Mahathir Bakal Ambil Lahan Publik yang Dimiliki Sultan Johor

Reporter

Tempo.co

Editor

Budi Riza

Minggu, 5 Mei 2019 11:07 WIB

Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad (tengah) tiba di Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Bali, Kamis, 11 Oktober 2018. Mahathir dijadwalkan akan menghadiri ASEAN Leaders Gathering di kawasan Nusa Dua, Bali. ANTARA/ICom/AM IMF - WBG/Fikri Yusuf

TEMPO.CO, Kuala Lumpur --- Perdana Menteri Malaysia, Mahathir Mohamad, mengatakan pemerintah akan mengambil kembali tanah untuk lahan jalur rapid transit system jurusan Johor Bahru (Malaysia) – Singapura jika telah terjadi pengalihan kepemilikan.

Baca:

Mahathir mengatakan ini menanggapi berita bahwa kepemilikan atas satu dari lima lahan yang dialokasikan untuk lahan RTS itu telah dialihkan kepada Sultan Johor pada saat pemerintahan Barisan Nasional.

Menurut Mahathir, pemerintah belum menerima laporan resmi soal ini. Dia juga mengaku tidak tahu apakah Sultan Johor membeli lahan itu.

Advertising
Advertising

“Kami (pemerintah) mendengar kabar dari media bahwa lahan itu telah diambil alih oleh Sultan Johor. Mengenai apakah ada pembayaran atas tanah itu, kami tidak tahu,” kata Mahathir dalam jumpa pers seusai pertemuan partai Koalisi Pakatan Harapan pada Jumat, 3 Mei 2019 seperti dilansir Bernama dan Channel News Asia.

Baca:

Menurut Mahathir, setiap orang yang ingin memiliki bidang tanah harus mengikuti proses hukumnya.

“Iya, kami akan meminta kembali lahan itu jika ada transfer dari pihak manapun itu harus lewat prosedur yang benar,” kata dia.

Menurut Mahathir, pemerintah akan membeli kembali lahan itu jika Sultan Johor telah membayarnya. “Tapi jika dia belum membayar maka kami tidak akan membeli kembali. Itu tanah pemerintah. Kami butuh lahan itu untuk membangun gedung publik yang diperlukan,” kata dia.

Baca:

Pemerintahan Pakatan Harapan yang dipimpin Mahathir telah meminta perpanjangan selama enam bulan pada April lalu soal kelanjutan dari proyek RTS ini.

Kesepakatan pembangunan proyek ini terjadi pada Januari 2018 pada saat pemerintahan Barisan Nasional, yang dipimpin oleh PM Najib Razak.

Awalnya, pengerjaan proyek ini dijadwalkan dimulai pada tahun ini dan rampung pada Desember 2024.

Mahathir juga membantah jika isu ini menimbulkan ketegangan baru antara pemerintah federal dan Sultan Johor. “Tidak ada ketegangan. Ketegangan apa?” kata dia.

Baca:

Saat ditanya apakah penundaan pengerjaan proyek ini selama enam bulan terkait isu kepemilikan lahan itu oleh Sultan Johor, Mahathir tidak menjawabnya.

Dia hanya mengatakan,”Saya pikir Yang Mulia tidak ingin mengambil tanah milik pemerintah federal. Kami akan mengajukan gugatan untuk menunjukkan tanah itu milik kami,” kata dia.

Soal proyek ini sendiri, Mahathir mengatakan pembangunan RTS tidak akan mengurangi kemacetan lalu lintas antara kedua negara. “Kereta memiliki fungsi terbatas,” kat dia. Kapasitas angkut RTS disebut sebanyak 10 ribu penumpang per jam.

Berita terkait

Mahathir Mohamad Diselidiki KPK Malaysia Atas Tuduhan Korupsi

8 hari lalu

Mahathir Mohamad Diselidiki KPK Malaysia Atas Tuduhan Korupsi

KPK Malaysia menyelidiki Mahathir Mohamad dan anak-anaknya atas dugaan korupsi.

