Puluhan Ribu Demonstran di Irak Protes Aksi Kekerasan Petugas
Rabu, 30 Oktober 2019 20:01 WIB
TEMPO.CO, Baghdad – Puluhan ribu warga Irak berkumpul di lapangan Tahrir di Baghdad pusat untuk melanjutkan protes pada hari kelima.
Aksi unjuk rasa di Baghdad diwarnai korban tewas akibat tindakan keras petugas keamanan yang menembaki demonstran.
“Dengan nyawa dan darah kami akan bela Irak,” teriak warga bersama-sama seperti dilansir Reuters pada Selasa, 29 Oktober 2019.
Ini merupakan demonstrasi terbesar kedua di ibu kota sejak gelombang unjuk rasa anti-pemerintahan Perdana Menteri, Adel Abdul Mahdi, kembali digelar pada Jumat pekan lalu.
Pasukan keamanan berjaga di sekitar jembatan Jumhuriya. Mereka menembakkan gas air mata kepada demonstran di Lapangan Tahrir, yang mencoba memaksa masuk ke kawasan Zona Aman atau Green Zone. Kawasan ini menjadi lokasi gedung pemerintahan dan kantor perwakilan asing.
Banyak warga yang turun ke jalan membawa bendera nasional dan berusia muda. Unjuk rasa ini mendapat dukungan dari serikat pekerja, yang menyerukan mogok massal. Sebelumnya, serikat pengacara dan guru juga melakukan mogok kerja.
Unjuk rasa ini terjadi setelah insiden berdarah di Kota Karbala, yang merupakan kota suci warga Syiah. Pasukan Irak disebut menembaki warga hingga menewaskan 18 orang. Setidaknya 865 orang terluka.
Gubernur Kerbala, kepala polisi, perdana menteri, dan pejabat militer membantah ada korban jiwa di Karbala. Namun, sumber di rumah sakit dan petugas keamanan mengatakan otoritas lokal diperintahkan untuk menutupi jumlah korban tewas.
“Perwakilan Perserikatan Bangsa-Bangsa di Irak mengecam tindak kekerasan yang terjadi dan menyerukan digelarnya dialog,” begitu dilansir Reuters.
Menurut pernyataan dari United Nations Assistance Mission for Iraq atau UNAMI, perkembangan yang terjadi di Irak memprihatinkan.
“Terutama yang terjadi di Kerbala. Saksi mata melaporkan ada indikasi peluru tajam digunakan terhadap demonstran,” begitu pernyataan pejabat UNAMI.
Jumlah korban tewas saat demonstrasi di Irak sejak unjuk rasa ini berlangsung pada 1 Oktober 2019 sekitar 250 orang. “Kami ingin pemerintahan diganti. Tuntutan kami agar Abdul Mahdi mundur. Parlemen juga bubar. Partai juga dibubarkan,” kata Salah al Suweidi, pemrotes di Lapangan Tahrir.