Warga Myanmar Unjuk Rasa Dukung Pembatasan Kekuasaan Militer

Rabu, 17 Juli 2019 18:00 WIB

Pemimpin pro-demokrasi Aung San Suu Kyi berjalan untuk bersumpah di majelis rendah parlemen di Naypyitaw, Myanmar, 2 Mei 2012. [REUTERS / Soe Zeya Tun]

TEMPO.CO, Jakarta - Ratusan demonstran melakukan unjuk rasa di kota Yangon, Myanmar pada Rabu, 17 Juli 2019. Unjuk rasa itu untuk mendukung proposal amandemen konstitusional yang akan mengurangi kekuasaan militer Myanmar.

Unjuk rasa terpisah telah direncanakan dilakukan pada hari yang sama untuk menentang reformasi itu.

Dikutip dari reuters.com, Partai Liga Nasional untuk Demokrasi atau NLD saat ini sedang mendorong perubahan konstitusional meskipun anggota parlemen dari tubuh militer Myanmar menentangnya. NLD adalah partai yang dibentuk oleh Peraih Nobel bidang perdamaian Aung San Suu Kyi.

Dalam unjuk rasa Rabu, 17 Juli 2019, sejumlah aktifis turun ke jalan memimpin unjuk rasa. Mereka memakai ikat kepala warna merah dengan tulisan 'Amandemen Konstitusi 2008'.

"Pemerintah saat ini sedang mencoba membuat terobosan, tetapi mereka terjegal oleh konstitusi 2008," kata salah seorang pengkoordinir demonstrasi, Pyae Phyo Zaw.

Advertising
Advertising

Militer Myanmar Menolak Diselidiki ICC atas Rohingya

Aung San Suu Kyi membuka KTT Investasi Myanmar 2019 di Nay Pyi Taw, ibukota Myanmar. [MYANMAR TIMES]

Myanmar selama berpuluh tahun dipimpin oleh militer. Suu Kyi yang memenangkan pemilu pada 2016, dipaksa membagi kekuasaan dengan sejumlah jenderal di militer negara itu.

Masih Dibayangi Militer, Myanmar Ingin Reformasi Konstitusi

Di bawah konstitusi yang dibuat oleh pemerintah militer atau junta, Panglima Militer Myanmar berhak mengajukan nama-nama yang akan duduk di parlemen dan menguasai sepertiga lembaga itu. Militer juga memegang jatah untuk kursi Menteri Pertahanan, Menteri Dalam Negeri dan urusan perbatasan.

Konstitusi 2008 yang dibuat oleh militer juga tak membolehkan Myanmar dipimpin oleh presiden yang menikah dengan warga negara asing atau memiliki anak dengan warga negara berbeda. Dengan begitu, Suu Kyi yang menikah dengan Michael Aris, seorang warga negara Inggris akhirnya tak bisa menjadi Presiden meskipun memenangkan pemilu.

Sebelumnya pada Senin, 15 Juli 2019, ribuan proposal amandemen dari sejumlah partai politik di Myanmar dimasukkan ke parlemen untuk menjadi bahan perdebatan. Namun apa saja tumpukan proposal itu belum disampaikan ke publik.

Nay Phone Latt, anggota parlemen dari Partai NLD mengatakan kepada Reuters salah proposal itu adalah menyusun waktu dimana jumlah kursi militer Myanmar di parlemen dikurangi secara bertahap, mulai dari 25 persen sampai 15 persen per tahun 2021.

Berita terkait

Berbeda dari Columbia, UC Berkeley Izinkan Mahasiswa Pro-Palestina Unjuk Rasa Damai

6 jam lalu

Berbeda dari Columbia, UC Berkeley Izinkan Mahasiswa Pro-Palestina Unjuk Rasa Damai

Protes mahasiswa pro-Palestina di Universitas California, Berkeley (UC Berkeley) berlangsung tanpa penangkapan oleh polisi.

