Kasus Jamal Khashoggi, Trump Puji Saudi karena Harga Minyak Turun
Jumat, 23 November 2018 11:01 WIB
TEMPO.CO, Washington - Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, berterima kasih kepada pemerintah Arab Saudi atas rendahnya harga minyak mentah sehari setelah dia menegaskan kembali dukungannya untuk kerajaan Saudi terkait kasus pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi.
Baca:
"Harga minyak semakin turun. Hebat! Seperti Potongan Pajak besar untuk Amerika dan Dunia. Nikmati! $54 (sekitar Rp 785 ribu) , dari tadinya $82 (sekitar Rp1.2 juta). Terima kasih pada Arab Saudi, Tapi ayo lebih rendah lagi!," kata Trump di Twitter lewat akun @realdonaldtrump pada Rabu, 21 November 2018.
Media Anadolu pada 21 November 2018, sebelum AS memberlakukan kembali sanksi terhadap Iran pada 5 November, harga minyak melonjak ke level tertinggi dalam empat tahun pada Oktober 2018.
Baca:
Minyak mentah Brent mencapai $86.74 (sekitar Rp1.2 juta) pada 3 Oktober 2018, dan West Texas Intermediate naik menjadi $76,90 (sekitar Rp1,1 juta).
Setelah AS memberikan keringanan kepada delapan negara pengimpor utama minyak mentah Iran, peningkatan produksi minyak di seluruh dunia menciptakan ketakutan akan kelebihan pasokan di pasar global.
Permintaan minyak global yang lebih rendah dan adanya estimasi yang memperkirakan pertumbuhan ekonomi dunia menurun telah mengkhawatirkan investor bahwa permintaan minyak mentah dapat turun hingga 2019.
Organisasi untuk Kerjasama dan Pengembangan Ekonomi (OECD) mengeluarkan pandangan suram yang menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi global untuk 2019 menjadi 3,5 persen dari 3,7 persen.
Sejak awal Oktober, harga minyak mentah turun sekitar 30 persen dan tenggelam ke dalam wilayah pasar negatif, Brent merosot ke $61,71 (sekitar Rp 898.065) dan pada Selasa lalu dan WTI merosot ke $52,77 (sekitar Rp767.961).
Baca:
Pekan lalu Trump mengatakan ia berharap Arab Saudi dan Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) tidak akan memangkas produksi dalam pertemuan yang ditunggu-tunggu oleh kartel bulan depan.
<!--more-->
Trump juga menegaskan kembali dukungannya untuk Arab Saudi dan mengatakan AS bermaksud akan tetap menjadi mitra setia Arab Saudi dan menyebut kerajaan sebagai sekutu besar terlepas dari kasus pembunuhan Khashoggi.
Komentar itu dikecam oleh para pejabat intelijen Amerika dan anggota parlemen dari kedua partai politik besar.
Ketua komite Hubungan Luar Negeri Senat Bob Corker menulis di Twitter "Saya tidak pernah berpikir saya akan melihat hari ketika Gedung Putih akan bekerja sebagai perusahaan hubungan masyarakat untuk Putra Mahkota Arab Saudi."
Baca:
Selain itu anggota DPR senior dari Partai Demokrat, Bob Menendez, bersama dengan Corker menulis surat kepada Trump yang menuntut pemerintahannya untuk menentukan apakah pembunuhan jurnalis itu diperintahkan oleh Putra Mahkota Mohammed bin Salman.
Khashoggi merupakan jurnalis dan kolumnis Saudi untuk The Washington Post yang menghilang setelah memasuki Konsulat Saudi di Istanbul pada 2 Oktober. Setelah berminggu-minggu menyangkal, Arab Saudi mengakui Khashoggi tewas di gedung diplomatik.
Investigasi oleh Turki menunjukkan tim pembunuh Jamal Khashoggi pergi ke konsulat dan menjelajahi Belgrad Forest di Istanbul dan mencoba untuk menutupi bukti di konsulat.
Komunitas internasional menolak untuk menerima klaim Saudi bahwa pembunuhan itu bukan pembunuhan terencana.
Sementara Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menekankan semua rincian kasus harus diungkapkan, termasuk yang memberikan instruksi untuk pembunuhan terencana.
Trump mengatakan dia bisa mengenakan sanksi terhadap Arab Saudi, tetapi juga mengisyaratkan dia tidak ingin merusak hubungan bilateral.
Pekan lalu, AS memberi sanksi kepada 17 orang yang terkait dengan pembunuhan Khashoggi, termasuk Konsul Jenderal Saudi di Istanbul Mohammad al-Otaibi.
ANADOLU I MIS FRANSISKA DEWI