Pro dan Kontra Kembalinya Evo Morales ke Bolivia
Jumat, 22 November 2019 07:01 WIB
TEMPO.CO, El Alto – Sejumlah pendukung Evo Morales, yang mengundurkan diri sebagai Presiden, berkumpul di Kota El Alto untuk memperjuangkan kembalinya Presiden pertama dari warga Indian itu dari Meksiko.
Ratusan warga terlibat bentrok dengan petugas keamanan saat mereka berusaha memblokade pembangkit listrik utama di kota itu.
Sebagian lainnya berpawai ke ibu kota La Paz sambil membawa bendera Wiphala, yang berwarna-warni sebagai simbol etnis Andean.
Mereka berupaya menekan Presiden interim, Jeanine Anez, yang menggantikan Evo Morales.
Namun, kelompok masyarakat asli Bolivia, yang merupakan keturunan Indian, tidak sepenuhnya satu suara di El Alto.
“Mereka menyebut kami keturunan Indian, kami ras berkulit hitam, dan ras terkutuk,” kata Jaime Pablo, seorang pemimpin demonstrasi dari salah satu provinsi, saat dia ikut berdemonstrasi memblokade pembangkit listrik yang menyuplai energi listrik ke La Paz seperti dilansir Reuters pada Kamis, 21 November 2019.
Pablo merasa terganggu mengenai perbedaan pendapat diantara para pemimpin warga asli. Saat ini, mereka berdialog dengan pemerintah untuk mengakhiri aksi massa dengan imbalan digelarnya pemilu yang dipercepat.
“Pemerintah ingin memecah belah kami. Caranya? Mereka merangkul para pemimpin kami dan bekas pemimpin kami dan bicara dengan mereka. Tapi kami bertekad tidak akan menghormati itu,” kata Pablo.
Kota El Alto menjadi saksi bentrok fisik antara polisi dan tentara dengan masyarakat asli yang berdemonstrasi pada Selasa malam pekan ini. Delapan orang tewas akibat bentrokan ini, yang diduga akibat tembakan peluru tajam aparat.
Warga asli meminta perdamaian dan mulai mencari tokoh pengganti Evo Morales sambil membersihkan blokade jalan.
Evo Morales merupakan pemimpin pertama Bolivia dari warga asli. Dia melarikan diri ke Meksiko di tengah tekanan polisi, militer dan oposisi, yang menudingnya melakukan kecurangan pemilu Presiden pada Oktober 2019.
Pasca pengunduran diri Evo Morales pada 10 November 2019, Bolivia menghadapi kisruh politik antara kelompok Indian, yang menjadi mayoritas publik dengan kelompok keturunan kulit putih, yang menilainya berkuasa telalu lama. Morales telah berkuasa 14 tahun.
Evo Morales, 60 tahun, memiliki musuh politik yaitu kelompok-kelompok yang sempat menyebutnya sebagai pahlawan. Ini seperti kelompok warga asli yang menolak tanahnya digunakan untuk pembangunan. Dia juga dinilai memberikan bantuan kepada komunitas tertentu serta melewati batasan kepresidenan.
“Dia sudah pergi. Kami harus mencari penggantinya, Evo Morales,” kata Macario Velasquez, 76 tahun, berasal dari daerah Yungas. “Saya harap situasi membaik dan semua orang bisa kembali bekerja serta bersekolah.”