4 Warga Amerika Serikat yang Ditahan di Korea Utara

Sabtu, 17 November 2018 14:00 WIB

Dua tentara Korea Selatan dan tentara AS, berdiri di sisi selatan selama tur pers di desa perbatasan Panmunjom di Zona Demiliterisasi atau DMZ, Korea Selatan, 18 April 2018. Pertemuan ini bertujuan untuk mengakhiri perseteruan kedua bangsa serumpun. AP/Lee Jin-man

TEMPO.CO, Jakarta - Korea Utara mendeportasi Bruce Warren Lowrance, warga negara Amerika Serikat, setelah dia menyelinap secara ilegal ke Korea Utara.

Bruce diyakini adalah orang yang sama yang dideportasi oleh Korea Selatan setahun yang lalu, setelah tertangkap berkeliaran di dekat perbatasan Korea Utara yang dipenuhi ranjau dengan Korea Utara, saat sedang mencari cara untuk menyebrang ke Korut.

Baca: Larangan Warga Amerika Serikat ke Korea Utara Diperpanjang

Menyelinap ke Korea Utara telah terbukti menjadi godaan kuat bagi sebagian orang Amerika. Ada yang didorong oleh semangat agama, yang lain hanya tertarik oleh misteri negara terisolasi itu. Berikut warga AS yang masuk ke Korea Utara selama sepuluh tahun terakhir, seperti dilansir dari Associated Press, 17 November 2018.


1. BRUCE BYRON LOWRANCE

Advertising
Advertising

Bulan lalu Kantor Berita Korea Utara melaporkan seorang warga AS bernama Bruce Byron Lowrance ditahan pada Oktober setelah masuk ke Korut secara ilegal dari perbatasan Cina.

Kantor Berita Korut mengatakan dia masuk adalah ulah dari CIA. Banyak orang asing yang ditahan mengatakan setelah pembebasan mereka dari Korea Utara, bahwa vonis bersalah mereka di pengadilan Korut dipaksakan.

Keputusan Korea Utara untuk mendeportasi Lowrance setelah hanya satu bulan kurungan adalah pembebasan cepat yang pernah dilakukan Pyongyang, yang tampaknya mengisyaratkan keinginan untuk tetap menghidupkan suasana dialog positif dengan Amerika Serikat.

Tentara Korea Selatan berjaga saat proses pembersihan ranjau darat di zona demiliterisasi (DMZ) di Cheorwon, Korea Selatan, Selasa, 2 Oktober 2018. Song Kyung-Seok/Pool via REUTERS

Pada November tahun lalu, Korea Selatan mengatakan seorang pria bernama Lowrance ditangkap di daerah di selatan Zona Demiliterisasi. Pria itu kemudian mengatakan kepada para penyidik Korea Selatan bahwa dia yakin perjalanannya ke Korea Utara akan menyelesaikan ketegangan antara Washington dan Pyongyang atas kematian Otto Warmbier, seorang mahasiswa Amerika yang meninggal tahun lalu setelah dibebaskan dari Utara dalam keadaan koma.

Lowrance ditangkap di Korea Selatan pada hari yang sama ketika seorang tentara Korea Utara kabur ke Korea Selatan, melintasi perbatasan di bawah rentetan peluru yang ditembakkan oleh tentara Korea Utara.

2. OTTO WARMBIER

<!--more-->

Sementara mayoritas orang Amerika yang ditahan oleh Korea Utara telah dibebaskan dalam kondisi yang relatif baik, Otto Warmbier, seorang mahasiswa University of Virginia berusia 22 tahun, meninggal pada Juni 2017 tak lama setelah ia diterbangkan pulang ke rumah setelah 17 bulan ditahan Korea Utara.

Baca: Dibebaskan Korea Utara, Mahasiswa AS Alami Kerusakan Otak Parah

Warmbier ditangkap dari kelompok tur saat mengunjungi Korea Utara pada Januari 2016 dan dihukum atas dakwaan mencoba mencuri poster propaganda dan dijatuhi hukuman 15 tahun kerja paksa.

Perjalanan Terakhir Otto Warmbier

Korea Utara membantah tuduhan keluarga Warmbier bahwa Korut menyiksa Warmbier dan mengatakan ia diberikan perawatan medis dan lainnya. Korea Utara menuduh AS melakukan kampanye kotor untuk menyalahkan Korut atas kematian Warmbier.

3. MATIUS MILLER

Pada September 2014, Korea Utara memvonis Matius Miller yang saat itu berusia 24 tahun dari Bakersfield, California, enam tahun kerja paksa dengan dakwaan bahwa ia secara ilegal memasuki negara itu untuk melakukan spionase.

Mahkamah Agung Korea Utara mengatakan Miller merobek visa turisnya di bandara Pyongyang pada saat kedatangan pada April 2014 dan mengakui hasratnya untuk mengalami kehidupan penjara sehingga dia dapat secara diam-diam menyelidiki situasi hak asasi manusia Korea Utara.

Miller dibebaskan pada November pada 2014 bersama dengan seorang warga Amerika lainnya, Kenneth Bae, seorang misionaris dan pemimpin tur.

Beberapa minggu sebelum dibebaskan, Miller mengaku Korea Utara mengizinkannya untuk menelepon keluarganya. Dia mengatakan dia menggali di ladang selama delapan jam sehari dan dikurung dalam sel isolasi.

4. KENNETH BAE

<!--more-->

Kenneth Bae, dari Lynnwood, Washington, ditahan pada November 2012 saat memimpin grup tur di Korea Utara. Dia dijatuhi hukuman 15 tahun penjara karena "tindakan bermusuhan" setelah dituduh menyelundupkan literatur propaganda antipemerintah dan berusaha mendirikan basis untuk kegiatan antipemerintah di sebuah hotel kota perbatasan.

