TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan sepekat untuk melakukan gencatan senjata di Idlib, barat daya Suriah per 5 Maret 2020. Hal itu menyusul pertemuan keduanya di Moskow pada hari Kamis guna mendiskusikan langkah meredam ketegangan di Suriah.
"Saya berharap bahwa kesepakatan ini adalah langkah yang baik untuk menghentikan kegiatan militer di zona de-eskalasi Idlib dan meredam krisis kemanusiaan," ungkap Putin seperti yang dikutip dari Reuters, Jumat 6 Maret 2020.
Salah satu langkah yang akan dilakukan untuk menjamin gencatan senjata benar terlaksana adalah menyiapkan koridor keamanan. Koridor keamanan akan disiapkan enam kilometer di wilayah utara dan di sepanjang jalan raya M4, Idlib.
Selain koridor keamanan, Rusia dan Turki juga akan menggelar patroli bersama. Patroli direncanakan mulai berjalan pada tanggal 15 Maret mendatang.
"Dalam proses itu, Turki juga berhak untuk menanggapi serangan apa pun dari rezim," kata Erdogan menambahkan.
Rusia dan Turki memang mendukung pihak-pihak yang berselisih dalam konflik di Suriah. Moskow mendukung Presiden Bashar al-Assad dan Turki mendukung beberapa kelompok pemberontak. Beberapa kesepakatan sebelumnya untuk mengakhiri pertempuran di antara keduanya gagal dilaksanakan dengan baik.
Upaya terbaru di atas mengacu pada serangan di Idlib oleh pasukan Assad, yang didukung oleh serangan udara Rusia. Dalam kesempatan itu, Rusia berdalih serangan dilakukan karena Turki telah melanggar hukum internasional dengan mengarahkan banyak pasukan militer ke Idlib.
Turki telah mengerahkan pasukan dan peralatan ke wilayah Idlib dalam beberapa pekan terakhir untuk menahan kemajuan pemerintah Suriah dan mencegah pengungsi di perbatasan selatan. Rusia juga berupaya memperkuat pasukannya di Suriah melalui jalur laut dan udara sebelum adanya perundingan anatara Putin dan Erdogan.
SAFIRA ANDINI | REUTERS | CNN