Baca Selengkapnya

300 Demonstran pro-Palestina di Universitas Colombo Ditahan

10 jam lalu

300 Demonstran pro-Palestina di Universitas Colombo Ditahan

Sekitar 300 demonstran pro-Palestina di Universitas Colombia ditahan polisi setelah unjuk rasa mulai mengganggu proses belajar-mengajar.

Baca Selengkapnya

Brown Jadi Universitas AS Pertama yang Pertimbangkan Divestasi dari Israel

21 jam lalu

Brown Jadi Universitas AS Pertama yang Pertimbangkan Divestasi dari Israel

Pengunjuk rasa pro-Palestina dan anti-Israel membersihkan perkemahan di kampus setelah mencapai kesepakatan dengan administrasi universitas Brown.

Baca Selengkapnya

Donald Trump Memuji Penggerebekan Unjuk Rasa Pro-Palestina oleh Polisi New York

23 jam lalu

Donald Trump Memuji Penggerebekan Unjuk Rasa Pro-Palestina oleh Polisi New York

Donald Trump memuji polisi New York yang menggerebek unjuk rasa pro-Palestina di Universitas Columbia.

Baca Selengkapnya

5 Negara Ini Sedang Alami Cuaca Panas Ekstrem, Waspada Saat Mengunjunginya

1 hari lalu

5 Negara Ini Sedang Alami Cuaca Panas Ekstrem, Waspada Saat Mengunjunginya

Sejumlah negara sedang mengalami cuaca panas ekstrem. Mana saja yang sebaiknya tak dikunjungi?

Baca Selengkapnya

Hari Buruh Internasional, Deretan Tuntutan Unjuk Rasa Gabungan Buruh dan Mahasiswa Surabaya

1 hari lalu

Hari Buruh Internasional, Deretan Tuntutan Unjuk Rasa Gabungan Buruh dan Mahasiswa Surabaya

Unjuk rasa Hari Buruh Internasional dengan pagelaran teatrikal dan aksi berjalan kaki (long march)

Baca Selengkapnya

75 Tahun Hubungan Diplomatik, India dan Indonesia Adakan Pameran dan Seminar Industri Pertahanan

1 hari lalu

75 Tahun Hubungan Diplomatik, India dan Indonesia Adakan Pameran dan Seminar Industri Pertahanan

Pameran sekaligus seminar Industri Pertahanan ini dalam rangka peringatan 75 tahun hubungan diplomatik India-Indonesia.

Baca Selengkapnya

Unjuk Rasa Saat Hari Buruh Internasional di Bandung, Deretan Masalah Ini yang Disoroti

1 hari lalu

Unjuk Rasa Saat Hari Buruh Internasional di Bandung, Deretan Masalah Ini yang Disoroti

Aliansi Buruh Bandung Raya melakukan unjuk rasa menyuarakan perjuangan mereka saat Hari Buruh Internasional atau May Day di Cikapayang Dago Park

Baca Selengkapnya

Cuaca Panas Ekstrem Melanda Asia, Myanmar Tembus 48,2 Derajat Celcius

2 hari lalu

Cuaca Panas Ekstrem Melanda Asia, Myanmar Tembus 48,2 Derajat Celcius

Asia alamai dampak krisis perubahan iklim. Beberapa negara dilanda cuaca panas ekstrem. Ada yang mencapai 48,2 derajat celcius.

Baca Selengkapnya

Fakta-fakta Demo Mahasiswa Pro-Palestina di Amerika Serikat Ricuh Diberangus Aparat

2 hari lalu

Fakta-fakta Demo Mahasiswa Pro-Palestina di Amerika Serikat Ricuh Diberangus Aparat

Demo Pro-Palestina marak terjadi di banyak kampus di AS dengan tuntutan para mahasiswa berkisar dari gencatan senjata atas perang Israel vs Hamas.

Baca Selengkapnya