Saat ditahan, dia mengatakan kepada sebuah surat kabar pro Korea Utara yang berbasis di Jepang bahwa dia merasa diterlantarkan.

Keluarganya mengatakan dia menderita masalah kesehatan kronis, termasuk sakit punggung, diabetes, masalah jantung dan hati yang membesar.

Bae pulang pada November 2014 setelah misi rahasia oleh kepala intelijen AS pada waktu itu, James Clapper, menjamin pembebasannya, serta pembebasan Miller.

Kenneth Bae, warga Amerika Serikat ditangkap saat melakukan tur wisata ke Korea Utara. Ia dituduh berusaha menggulingkan pemerintah Korea Utara, dan ditahan dari November 2012 hingga November 2014. Reuters/KCNA

Sebulan sebelumnya, Korea Utara membebaskan seorang warga negara AS lainnya, Jeffrey Fowle, setelah menahannya selama enam bulan karena meninggalkan Alkitab di sebuah klub malam di kota Chongjin.

Baca: Ingin ke Korea Utara? Warga Amerika Serikat Wajib Bikin Wasiat

Korea Utara secara resmi menjamin kebebasan beragama, tetapi para analis dan pembelot menyebut Korea Utara sebagai negara anti-agama. Distribusi Alkitab dan ibadah rahasia dapat dihukum penjara atau eksekusi, kata pembelot Korea Utara.

Pada 2009, misionaris Amerika Serikat Robert Park masuk ke Korea Utara dengan sebuah Alkitab di tangannya untuk menarik perhatian terhadap pelanggaran hak asasi manusia Korea Utara dan menyerukan agar pemimpin Kim Jong Il mengundurkan diri. Park, yang dideportasi dari pada Februari 2010, mengatakan dia disiksa oleh interogator Korea Utara.

Berita terkait

Indonesia Sumbang 1,09 Persen Kasus Covid-19 Dunia

7 Februari 2021

Indonesia Sumbang 1,09 Persen Kasus Covid-19 Dunia

Indonesia saat ini menempati urutan ke-19 kasus sebaran Covid-19 dari 192 negara.

Baca Selengkapnya

Orient Riwu Kore Mengaku Ikut Pilkada Sabu Raijua karena Amanat Orang Tua

6 Februari 2021

Orient Riwu Kore Mengaku Ikut Pilkada Sabu Raijua karena Amanat Orang Tua

Bupati Sabu Raijua terpilih, Orient Riwu Kore, mengungkapkan alasannya mengikuti pemilihan kepala daerah 2020

Baca Selengkapnya

Keamanan Google Chrome Kembali Diperbarui Cegah Bug Zero-day

6 Februari 2021

Keamanan Google Chrome Kembali Diperbarui Cegah Bug Zero-day

Google mengeluarkan pembaruan keamanan untuk Chrome berupa patch untuk mengatasi kerentanan di peramban tersebut.

Baca Selengkapnya

Tidak Lagi Jadi Presiden, Pemakzulan Donald Trump Tak Cukup Kuat

4 Februari 2021

Tidak Lagi Jadi Presiden, Pemakzulan Donald Trump Tak Cukup Kuat

Tim pengacara Donald Trump berkeras Senat tak cukup kuat punya otoritas untuk memakzulkan Trump karena dia sudah meninggalkan jabatan itu.

Baca Selengkapnya

Keluarga Korban Sriwijaya Air SJ 182 Diminta Tak Teken Release And Discharge

3 Februari 2021

Keluarga Korban Sriwijaya Air SJ 182 Diminta Tak Teken Release And Discharge

Pengacara keluarga korban Lion Air JT 610 meminta ahli waris korban Sriwijaya Air SJ 182 tidak meneken dokumen release and discharge atau R&D.

Baca Selengkapnya

Krisis Semikonduktor, Senator Amerika Desak Gedung Putih Turun Tangan

3 Februari 2021

Krisis Semikonduktor, Senator Amerika Desak Gedung Putih Turun Tangan

Pada 2019 grup otomotif menyumbang sekitar sepersepuluh dari pasar semikonduktor senilai 429 miliar dolar Amerika Serikat.

Baca Selengkapnya

Eks Dubes Korea Utara yang Membelot Blak-blakan Soal Senjata Nuklir

3 Februari 2021

Eks Dubes Korea Utara yang Membelot Blak-blakan Soal Senjata Nuklir

Ia yakin Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un tidak akan menyerahkan persenjataan nuklirnya.

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Longgarkan Aturan soal Imigran Suriah

30 Januari 2021

Amerika Serikat Longgarkan Aturan soal Imigran Suriah

Imigran dari Suriah mendapat kelonggaran aturan sehingga mereka bisa tinggal di Amerika Serikat dengan aman sampai September 2022.

Baca Selengkapnya

Tutorial Membuat Bom Ditemukan di Rumah Pelaku Kerusuhan US Capitol

30 Januari 2021

Tutorial Membuat Bom Ditemukan di Rumah Pelaku Kerusuhan US Capitol

Tutorial pembuatan bom ditemukan di rumah anggota kelompok ekstremis Proud Boys, Dominic Pezzola, yang didakwa terlibat dalam kerusuhan US Capitol

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Kecam Pembebasan Pembunuh Jurnalis Oleh Pakistan

29 Januari 2021

Amerika Serikat Kecam Pembebasan Pembunuh Jurnalis Oleh Pakistan

Pemerintah Amerika Serikat mengecam pembebasan pembunuh jurnalis Wall Street, Journal Daniel Pearl, oleh Mahkamah Agung Pakistan.

Baca Selengkapnya