Cucu Nelson Mandela Mengkritik Kebijakan Apartheid Israel

Senin, 8 Juli 2019 15:00 WIB

Zwelivelile Mandela, cucu Nelson Mandela dari Afrika Selatan. sumber: Leon Neal/Getty Images/aljazeera.com

TEMPO.CO, Jakarta - Zwelivelile Mandela, cucu mantan presiden Afrika Selatan Nelson Mandela pada Minggu, 7 Juli 2019 mengecam kebijakan apartheid yang ditetapkan Israel dalam sebuah pameran di London, Inggris. Mandela, yang juga anggota parlemen Afrika Selatan untuk partai Kongres Nasional Afrika (ANC), menyatakan kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh Tel Aviv kepada warga Palestina serupa dengan sistem apartheid yang dibuat oleh pemerintah kulit putih Afrika Selatan dulu.

"Israel menciptakan diskriminasi melalui definisi hukum bahwa negara tersebut adalah negara Yahudi, dengan demikian orang non-Yahudi menjadi warga negara kelas dua dan menjadi orang asing di tanah kelahirannya sendiri," ujar Mandela seperti dikutip Al-Jazeera, Senin, 8 Juli 2019.

Baca juga : Mau Digusur Israel, Warga Palestina Minta Tolong Angel Merkel

Seorang pria Palestina berteriak kepada pasukan Israel saat mereka memprotes rencana Israel menghancurkan desa Badui Palestina, Khan al-Ahmar, di Tepi Barat, 14 September 2018. Warga Palestina menganggap penggusuran ini sebagai bagian dari rencana Israel menciptakan permukiman yang bakal memisahkan Yerusalem Timur dari Tepi Barat. REUTERS/Mussa Qawasma

Pernyataan Mandela itu mengacu pada undang-undang yang diloloskan oleh pemerintah Israel pada 2018, yang menyatakan Israel adalah tanah air historis bagi orang Yahudi.

Advertising
Advertising

Baca juga: Israel Siap Bangun 2 Ribu Unit Rumah di Tepi Barat

Dia berpandangan sistem Apartheid di Afrika Selatan memisahkan warga kulit hitam dari kulit putih dengan memberikan lahan dengan jumlah terbatas bagi warga kulit hitam.

Dalam pameran yang bertajuk Palestine Expo tersebut, beberapa ahli lainnya juga melontarkan kritik pada perlakuan Israel terhadap rakyat Palestina. Issa Amro, aktivis HAM asal Hebron, Israel, menyatakan kota asalnya telah menjadi pusat apartheid, diskriminasi, dan segregasi. Ia juga menyatakan penggusuran rumah warga palestina meningkat drastis sejak Donald Trump menjadi Presiden Amerika Serikat pada 2017.

Sedangkan Daphna Baram, Direktur Komite Israel Penentang Penggusuran Rumah, menyatakan pada Juni 2019 saja Israel menggusur 201 rumah masyarakat Palestina. Dengan begitu, terhitung sejak 1967 Israel telah menggusur total 49.336 rumah milik masyarakat Palestina.

"Kita membutuhkan dunia karena Israel tidak akan mengubah dirinya sendiri - selama Israel dan rakyatnya tidak dihukum dan tidak membayar atas pendudukan dan kejahatannya, jangan harap akan ada perubahan. Perubahan tersebut tidak akan berasal dari dalam Israel," ujar Gideon Levy, wartawan Israel dalam pameran tersebut.

RISANDA ADHI PRATAMA | AL JAZEERA

Berita terkait

Biden Soal Bentrok Mahasiswa Pro-Palestina: Boleh Protes, Asal Jangan Bikin Kekacauan

2 jam lalu

Biden Soal Bentrok Mahasiswa Pro-Palestina: Boleh Protes, Asal Jangan Bikin Kekacauan

Presiden AS Joe Biden mengkritik gelombang unjuk rasa pro-Palestina yang berlangsung di berbagai kampus di seluruh negeri.

Baca Selengkapnya

Kian Panas, Turki Putuskan Hubungan Dagang dengan Israel

3 jam lalu

Kian Panas, Turki Putuskan Hubungan Dagang dengan Israel

Turki memutuskan hubungan dagang dengan Israel seiring memburuknya situasi kemanusiaan di Palestina.

Baca Selengkapnya

Demonstran Pro-Palestina dan Polisi Bentrok di Kampus AS, Ratusan Mahasiswa Ditangkap

5 jam lalu

Demonstran Pro-Palestina dan Polisi Bentrok di Kampus AS, Ratusan Mahasiswa Ditangkap

Unjuk rasa pro-Palestina di kampus Amerika Serikat berujung rusuh antara polisi dan demonstran.

Baca Selengkapnya

Ini Alasan Israel dan Sekutunya Takut pada ICC

5 jam lalu

Ini Alasan Israel dan Sekutunya Takut pada ICC

ICC dapat mengakhiri impunitas selama puluhan tahun dengan mendakwa para pejabat tinggi keamanan Israel atas perang di Gaza.

Baca Selengkapnya

Universitas Sciences Po Prancis Tolak Tuntutan Mahasiswa untuk Putus Hubungan dengan Israel

8 jam lalu

Universitas Sciences Po Prancis Tolak Tuntutan Mahasiswa untuk Putus Hubungan dengan Israel

Universitas Sciences Po di Paris menolak tuntutan mahasiswa untuk memutus hubungan dengan universitas-universitas Israel.

Baca Selengkapnya

Situasi Kemanusiaan Palestina Memburuk, Turki Hentikan Perdagangan dengan Israel

10 jam lalu

Situasi Kemanusiaan Palestina Memburuk, Turki Hentikan Perdagangan dengan Israel

Imbas situasi kemanusiaan di Palestina yang memburuk, Turki menghentikan perdagangan dengan Israel.

Baca Selengkapnya

PBB: Butuh Waktu 80 Tahun untuk Bangun Kembali Rumah-rumah di Gaza yang Dibom

16 jam lalu

PBB: Butuh Waktu 80 Tahun untuk Bangun Kembali Rumah-rumah di Gaza yang Dibom

Laporan terbaru UNDP menemukan bahwa waktu yang dibutuhkan untuk membangun kembali rumah-rumah Gaza yang hancur dibom adalah 80 tahun.

Baca Selengkapnya

Israel Ancam Balas Dendam terhadap Palestina Jika ICC Keluarkan Surat Penangkapan Netanyahu

19 jam lalu

Israel Ancam Balas Dendam terhadap Palestina Jika ICC Keluarkan Surat Penangkapan Netanyahu

Israel mengancam melakukan pembalasan terhadap Otoritas Palestina jika ICC mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Benjamin Netanyahu dan menteri-menterinya.

Baca Selengkapnya

Brown Jadi Universitas AS Pertama yang Pertimbangkan Divestasi dari Israel

21 jam lalu

Brown Jadi Universitas AS Pertama yang Pertimbangkan Divestasi dari Israel

Pengunjuk rasa pro-Palestina dan anti-Israel membersihkan perkemahan di kampus setelah mencapai kesepakatan dengan administrasi universitas Brown.

Baca Selengkapnya

Fakta tentang Gustavo Petro, Presiden Kolombia, Pembela Hak-hak Palestina

22 jam lalu

Fakta tentang Gustavo Petro, Presiden Kolombia, Pembela Hak-hak Palestina

Kolombia pernah berhubungan akrab dengan Israel, tetapi Gustavo Petro, sang presiden, tidak pernah menahan diri untuk mengkritik negara Zionis itu.

Baca Selengkapnya