Pangeran Yordania Memuji PM Ardern pasca Teror di Selandia Baru
Jumat, 22 Maret 2019 20:01 WIB
TEMPO.CO, Christchurch – Pangeran Yordania, El Hassan Bin Talal, memuji tindakan Perdana Menteri Jacinda Ardern pasca serangan teror di Selandia Baru pada Jumat, 15 Maret 2019.
Baca:
PM Ardern Diancam Keselamatannya pasca Teror di Selandia Baru
El Hassan tiba di Selandia Baru bersama delegasi untuk memberikan dukungan kepada para korban penembakan khususnya yang berasal dari Yordania.
Empat orang warga Yordania tewas tertembak oleh tersangka penembakan massa Brenton Harrison Tarrant pada pekan lalu. Sejumlah lainnya terluka tembak dan dirawat di rumah sakit.
“Saua sangat terkesan dengan sikapnya secara harfiah, terus terang, dan bertemu dengannya setelah membaca pernyataannya selama beberapa hari ini,” kata El Hassan, yang bertemu dengan Ardern pada Kamis malam.
Baca:
“Melihat dia secara pribadi memeluk keluarga para korban dan mengekspresikan pandangannya mengecam kebencian dan para penjaja kebencian,” kata El Hassan.
Saudara lelaki Raja Hussein ini juga mengapresiasi kebijakan Ardern dalam mengatasi teror di Christchurch.
“Melakukan mengheningkan cipta selama dua menit. Mendengarkan panggilan azan. Ini pasti sangat menyakitkan bagi para penjaja kebencian. Anda hanya bisa menghadapi kebencian dengan rasa sayang dan cinta.”
Dalam manifesto 73 halaman, Tarrant mengaku melakukan serangan ini untuk membela warga kulit putih dan negaranya, yang mengalami invasi imigran.
Baca:
Pengagum supremasi kulit putih asal Australia ini berharap aksi brutalnya ini bakal mengurangi jumlah imigran yang datang ke negara bangsa Eropa.
“Ide pelaku bahwa dia adalah penyelamat orang-orang adalah ide yang kotor. Itu arogan dan menunjukkan perilaku sosiopat,” kata El Hassan.
Dia menegaskan tindakan kebencian ini tidak bisa terus berlangsung sambil mengutip pernyataan tokoh India Mahatma Gandhi.
“Jika mata dibalas mata dan gigi dibalas gigi, maka kita semua menjadi buta dan ompong,” kata dia.
Baca:
El Hassan juga menyampaikan sanggahan lunak atau soft rebuke terhadap pernyataan Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan.
Pada awal pekan ini, Erdogan mengatakan kepada bangsa Selandia Baru dan Australia yang datang ke Gallipoli untuk memperingati Hari Anzac pada 25 April bahwa orang-otang itu bisa kembali pulang ke negaranya masing-masing dalam peti mati jika mencoba menyerang Turki seperti kakeknya dulu.
“Terkait Gallipoli dan Perang Dunia I, kami di Yordania mengenang semua yang tewas dari Anzac dan Turki,” kata dia yang berharap kebencian tidak menyebar pasca serangan teror di Selandia Baru.