Empat Negara Diuntungkan dari Perang Dagang Amerika Serikat-Cina

Kamis, 4 Juli 2019 11:30 WIB

Presiden Cina Xi Jinping dan Presiden AS Donald Trump di sela KTT G20, di Jepang, 28-29 Juni 2019.[REUTERS]

TEMPO.CO, Jakarta - Vietnam, Taiwan, Bangladesh dan Korea Selatan diuntungkan dari perang dagang Amerika Serikat-Cina, karena menjadi negara alternatif impor AS.

Alasannya, orang Amerika membeli lebih sedikit dari Cina. Tetapi alih-alih bersandar pada produsen AS, mereka menghindari tarif Presiden Donald Trump dengan beralih ke pemasok di negara-negara Asia lainnya.

Pergeseran impor muncul selama lebih dari satu tahun perundingan perdagangan yang tak pasti antara Washington dan Beijing, dan berlanjut hingga Mei, menurut data yang dirilis Rabu oleh Biro Sensus, dikutip dari CNN Business, 4 Juli 2019.

Baca juga: Produsen Teknologi Mau Kabur dari Cina, Microsoft Incar Indonesia

Selama lima bulan pertama tahun ini, Amerika Serikat mengimpor barang lebih sedikit 12 persen dari Cina selama periode waktu yang sama tahun lalu. Tetapi impor dari Vietnam naik 36 persen, dan meningkat 23 persen dari Taiwan, 14 persen dari Bangladesh, dan 12 persen dari Korea Selatan.

Advertising
Advertising

Tarif Trump telah membuat barang-barang konsumen seperti topi baseball, koper, sepeda dan tas tangan yang diproduksi di Cina lebih mahal bagi importir Amerika. Pajak-pajak juga mengenai berbagai mesin dan barang industri, termasuk suku cadang untuk mesin pencuci piring, mesin cuci, pengering dan filter air.

Trump mengatakan pekan lalu bahwa pembicaraan "kembali ke jalurnya" dan tarif baru ditahan setelah bertemu dengan Presiden Cina Xi Jinping pada KTT G20 di Jepang.

Tetapi pemilik bisnis Amerika dikejutkan pada bulan Mei ketika pemerintah meningkatkan tarif US$ 200 miliar (Rp 2.826) barang menjadi 25 persen dari 10 persen, dengan alasan bahwa Cina mengingkari perjanjian sebelumnya. Trump juga mengancam akan mengenakan tarif baru pada impor Cina yang tersisa, yang akan menghantam smartphone, mainan, alas kaki dan ikan.

Baca juga: Di Tengah Perang Dagang, Cina Impor Beras Perdana dari AS

Donald Trump mengklaim bahwa Beijing akan menyetujui kesepakatan karena tarif yang dikenakan pada barang-barang Cina mengusir pengusaha dari Cina.

"Cina semakin hancur oleh perusahaan yang meninggalkan Cina, pergi ke negara lain, termasuk negara kita," kata Trump bulan lalu.

Tetapi tidak jelas apakah perusahaan secara permanen menggeser produksi di luar Cina, atau hanya mengubah rute barang untuk diproses minimal sebelum dikirim ke Amerika Serikat. Badan bea cukai Vietnam mengatakan bahwa pihaknya akan mulai menindak barang asal Cina yang secara ilegal diberi label ulang "Made in Vietnam" oleh perusahaan yang berusaha menghindari tarif AS, menurut laporan dari Reuters.

Baca juga: Menteri Susi: Perang Dagang Seharusnya Menguntungkan Indonesia

Cap America yang berbasis di Missouri mengimpor sebagian besar topi baseball dari Cina dan menyulamnya di Amerika Serikat. Perusahaan sedang mencoba pemasok baru di Bangladesh untuk menghindari tarif, tetapi pesanan itu hanya akan membuat sekitar 20 persen dari total impor tahun ini karena perusahaan masih menguji kualitasnya.

"Anda tidak bisa hanya menjentikkan jari dan beralih produksi. Ini adalah proses yang pasti," kata CEO Phil Page.

Sekitar 40 persen dari perusahaan yang disurvei pada bulan Mei oleh Kamar Dagang Amerika dan mitranya di Shanghai mengatakan, mereka sedang mempertimbangkan atau telah merelokasi beberapa manufaktur di luar Cina karena tarif. Bagi mereka yang telah memindahkan produksi, sekitar seperempat bergeser ke Asia Tenggara. Kurang dari 6 persen mengatakan mereka telah pindah atau sedang mempertimbangkan untuk pindah ke Amerika Serikat.

Baca juga: Donald Trump Janji Tak Kenakan Tarif Impor Tambahan ke Cina

Sementara impor dari negara-negara di luar Cina telah meningkat secara signifikan tahun ini, beberapa produksi sudah pindah ke luar Cina ke tempat-tempat dengan upah yang jauh lebih rendah jauh sebelum Trump mulai memberlakukan tarif. Impor AS dari negara-negara seperti Vietnam dan Korea Selatan terus meningkat selama dekade terakhir karena negara-negara tersebut telah meningkatkan produksi pakaian jadi dan elektronik masing-masing.

