Aktivis HAM Prancis Blokir Kapal Saudi Pengangkut Senjata

Reporter

Tempo.co

Editor

Budi Riza

Rabu, 29 Mei 2019 10:43 WIB

Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman bertemu dengan Menteri Pertahanan Prancis, Florence Barley di Jeddah. english.alarabiya.net

TEMPO.CO, Marseilles – Sekelompok pegiat Hak Asasi Manusia di Prancis mencoba memblokir bongkar muat amunisi dan senjata ke sebuah kapal asal Arab Saudi.

Baca juga: Jerman Tak Mau Ekspor Senjata ke Arab Saudi, Prancis Kecewa

Kapal ini berlabuh di sebuah pelabuhan di Prancis selatan. Aktivitas aktivis ini merupakan bagian dari tekanan publik untuk menghentikan penjualan senjata militer ke Saudi.

“Kapal Bahri Tabuk ini rencananya bakal memuat senjata Prancis untuk Arab Saudi, yang menjadi salah satu aktor konflik di Yaman” begitu pernyataan dari kelompok HAM ACAT seperti dilansir Reuters pada Selasa, 28 Mei 2019.

Advertising
Advertising

Menurut pernyataan yang dirilis, kelompok ini mendesak semua komponen masyarakat sipil dan jaringan lokal di Prancis untuk bekerja sama mencegah pengiriman senjata canggih buatan Prancis ke Arab Saudi.

Baca juga: Arab Saudi Beli Senjata Prancis, Inggris dan AS, Tak ke Indonesia

Insiden serupa terjadi dua pekan lalu saat sebuah kapal dari Arab Saudi bernama Bahri Yanbu meninggalkan pelabuhan di Prancis utara. Kapal itu pergi tanpa berhasil mengangkut kargo berisi senjata yang awalnya akan dikirim. Ini terjadi setelah para pekerja bongkar muat mengancam akan memblok kedatangan kapal itu ke Pelabuhan Le Havre.

Organisasi ACAT, seperti dilansir Aljazeera, juga telah mengajukan gugatan hukum untuk menghentikan penjualan senjata buatan Prancis ke Arab Saudi. Mereka beralasan senjata itu bisa digunakan militer Saudi untuk menyerang warga sipil pada konflik di Yaman.

Baca juga: Jual Senjata ke Arab Saudi, Prancis Langgar Hukum Internasional

Menurut pejabat serikat pekerja galangan, Laurent Pastor, kapal Bahri Tabuk merapat pada Selasa dan bakal melakukan bongkar muat senjata pada Rabu. Menurut sumber situs Disclose, yang merupakan situs investigasi, kargo berisi senjata itu akan dikirim lewat pelabuhan Marseille-Fos. Salah satu isinya adalah amunisi untuk meriam howitzer Caesar.

Soal ini, Menteri Pertahanan Prancis, Florence Parly, mengatakan kepada parlemen dia belum menerima informasi soal pengiriman senjata itu. “Kami akan mengecek soal ini,” kata Parly seperti dilansir Aljazeera. Sedangkan manajemen Eurenco, yang merupakan afiliasi dari perusahaan senjata Nexter dan memproduksi amunisi untuk meriam itu, belum menanggapi konfirmasi soal pengiriman ini.

Baca juga: Kelompok HAM di Prancis Blokade Pengiriman Senjata ke Arab Saudi

Sedangkan Menteri Luar Negeri Prancis, Jean-Yves Le Drian, mengulangi seruan kepada Arab Saudi dan Uni Emirat Arab untuk mengakhiri perang kotor di Yaman. Namun, dia tetap mendukung penjualan senjata ke Saudi. “Kita menghormati perjanjian terkait penjualan senjata,” kata dia.

Berita terkait

Houthi Tawarkan Pendidikan bagi Mahasiswa AS yang Diskors karena Demo Pro-Palestina

2 hari lalu

Houthi Tawarkan Pendidikan bagi Mahasiswa AS yang Diskors karena Demo Pro-Palestina

Kelompok Houthi di Yaman menawarkan tempat melanjutkan studi bagi para mahasiswa AS yang diskors karena melakukan protes pro-Palestina.

