5 Fakta Kasus Pembunuhan Kolumnis Jamal Khashoggi

Reporter

Tempo.co

Editor

Budi Riza

Kamis, 27 Juni 2019 09:55 WIB

Kolumnis Washington Post, Jamal Khashoggi, tewas di bunuh tim pembunuh dari Arab Saudi yang berjumlah 15 orang. Middel East Eye

TEMPO.CO, New York – Pelapor khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa atau PBB, Agnes Callamard, melaporkan adanya dugaan kuat pembunuhan kolumnis Washington Post, Jamal Khashoggi, sebagai perbuatan negara.

Baca juga: PBB Diminta Bentuk Tim Investigasi Kriminal Kasus Khashoggi

Pembunuhan yang terjadi di Kota Istanbul, Turki, pada 2 Oktober 2018 itu menyita perhatian dunia internasional karena diduga kuat melibatkan pejabat intelijen Arab Saudi hingga Putra Mahkota, Mohammed Bin Salman.

Advertising
Advertising

Delapan bulan berlalu pasca pembunuhan kejam itu namun proses pengungkapan kasus ini masih belum memuaskan. Beberapa tokoh kunci belum pernah diperiksa atau belum menjadi terdakwa.

Berikut ini beberapa poin mengenai kasus Jamal Khashoggi, yang dikenal kerap bersikap kritis terhadap kebijakan pemerintah Arab Saudi lewat tulisan-tulisannya, seperti dilansir Aljazeera:

  1. Kolumnis

Jamal Khashoggi, 59 tahun, terbunuh dan tubuhnya dimutilasi di kantor Konsulat Jenderal Arab Saudi di Istanbul, Turki, saat dia tiba untuk mengurus dokumen terkait rencana pernikahannya.

Tim pembunuh dari Saudi, yang berjumlah 15 orang, telah menunggu. Mereka menjerat leher Khashoggi dan memutilasi tubuh korban untuk menghilangkan bukti.

Tubuh korban tidak pernah ditemukan. Ada dugaan pelaku telah menghancurkan tubuh korban menggunakan zat asam. Dugaan lain, tim pembunuh telah membawa tubuh korban dengan dimasukkan ke dalam koper dan dibawa dari Istanbul menggunakan pesawat jet sewa pada malam hari seusai pembunuhan.

Baca juga: Rekaman Percakapan Detik-detik Pembunuhan Jamal Khashoggi

Pemerintah Saudi awalnya mengatakan Khashoggi telah meninggalkan kantor konsulat lewat pintu belakang setelah masuk dari pintu depan. Namun, upaya menutup-nutupi ini akhirnya terbongkar. Orang yang mirip Khashoggi dan keluar dari pintu belakang kedubes merupakan peniru, yang berpakaian mirip korban, dan merupakan bagian dari tim pembunuh. Ada 18 orang warga negara Saudi yang ditangkap dalam kasus ini termasuk sejumlah perwira militer intelijen.

Pemerintah Arab Saudi menyalahkan terjadinya kasus ini kepada agen intelijen yang bertindak ceroboh dan brutal dalam menjalankan tugasnya yaitu mengajak Khashoggi agar mau pulang ke Saudi.

Dalam laporannya ke Kongres AS, CIA menyebutkan adanya indikasi keterlibatan Putra Mahkota Arab Saudi dalam kasus ini.

  1. Blokir Penjualan Senjata

Kasus pembunuhan kolumnis Washington Post ini menimbulkan kehebohan global. Banyak pihak mendesak agar negara-negara Barat yang menjual senjata militer ke Saudi menunda hingga membatalkan rencana itu.

Sebuah laporan internasional menyebut Saudi merupakan importir senjata terbesar dunia pada 2014 – 2018 dengan porsi sekitar 12 persen. Saudi menggunakan berbagai senjata canggih ini untuk Perang di Yaman, dan banyak menimbulkan korban jiwa akibat salah tembak rudal. Sebagian rudal justru menghancurkan pasar dan rumah sakit sehingga korban jiwa sipil berjatuhan.

Baca juga: Kasus Jamal Khashoggi Terbongkar, Arab Saudi Rombak Intelijen

Sejumlah negara memutuskan menghentikan ekspor senjata ke Saudi seperti Norwegia, Swedia, Austria, Yunani, dan Wallonia di Belgia.

Jerman menunda penjualan senjata ke Saudi dan memperpanjang jeda ini pada April selama enam bulan. Denmark, Finlandia, Belanda juga menunda penjualan senjata termasuk kemungkinan penjualan di masa depan. Austria mendesak Uni Eropa mengembargo massal penjualan senjata ke Saudi.

Namun, sejumlah negara seperti Prancis, Spanyol, Italy dan Kanada tidak menghentikan ekspor senjata ke Saudi.

  1. Menolak Ekstradisi

Pemerintah Arab Saudi menolak ekstradisi para pembunuh Jamal Khashoggi ke Istanbul, Turki, yang menjadi lokasi tindak kejahatan dilakukan. Pada Januari 2018, pemerintah Saudi mengumumkan ada 11 orang terdakwa yang menjalani persidangan dan sejumlah orang lainnya sebagai tersangka.

Baca juga: Tiga Dugaan Kesalahan Jamal Khashoggi di Mata Arab Saudi

Namun, salah satu tokoh dalam kasus ini yaitu tangan kanan Putra Mahkota yaitu Saudi Al Qahtani justru belum menjadi tersangka atau terdakwa. Hingga kini Qahtani diduga masih bekerja di bawah MBS, sapaan putra mahkota.