Baca Selengkapnya

Orang Dekat Mahathir Dijerat Kasus Pencucian Uang, Berawal dari Pandora Papers

31 Desember 2023

Orang Dekat Mahathir Dijerat Kasus Pencucian Uang, Berawal dari Pandora Papers

Menteri di era Mahathir Mohamad dijerat kasus pencucian uang dan pennyalahgunaan kekuasaan. Penyelidikan dilakukan berbekal data di Pandora Papers.

Baca Selengkapnya

98 Tahun Mahathir Mohamad, Perjalanan Petugas Medis Menjadi Perdana Menteri Malaysia

21 Desember 2023

98 Tahun Mahathir Mohamad, Perjalanan Petugas Medis Menjadi Perdana Menteri Malaysia

Eks Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad berusia 98 tahun. Berikut kisah anak Alor Setar menjadi legenda hidup di Malaysia.

Baca Selengkapnya

Malaysia Punya Raja Baru, Sultan Ibrahim Sultan Iskandar Alumnus Kursus Perwira Pasukan Khusus di Fort Bragg AS

28 Oktober 2023

Malaysia Punya Raja Baru, Sultan Ibrahim Sultan Iskandar Alumnus Kursus Perwira Pasukan Khusus di Fort Bragg AS

Sultan Ibrahim Sultan Iskandar penguasa Johor resmi terpilih sebagai Yang di-Pertuan Agong atau Raja Malaysia ke-17 . Ini profilnya

Baca Selengkapnya

Mengenal Yang Dipertuan Agong Baru Malaysia: Kritis, Punya 300 Mobil dan Kekayaannya Rp12 T

28 Oktober 2023

Mengenal Yang Dipertuan Agong Baru Malaysia: Kritis, Punya 300 Mobil dan Kekayaannya Rp12 T

Dikenal kritis dan suka bicara blak-blakan, Sultan Ibrahim, 64 tahun, akan menjadi Yang Dipertuan Agong Malaysia untuk lima tahun ke depan.

Baca Selengkapnya

Sultan Johor Menjadi Raja Malaysia yang Baru

27 Oktober 2023

Sultan Johor Menjadi Raja Malaysia yang Baru

Keluarga kerajaan Malaysia memilih Sultan Johor Ibrahim Sultan Iskandar untuk menjadi raja berikutnya menggantikan Raja Al-Sultan Abdullah.

Baca Selengkapnya

Pemilihan Yang di-Pertuan Agong Malaysia Berlangsung Besok, Sultan Johor Berpeluang

26 Oktober 2023

Pemilihan Yang di-Pertuan Agong Malaysia Berlangsung Besok, Sultan Johor Berpeluang

Para sultan Malaysia dijadwalkan bertemu pada hari Jumat, 27 Oktober 2023, untuk memilih raja berikutnya atau Yang di-Pertuan Agong.

Baca Selengkapnya

Sebut Orang Melayu Tak Dapat Andalkan Penguasa, Mahathir Diperiksa Polisi

8 Juni 2023

Sebut Orang Melayu Tak Dapat Andalkan Penguasa, Mahathir Diperiksa Polisi

Mahathir Mohamad diperiksa polisi karena pernyataannya bahwa orang Melayu tidak dapat mengandalkan penguasa untuk melindungi mereka.

Baca Selengkapnya

Mahathir Dituduh Korupsi, Sebut Anwar Ibrahim Mat Retorik: Mana Buktinya?

16 Mei 2023

Mahathir Dituduh Korupsi, Sebut Anwar Ibrahim Mat Retorik: Mana Buktinya?

Mahathir kembali membantah tuduhan korupsi yang disampaikan oleh Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim.

Baca Selengkapnya

Mahathir Balas Tuding Anwar Ibrahim Bantu Kroninya saat di Kabinet 1990-an

8 Mei 2023

Mahathir Balas Tuding Anwar Ibrahim Bantu Kroninya saat di Kabinet 1990-an

Mantan PM Malaysia, Dr Mahathir Mohamad, dan Perdana Menteri Anwar Ibrahim saling tuding melakukan korupsi dan kolusi ketika menjabat pada 1990-an.

Baca Selengkapnya