Baca Selengkapnya

Legendaris! Nama Beyonce akan Masuk ke dalam Kamus Prancis Larousse

2 hari lalu

Legendaris! Nama Beyonce akan Masuk ke dalam Kamus Prancis Larousse

Nama Beyonce akan masuk ke dalam Kamus Prancis Le Petit Larousse edisi terbaru tahun ini dengan definisi sebagai penyanyi R&B dan pop Amerika.

Baca Selengkapnya

Universitas Sciences Po Prancis Tolak Tuntutan Mahasiswa untuk Putus Hubungan dengan Israel

2 hari lalu

Universitas Sciences Po Prancis Tolak Tuntutan Mahasiswa untuk Putus Hubungan dengan Israel

Universitas Sciences Po di Paris menolak tuntutan mahasiswa untuk memutus hubungan dengan universitas-universitas Israel.

Baca Selengkapnya

Champs-Elysees di Paris Bakal Disulap jadi Tempat Piknik Raksasa, Diikuti 4.000 Orang

3 hari lalu

Champs-Elysees di Paris Bakal Disulap jadi Tempat Piknik Raksasa, Diikuti 4.000 Orang

Setiap peserta akan diberikan keranjang piknik gratis yang dikemas sampai penuh oleh sejumlah pemilik restoran ikonik di jalanan Kota Paris itu.

Baca Selengkapnya

Polisi Prancis Bubarkan Unjuk Rasa Pro-Palestina di Universitas Sciences Po

9 hari lalu

Polisi Prancis Bubarkan Unjuk Rasa Pro-Palestina di Universitas Sciences Po

Polisi Prancis membubarkan unjuk rasa pro-Palestina di Paris ketika protes-protes serupa sedang marak di Amerika Serikat.

Baca Selengkapnya

10 Negara Paling Tidak Aman di Dunia, Indonesia Termasuk?

12 hari lalu

10 Negara Paling Tidak Aman di Dunia, Indonesia Termasuk?

Ada 10 negara yang paling tidak aman di dunia dan tidak disarankan untuk berkunjung ke sana. Siapa saja?

Baca Selengkapnya

Israel Panggil Duta Besar Negara-negara Pendukung Keanggotaan Penuh Palestina di PBB

14 hari lalu

Israel Panggil Duta Besar Negara-negara Pendukung Keanggotaan Penuh Palestina di PBB

Israel akan memanggil duta besar negara-negara yang memilih keanggotaan penuh Palestina di PBB "untuk melakukan protes"

Baca Selengkapnya

Dunia Desak Tahan Diri, Panglima Militer Israel Berkukuh akan Balas Iran

19 hari lalu

Dunia Desak Tahan Diri, Panglima Militer Israel Berkukuh akan Balas Iran

Beberapa sekutu memperingatkan eskalasi setelah serangan Iran terhadap Israel meningkatkan kekhawatiran akan perang regional yang lebih luas.

Baca Selengkapnya

Oxfam: Penjualan Senjata ke Israel dapat Membuat Inggris Terlibat dalam Kejahatan Perang

21 hari lalu

Oxfam: Penjualan Senjata ke Israel dapat Membuat Inggris Terlibat dalam Kejahatan Perang

Badan amal Oxfam mengkritik keputusan pemerintah Inggris yang menolak menunda penjualan senjata ke Israel.

Baca Selengkapnya

Khotbah Idul Fitri, Pemimpin Tertinggi Iran Kutuk Israel atas Serangan Berdarah di Gaza

25 hari lalu

Khotbah Idul Fitri, Pemimpin Tertinggi Iran Kutuk Israel atas Serangan Berdarah di Gaza

Pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei mengutuk Israel dan Barat atas kejahatan di Gaza selama Ramadan dan enam bulan terakhir

Baca Selengkapnya