TEMPO.CO, Kuala Lumpur – Perdana Menteri Malaysia, Mahathir Mohamad, mengatakan pergantian PM hanya bisa dilakukan oleh rakyat.
Baca:
Pernyataannya ini menanggapi pernyataan dari Putra Mahkota Johor, Pangeran Ismail Sultan Ibrahim, sebelumnya. Pangeran mengatakan lebih baik mengganti PM daripada mengganti kepala pelatih dari tim sepak bola.
“Kita masih ingat pernah ada Tunku Mahkota Johor dan dia diganti oleh saudara lelakinya yang lebih muda,” kata Mahathir di sela-sela kunjungan ke Cina seperti dilansir Channel News Asia pada Senin, 29 April 2019.
Mahathir melanjutkan,”Jadi, TMJ bisa diganti tanpa membutuhkan persetujuan suara rakyat. Namun, PM hanya bisa diganti oleh suara pilihan rakyat.”
Baca:
Mahathir merujuk kepada kasus Sultan Iskandar Sultan Ibrahim dari Kerajaan Johor. Saat menjadi putra mahkota, dia kehilangan status ini karena bermasalah pada 1961. Posisinya lalu digantikan oleh adik lelakinya. Namun, Sultan Iskandar mendapatkan lagi status putera mahkota mendapatkan posisinya beberapa saat sebelum ayahnya meninggal.
Mahathir menambahkan,”Jika dia bisa menggunakan hak pilih, biarkan dia menggunakannya untuk mengganti saya. Dia bukan orang besar, hanya orang kecil. Jika dia ingin mengubah PM, silahkan saja untuk menggunakan hak suara.”
Baca: Mahathir Minta Kekayaan Malaysia Terbagi Adil untuk Semua Etnis
Putera Mahkota Johor Pangeran Ismail sempat membuat pernyataan di sebuah video yang kemudian menjadi viral. “Dari pada mengganti (pelatih Johor Darul Tazim yaitu Benjamin) Mora, lebih baik mengganti PM,” kata dia.
Pangeran Johor Tunku Ismail Sultan Ibrahim.[The Star]
Isu ini muncul pasca kekalahan klub sepak bola itu saat bertanding melawan klub Shandong Luneng pada Liga AFC Champions. Ini merupakan kekalahan berturut kedua kali bagi klub Johor Darul, yang membuat sebagian fans mengeluh agar pelatih diganti saja.
Baca:
Beberapa waktu terakhir ini, keluarga Kerajaan Johor dan Mahathir terlibat perbedaan pendapat mengenai sejumlah isu seperti penetapan menteri utama negara bagian.
Pada Rabu pekan lalu, Mahathir sempat menulis di blog pribadinya bahwa partai berkuasa bisa menolak pencalonan menteri besar yang diajukan kerajaan dengan mengajukan mosi tidak percaya. Ini membuat Sultan Ibrahim Iskandar menelpon Putra Jaya dan meminta pembicaraan masalah ini secara tertutup. “Untuk kepentingan orang banyak,” kata sultan.