Eropa Ingin Jaga Perjanjian Nuklir Iran, Tolak Perkaya Uranium

Jumat, 10 Mei 2019 10:24 WIB

Hassan Rouhani mengatakan setelah 60 hari, Iran akan meningkatkan tingkat pengayaan uranium [Kantor Kepresidenan Iran / Mohammad Berno / Al Jazeera]

TEMPO.CO, Jakarta - Negara-negara Eropa mengatakan ingin menjaga perjanjian nuklir Iran dan menolak ultimatum dari Teheran, setelah Iran enggan mematuhi pembatasan pada program nuklirnya dan mengancam melanggar Perjanjian Nuklir Iran 2015 (JCPOA).

Pengumuman Iran pada hari Rabu, terkait dengan pembatasan pada persediaan bahan nuklirnya, adalah sebagai tanggapan terhadap sanksi AS yang menarik diri perjanjian nuklir tahun lalu.

Baca: Soal Nuklir, Donald Trump Mendesak Iran untuk Dialog

Iran belum melanggar kesepakatan, tetapi Presiden Hassan Rouhani mengultimatum negara dunia yang menandatangani perjanjian nuklir agar melindungi ekonomi Iran dari sanksi AS dalam 60 hari, atau Iran akan mulai memperkaya uranium di luar batas yang ditentukan dalam perjanjian, menurut laporan yang dikutip dari Reuters, 10 Mei 2019.

"Kami menolak ultimatum apa pun dan kami akan menilai kepatuhan Iran berdasarkan kinerja Iran terkait komitmen terkait nuklirnya ...," kata pernyataan yang dikeluarkan bersama oleh Uni Eropa dan menteri luar negeri Inggris, Prancis dan Jerman, negara penandatangan kesepakatan.

Advertising
Advertising

Baca: Rusia dan Iran Kecam Amerika Soal Perjanjian Nuklir, Desak Eropa

"Kami bertekad untuk terus mengejar upaya untuk memungkinkan kelanjutan perdagangan yang sah dengan Iran," kata mereka, seraya menambahkan bahwa ini termasuk menciptakan landasan khusus yang bertujuan memungkinkan bisnis non-dolar dengan Iran.

Sebagai tanggapan, Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif mengatakan di Twitter bahwa negara-negara Uni Eropa harus menjunjung tinggi kewajiban mereka dalam perjanjian nuklir Iran dan menormalkan ikatan ekonomi meskipun ada sanksi AS, alih-alih menuntut bahwa Iran secara sepihak mematuhi perjanjian multilateral.

Perjanjian nuklir Iran melibatkan Inggris, Prancis, Jerman, Rusia dan Cina setelah Amerika Serikat menyatakan diri keluar dari perjanjian itu pada 2018. Ecfr.eu

Perjanjian nuklir mengharuskan Iran untuk membatasi kapasitas pengayaan uraniumnya untuk mencegah setiap jalur pengembangan bom nuklir, dengan imbalan penghapusan sebagian besar sanksi internasional.

Serangkaian inspeksi AS yang lebih ketat di bawah kesepakatan telah memverifikasi bahwa Iran memenuhi komitmennya.

Iran selalu membantah bahwa pihaknya membuat senjata nuklir dan mengatakan ingin mematuhi perjanjian nuklir.

Namun pemerintahan Trump berpendapat bahwa kesepakatan nuklir itu cacat karena tidak permanen, tidak membahas program rudal Iran dan tidak menghukum Iran atas apa yang dianggap Washington campur tangan di negara-negara regional yang dilanda konflik.

Baca: Tolak Poin Kesepakatan Nuklir, Iran Mau Perkaya Uranium

Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo menyinggung hal itu dalam sebuah pernyataan pada hari Kamis.

"Sampai saat ini opsi utama rezim adalah kekerasan, dan kami menghimbau mereka di Teheran yang melihat jalan menuju masa depan yang makmur melalui pengurangan eskalasi untuk mengubah perilaku rezim," kata Pompeo.

