Pengadilan Tolak Banding 2 Wartawan Myanmar

Sabtu, 12 Januari 2019 09:30 WIB

Ekspresi wartawan Reuters, Kyaw Soe Oo (kiri) dan Wa Lone, saat keluar dari ruang sidang setelah menjalani sidang vonis di Yangon, Myanmar, Senin, 3 September 2018. Keduanya divonis 7 tahun penjara karena dinilai melanggar Undang-Undang Rahasia Myanmar terkait dengan pemberitaan etnis Rohingya. AP Photo/Thein Zaw

TEMPO.CO, Jakarta - Pengadilan Myanmar pada Jumat, 11 Januari 2019, menolak banding yang diajukan dua wartawan warga negara Myanmar yang bekerja untuk Reuters. Banding diajukan karena Wa Lone, 32 tahun, dan Kyaw Soe Oo, 28 tahun, keberatan dengan putusan pengadilan pertama yang pada September 2018 menjatuhkan hukuman tujuh tahun penjara pada keduanya.

Wa Lone dan Kyaw Soe Oo dituduh telah melanggar undang-undang rahasia negara. Pengadilan banding mengatakan kedua terpidana tidak mampu memberikan cukup bukti untuk membuktikan mereka tidak bersalah.

Baca: Wartawan Myanmar Frustrasi Tak Ada Kebebasan Pers

"Hukuman yang dijatuhkan sudah adil," kata Hakim Pengadilan Tinggi, Aung Naing, mengacu pada hukuman penjara tujuh tahun oleh pengadilan tingkat pertama.

Dikutip dari reuters.com, Sabtu, 12 Desember 2019, dengan ditolaknya banding, maka Wa Lone dan Kyaw Soe Oo memiliki pilihan apakah akan melanjutkan kasus hukum mereka ke Mahkamah Agung. Saat ini, pemenjaraan dua wartawan ini telah menaikkan keraguan terkait perkembangan demokrasi di Myanmar.

Baca: PBB Sebut 6 Jenderal Myanmar Terlibat Genosida Etnis Rohingya

Advertising
Advertising

"Putusan hari ini menjadi sebuah ketidak adilan berikutnya dalam kasus Wa Lone dan Kyaw Soe Oo. Mereka akan tetap dipenjara untuk satu alasan, yakni mereka yang berkuasa berusaha membungkam kebenaran," kata Pemimpin Redaksi Reuters, Stephen J. Adler.

Menurutnya, media di Myanmar tidak bebas padahal pemberitaan bukan sebuah kejahatan. Walhasil, komitmen Myanmar dalam penegakan hukum dan demokrasi masih harus dipertanyakan.

Putusan pengadilan banding itu juga dikritik oleh Amerika Serikat. Melalui Kementerian Luar Negeri, Amerika Serikat mengungkapkan keraguannya mengenai kebebasan berpendapat di negara yang dulu bernama Burma.

"Kami akan terus memberikan masukan pada berbagai level pemerintahan di Myanmar agar membebaskan dua wartawan pemberani ini," kata Juru bicara Wakil Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Robert Palladino, Jumat, 11 Januari 2019.

Sebelumnya pada Desember 2018 lalu, tim pengacara Wa Lone dan Kyaw Soe Oo mengatakan mereka telah menduga pengadilan banding Myanmar akan menggunakan alasan kurang pembuktian. Di pengadilan tingkat pertama, tim pengacara telah mengatakan pengadilan salah menempatkan beban pembuktian pada para terdakwa.

Berita terkait

Giliran KKP Tangkap Kapal Asing Malaysia yang Menangkap Ikan di Selat Malaka

3 hari lalu

Giliran KKP Tangkap Kapal Asing Malaysia yang Menangkap Ikan di Selat Malaka

KKP meringkus satu kapal ikan asing ilegal berbendera Malaysia saat kedapatan menangkap ikan di Selat Malaka.

Baca Selengkapnya

Perang Saudara Myanmar: Kelompok Perlawanan Tarik Pasukan dari Perbatasan Thailand

5 hari lalu

Perang Saudara Myanmar: Kelompok Perlawanan Tarik Pasukan dari Perbatasan Thailand

Tentara Pembebasan Nasional Karen memutuskan menarik pasukannya dari perbatasan Thailand setelah serangan balasan dari junta Myanmar.

Baca Selengkapnya

Jenderal Myanmar Menghilang Setelah Serangan Pesawat Tak Berawak

5 hari lalu

Jenderal Myanmar Menghilang Setelah Serangan Pesawat Tak Berawak

Wakil Ketua Junta Myanmar menghilang setelah serangan drone. Ia kemungkinan terluka.

Baca Selengkapnya

Wartawan Perang Semyon Yeryomin Dapat Penghargaan dari Moskow

5 hari lalu

Wartawan Perang Semyon Yeryomin Dapat Penghargaan dari Moskow

Wartawan Semyon Yeryomin gugur akibat serangan drone Ukraina pada akhir pekan lalu. Dia mendapat penghargaan dari Moskow

Baca Selengkapnya

Ribuan Warga Rohingya Berlindung ke Perbatasan Myanmar-Bangladesh

8 hari lalu

Ribuan Warga Rohingya Berlindung ke Perbatasan Myanmar-Bangladesh

Ribuan warga etnis Rohingya yang mengungsi akibat konflik di Myanmar, berkumpul di perbatasan Myanmar-Bangladesh untuk mencari perlindungan

Baca Selengkapnya

Aktivis HAM Myanmar Dicalonkan Nobel Perdamaian 2024: Penghargaan Ini Tidak Sempurna

8 hari lalu

Aktivis HAM Myanmar Dicalonkan Nobel Perdamaian 2024: Penghargaan Ini Tidak Sempurna

Maung Zarni, aktivis hak asasi manusia dan pakar genosida asal Myanmar, dinominasikan Hadiah Nobel Perdamaian 2024, oleh penerima Nobel tahun 1976

Baca Selengkapnya

Pertempuran di Perbatasan Myanmar-Thailand, Pemberontak Targetkan Pasukan Junta

9 hari lalu

Pertempuran di Perbatasan Myanmar-Thailand, Pemberontak Targetkan Pasukan Junta

Pertempuran berkobar di perbatasan timur Myanmar dengan Thailand memaksa sekitar 200 warga sipil melarikan diri.

Baca Selengkapnya

Top 3 Dunia: Iran Siap Hadapi Israel, Sejarah Kudeta di Myanmar

10 hari lalu

Top 3 Dunia: Iran Siap Hadapi Israel, Sejarah Kudeta di Myanmar

Top 3 dunia adalah Iran siap menghadapi serangan Israel, sejarah kudeta di Myanmar hingga Netanyahu mengancam.

Baca Selengkapnya

Menilik Jejak Sejarah Kudeta Junta Militer Di Myanmar

11 hari lalu

Menilik Jejak Sejarah Kudeta Junta Militer Di Myanmar

Myanmar, yang dulunya dikenal sebagai Burma itu telah lama dianggap sebagai negara paria ketika berada di bawah kekuasaan junta militer yang menindas.

Baca Selengkapnya

Menlu Thailand Kunjungi Perbatasan dengan Myanmar, Pantau Evakuasi

17 hari lalu

Menlu Thailand Kunjungi Perbatasan dengan Myanmar, Pantau Evakuasi

Menlu Thailand Parnpree Bahiddha-Nukara tiba di perbatasan dengan Myanmar untuk meninjau penanganan orang-orang yang melarikan diri dari pertempuran.

Baca Selengkapnya