Taiwan dan Korea Selatan lebih fokus pada barang-barang teknologi tinggi seperti semikonduktor, tetapi Vietnam dan Bangladesh masih menawarkan upah yang kompetitif, menjadikannya tempat yang menarik untuk membuat barang-barang konsumen seperti pakaian dan sepatu, ketika tarif impor semakin mencekak di ketidakpastian negosiasi perang dagang Amerika Serikat-Cina.

Berita terkait

Gelombang Panas Serbu India sampai Filipina: Luasan, Penyebab, dan Durasi

5 jam lalu

Gelombang Panas Serbu India sampai Filipina: Luasan, Penyebab, dan Durasi

Daratan Asia berpeluh deras. Gelombang panas menyemai rekor suhu panas yang luas di wilayah ini, dari India sampai Filipina.

Baca Selengkapnya

Bahlil Bantah Cina Kuasai Investasi di Indonesia, Ini Faktanya

14 jam lalu

Bahlil Bantah Cina Kuasai Investasi di Indonesia, Ini Faktanya

Menteri Bahlil membantah investasi di Indonesia selama ini dikuasai oleh Cina, karena pemodal terbesar justru Singapura.

Baca Selengkapnya

Segera Hadir di Subang Smartpolitan, Berikut Profil BYD Perusahaan Kendaraan Listrik

18 jam lalu

Segera Hadir di Subang Smartpolitan, Berikut Profil BYD Perusahaan Kendaraan Listrik

Keputusan mendirikan pabrik kendaraan listrik di Subang Smartpolitan menunjukkan komitmen BYD dalam mendukung mobilitas berkelanjutan di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Jalan Raya di Cina Ambles, Sedikitnya 48 Orang Tewas

18 jam lalu

Jalan Raya di Cina Ambles, Sedikitnya 48 Orang Tewas

Korban tewas akibat amblesnya jalan raya di Cina selatan telah meningkat menjadi 48 orang

Baca Selengkapnya

Hasil Piala Uber 2024: Tim Bulu Tangkis Putri Cina dan Jepang Bakal Duel di Semifinal

19 jam lalu

Hasil Piala Uber 2024: Tim Bulu Tangkis Putri Cina dan Jepang Bakal Duel di Semifinal

Tim bulu tangkis putri Cina dan Jepang melenggang mulus ke semifinal Uber Cup atau Piala Uber 2024.

Baca Selengkapnya

Filipina Salahkan Beijing karena Memancing Ketegangan di Laut Cina Selatan

1 hari lalu

Filipina Salahkan Beijing karena Memancing Ketegangan di Laut Cina Selatan

Manila menuduh penjaga pantai Cina telah memancing naiknya ketegangan di Laut Cina Selatan setelah dua kapalnya rusak ditembak meriam air

Baca Selengkapnya

Survei: 58 Persen Responden Percaya Beijing Gunakan TikTok untuk Pengaruhi Opini Warga Amerika Serikat

1 hari lalu

Survei: 58 Persen Responden Percaya Beijing Gunakan TikTok untuk Pengaruhi Opini Warga Amerika Serikat

Jajak pendapat yang dilakukan Reuters/Ipsos mengungkap 58 persen responden percaya Beijing menggunakan TikTok untuk mempengaruhi opini warga Amerika.

Baca Selengkapnya

EHang Lebih Dekat Lagi ke Operasional Taksi Terbang Komersial di Cina

1 hari lalu

EHang Lebih Dekat Lagi ke Operasional Taksi Terbang Komersial di Cina

EHang raih sertifikat produksi untuk bakal taksi terbang EH216-S. Yang pertama di industri eVTOL dunia.

Baca Selengkapnya

Marak WNI Jadi Korban Penipuan Berkedok Pengantin di Cina, KBRI Ungkap Modusnya

2 hari lalu

Marak WNI Jadi Korban Penipuan Berkedok Pengantin di Cina, KBRI Ungkap Modusnya

Banyak WNI yang diiming-imingi menjadi pengantin di Cina dengan mas kawin puluhan juta. Tak semuanya beruntung.

Baca Selengkapnya

Terpopuler Bisnis: Zulhas Ungkap Asal Mula Ditemukannya Baja Ilegal, Promo Gajian hingga Sindiran Komikus Jepang

4 hari lalu

Terpopuler Bisnis: Zulhas Ungkap Asal Mula Ditemukannya Baja Ilegal, Promo Gajian hingga Sindiran Komikus Jepang

Zulkifli Hasan mengungkap asal mula ditemukannya baja ilegal produksi pabrik milik Cina.

Baca Selengkapnya