"Pengekangan kami terhadap hal ini seharusnya tidak disalahartikan oleh Iran karena kurangnya itikad," kata Pompeo.

Berita terkait

5 Mata Uang dengan Nilai Paling Lemah di Dunia

1 hari lalu

5 Mata Uang dengan Nilai Paling Lemah di Dunia

Daftar negara dengan mata uang terlemah menjadi perhatian utama bagi para pengamat ekonomi dan pelaku pasar.

Baca Selengkapnya

Kongres AS Ancam akan Sanksi Pejabat ICC Jika Keluarkan Surat Penangkapan Netanyahu

2 hari lalu

Kongres AS Ancam akan Sanksi Pejabat ICC Jika Keluarkan Surat Penangkapan Netanyahu

Kongres AS dilaporkan memperingatkan Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) atas surat perintah penangkapan bagi pejabat Israel

Baca Selengkapnya

Indonesia - Iran Jalin Kerjasama Teknologi Pertanian

2 hari lalu

Indonesia - Iran Jalin Kerjasama Teknologi Pertanian

Iran akan mendorong pertukaran ekspor impor pada subsektor hortikultura khususnya yang berkaitan dengan buah-buahan

Baca Selengkapnya

Iran akan Bebaskan Awak Kapal Portugal yang Disita di Selat Hormuz

4 hari lalu

Iran akan Bebaskan Awak Kapal Portugal yang Disita di Selat Hormuz

Iran mengatakan akan membebaskan awak kapal berbendera Portugal yang disita pasukannya bulan ini.

Baca Selengkapnya

Top 3 Dunia: Sumber Kekayaan Iran hingga Pertemuan Hamas-Fatah di Beijing

4 hari lalu

Top 3 Dunia: Sumber Kekayaan Iran hingga Pertemuan Hamas-Fatah di Beijing

Berita Top 3 Dunia pada Sabtu 27 April 2024 diawali oleh berita soal lima sumber kekayaan negara Iran, yang sedang menghadapi ketegangan dengan Israel

Baca Selengkapnya

5 Sumber Kekayaan Negara Iran, Ada Gas Alam Hingga Saffron

5 hari lalu

5 Sumber Kekayaan Negara Iran, Ada Gas Alam Hingga Saffron

Iran dikenal memiliki sumber daya alam dan potensi kekayaan yang tinggi. Termasuk saffron, apakah itu?

Baca Selengkapnya

Saat Iran Serang Israel, Begini Pertempuran yang Terjadi di Udara dan Antariksa

6 hari lalu

Saat Iran Serang Israel, Begini Pertempuran yang Terjadi di Udara dan Antariksa

Jet tempur AS, Prancis, Inggris,dan Yordania ikut turun laga pada malam Iran menyerang Israel secara langsung dan keras.

Baca Selengkapnya

10 Negara dengan Lapangan Kerja Paling Banyak, Tertarik Pindah?

6 hari lalu

10 Negara dengan Lapangan Kerja Paling Banyak, Tertarik Pindah?

Berikut ini daftar negara dengan lapangan kerja paling banyak di dunia, didominasi oleh negara-negara Eropa. Tertarik untuk pindah?

Baca Selengkapnya

Rusia Siap Pasok Pesawat Tempur Sukhoi Jika Indonesia Berminat

7 hari lalu

Rusia Siap Pasok Pesawat Tempur Sukhoi Jika Indonesia Berminat

Kedubes Rusia mengatakan Moskow siap memasok pesawat tempur Sukhoi jika ada minat dari Jakarta.

Baca Selengkapnya

Jumlah dan Jenis Senjata Iran yang Digunakan Saat Serang Israel

7 hari lalu

Jumlah dan Jenis Senjata Iran yang Digunakan Saat Serang Israel

Iran meluncurkan 320 hingga 350 senjata yang membawa bahan peledak seberat total 85 ton ke Israel pada Sabtu dinihari, 13 April 2024.

Baca Selengkapnya