkapan untuk Netanyahu, Jaksa ICC Dikecam Tiga Negara Ini

Jaksa ICC disebut takut terhadap ancaman dari Kongres AS dan dipertanyakan independensinya.

Baca Selengkapnya