  1. Mengejar Pengritik

Dewan HAM PBB dan sejumlah lembaga advokasi internasional menyebut pembunuhan Khashoggi merupakan bagian dari masalah yang lebih besar di Saudi yaitu merebaknya penindakan terhadap kelompok kritis terhadap pemerintah.

Setahun sebelum pembunuhan Khashoggi, MBS disebut mengatakan akan menggunakan peluru jika korban tidak mau pulang ke AS. Ini karena Khashoggi melarikan diri ke AS dan terus menulis kritik untuk kolom di Washington Post. MBS disebut melabeli Khashoggi sebagai aktivis Islam berbahaya saat menelpon menantu Presiden AS, Donald Trump, yaitu Jared Kushner dan penasehat keamanan nasional John Bolton.

  1. Pemerintah Saudi Terlibat

Laporan dari pelapor khusus PBB yaitu Agnes Callamard menyatakan ada bukti kredibel yang menghubungkan pembunuhan Khashoggi dengan MBS dan ini harus diungkap lewat investigasi kriminal.

Callamard menyebut pembunuhan Khasoggi sebagai pembunuhan ekstra-judisial atau extra-judicial killing yang menunjukkan negara Arab Saudi harus bertanggung jawab.

Dia juga meyakini investigasi kasus Khashoggi ini oleh otoritas di Saudi tidak dilakukan dengan niat bagi dan malah terindikasi kuat sebagai upaya menghalang-halangi penegakan hukum.

Berita terkait

Indonesia Dorong Penetapan Hari Danau Sedunia di World Water Forum Ke-10 Bali

1 hari lalu

Indonesia Dorong Penetapan Hari Danau Sedunia di World Water Forum Ke-10 Bali

Penetapan Hari Danau Sedunia menjadi satu dari empat poin usulan yang dibawa Indonesia untuk diangkat menjadi resolusi PBB.

Baca Selengkapnya

Parlemen Arab Desak Investigasi Internasional Kuburan Massal di Gaza

1 hari lalu

Parlemen Arab Desak Investigasi Internasional Kuburan Massal di Gaza

Parlemen Arab menyerukan investigasi internasional independen menyusul penemuan kuburan massal di Rumah Sakit Al-Shifa dan Rumah Sakit Nasser di Gaza

Baca Selengkapnya

Di World Water Forum ke-10, RI Akan Usul Penetapan Hari Danau Sedunia

2 hari lalu

Di World Water Forum ke-10, RI Akan Usul Penetapan Hari Danau Sedunia

Pemerintah Indonesia akan mengusulkan penetapan Hari Danau Sedunia dalam acara World Water Forum ke-10 yang dihelat di Bali pada 18-25 Mei 2024.

Baca Selengkapnya

Siprus Lanjutkan Bantuan Pangan ke Gaza Via Laut Pasca-Pembunuhan Relawan WCK

3 hari lalu

Siprus Lanjutkan Bantuan Pangan ke Gaza Via Laut Pasca-Pembunuhan Relawan WCK

Pengiriman bantuan pangan ke Gaza dari Siprus melalui jalur laut dilanjutkan pada Jumat malam

Baca Selengkapnya

PBB: Butuh 14 Tahun untuk Bersihkan Puing-puing di Gaza

4 hari lalu

PBB: Butuh 14 Tahun untuk Bersihkan Puing-puing di Gaza

Serangan Israel ke Gaza telah meninggalkan sekitar 37 juta ton puing di wilayah padat penduduk, menurut Layanan Pekerjaan Ranjau PBB

Baca Selengkapnya

Eks Ketua HRW: Israel Halangi Penyelidikan Internasional terhadap Kuburan Massal di Gaza

4 hari lalu

Eks Ketua HRW: Israel Halangi Penyelidikan Internasional terhadap Kuburan Massal di Gaza

Pemblokiran Israel terhadap penyelidik internasional memasuki Jalur Gaza menghambat penyelidikan independen atas kuburan massal yang baru ditemukan

Baca Selengkapnya

70 Persen dari Ribuan Korban Jiwa di Gaza adalah Perempuan

5 hari lalu

70 Persen dari Ribuan Korban Jiwa di Gaza adalah Perempuan

ActionAid mencatat setidaknya 70 persen dari ribuan korban jiwa di Gaza adalah perempuan dan anak perempuan.

Baca Selengkapnya

Jamaika secara Resmi Mengakui Palestina sebagai Negara

6 hari lalu

Jamaika secara Resmi Mengakui Palestina sebagai Negara

Jamaika secara resmi mengumumkan pengakuan Palestina sebagai sebuah negara setelah musyawarah kabinet.

Baca Selengkapnya

Ratusan Mayat Ditemukan di Dua RS di Gaza, PBB Serukan Penyelidikan

6 hari lalu

Ratusan Mayat Ditemukan di Dua RS di Gaza, PBB Serukan Penyelidikan

PBB menyerukan dilakukannya penyelidikan atas temuan ratusan mayat di dua rumah sakit di Gaza.

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Gunakan Hak Veto Gagalkan Keanggotaan Penuh Palestina di PBB, Begini Sikap Indonesia

10 hari lalu

Amerika Serikat Gunakan Hak Veto Gagalkan Keanggotaan Penuh Palestina di PBB, Begini Sikap Indonesia

Mengapa Amerika Serikat tolak keanggotaan penuh Palestina di PBB dengan hak veto yang dimilikinya? Bagaimana sikap Indonesia?

Baca Selengkapnya