Human Rights Watch: Pemerintah Cina Batasi Etnis Minoritas Uighur

Editor

Budi Riza

Senin, 10 September 2018 14:14 WIB

Seorang pria suku Uighur melintas di depan tentara Cina yang berjaga-jaga di Urumqi (15/7). Polisi Cina telah menembak mati dua warga dalam kerusuhan baru, Senin kemarin. Foto: REUTERS/David Gray

TEMPO.CO, Beijing – Warga minoritas Muslim Uighur mengalami penahanan semena-mena, pembatasan praktek ibadah harian dan pemaksaan indoktrinasi politik oleh pejabat dan aparat keamanan Cina.

Baca:

Lembaga Human Rights Watch mengatakan ini terjadi di daerah Xinjiang sejak beberapa waktu lalu seperti dilansir Reuters pada Senin, 10 September 2018.

Panel HAM PBB mengatakan pada Agustus lalu Cina diyakini telah menahan sekitar 1 juta warga etnis Uighur dalam kamp penahanan di daerah Xinjiang, Cina barat jauh, untuk menjalani pendidikan politik.

Advertising
Advertising

Baca:

“Kondisi keamanan di Xinjiang di luar kamp tahanan juga meningkat drastis dan sekarang menyerupai keadaan di dalam kamp tahanan,” kata Maya Wang, peneliti dari Human Rights Watch, yang berbasis di Hong Kong, seperti dilansir Reuters, Senin, 10 September 2018.

Wang mengatakan ini berdasarkan wawancara dengan sekitar 58 bekas penduduk Xinjiang, yang tinggal di luar daerah itu. Hingga kini, Wang mengaku belum bisa memasuki wilayah Xinjiang dan berbicara dengan penduduk karena kurang akses. Dia juga beralasan ini untuk menghindari bahaya bagi warga di lokasi.

Menurut informasi yang diperoleh, aparat keamanan Cina memasang teknologi pengenal wajah dan sistem pengawasan polisi yang canggih seperti tiap rumah memiiki kode QR. Jika dipindai, akan muncul informasi siapa saja penghuni resmi dari rumah itu.

Baca:

Menurut Wang, petugas juga memonitor praktek keagamaan seperti menanyakan berapa kali mereka salat dan menutup mesjid. Petugas Partai Komunis Cina juga mendatangi daerah pedalaman Xinjiang untuk melarang praktek agama Islam.

“Orang-orang Uighur dan Muslim lainnya yang ditahan di kamp, dilarang menggunakan sapaan Islam, diminta belajar bahasa Mandarin Cina, dan menyanyikan lagu-lagu propaganda,” menurut laporan Badan HAM PBB berdasarkan wawancara lima mantan tahanan kamp.

Jika menolak, menurut temuan Badan HAM PBB, warga Uighur di kamp ini bisa tidak mendapatkan makanan, dihukum berdiri selama 24 jam hingga dikurung.

Puluhan tentara Cina membentuk formasi saat berjaga-jaga di depan masjid Id Kah di Kashgar, Cina (31/7). Puluhan komunitas Uighur dan Han diserang oleh sekolompok orang yang tidak dikenal yang menewaskan puluhanan orang dan luka-luka. Getty Images

Dari hasil wawancara tersebut, Badan HAM PBB menemukan orang-orang Xinjiang beserta kerabatnya yang berada di luar negeri, termasuk Kazakhstan, Turki, dan Indonesia, telah menjadi target untuk dimasukkan ke kamp oleh pihak berwenang. Kamp ini digelar selama beberapa bulan tanpa prosedur formal.

Baca:

Pemerintah Cina membantah kamp tahanan interniran itu dibangun untuk ‘pendidikan politik’. Alasannya, kamp itu dibangun sebagai pusat pelatihan kejuruan sebagai bagian dari dari inisiatif pemerintah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan mobilitas sosial di wilayah tersebut.

Pejabat Partai Komunis Cina, Hu Lianhe, membantah soal adanya penahanan terhadap satu juta warga etnis Uighur. “Argumentasi bahwa ada satu juta warga Uighur ditahan di pusat-pusat pendidikan ulang sama sekali tidak benar,” kata dia seperti dilansir NZ Herald.

Pemerintah Cina juga meyakini warga Muslim Xinjiang menghadapi ancaman serius dari pengaruh militan Islam dan separatis yang merencanakan terjadinya kondisi tegang warga etnis Uighur dengan warga Han, yang merupakan mayoritas di Cina.

REUTERS | AQIB SOFWANDI

Berita terkait

Tak Hanya India, Jepang Juga Kecewa Atas Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

9 jam lalu

Tak Hanya India, Jepang Juga Kecewa Atas Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Pemerintah Jepang menanggapi komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor penghambat pertumbuhan ekonomi di Cina, India dan Jepang.

Baca Selengkapnya

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

14 jam lalu

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Menteri Luar Negeri India menolak komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor yang menghambat pertumbuhan ekonomi negaranya.

Baca Selengkapnya

Pemerintah Merasa Toleransi dan Kebebasan Beragama di Indonesia Berjalan Baik

14 jam lalu

Pemerintah Merasa Toleransi dan Kebebasan Beragama di Indonesia Berjalan Baik

Kemenkumham mengklaim Indonesia telah menerapkan toleransi dan kebebasan beragama dengan baik.

Baca Selengkapnya

Soal Internet di Cina, Kampanye Larangan Tautan Ilegal hingga Mengenai Pendapatan Periklanan

14 jam lalu

Soal Internet di Cina, Kampanye Larangan Tautan Ilegal hingga Mengenai Pendapatan Periklanan

Komisi Urusan Intenet Pusat Cina telah memulai kampanye nasional selama dua bulan untuk melarang tautan ilegal dari sumber eksternal di berbagai media

Baca Selengkapnya

Dugaan Ekspor Nikel Ilegal sebanyak 5,3 Juta Ton ke Cina, KPK: Masih Cari Alat Bukti

15 jam lalu

Dugaan Ekspor Nikel Ilegal sebanyak 5,3 Juta Ton ke Cina, KPK: Masih Cari Alat Bukti

Wakil Ketua KPK, Alexander Marwata mengaku tidak mengetahui ihwal penyidik meminta Bea Cukai untuk paparan dugaan ekspor nikel ilegal ke Cina.

Baca Selengkapnya

Penanganan Polusi Udara, Peneliti BRIN Minta Indonesia Belajar dari Cina

19 jam lalu

Penanganan Polusi Udara, Peneliti BRIN Minta Indonesia Belajar dari Cina

Cina menjadi salah satu negara yang bisa mengurangi dampak polusi udaranya secara bertahap. Mengikis dampak era industrialisasi.

Baca Selengkapnya

Menlu Selandia Baru Sebut Hubungan dengan Cina "Rumit"

22 jam lalu

Menlu Selandia Baru Sebut Hubungan dengan Cina "Rumit"

Menlu Selandia Baru menggambarkan hubungan negaranya dengan Cina sebagai hubungan yang "rumit".

Baca Selengkapnya

Badan Mata-mata Seoul Tuding Korea Utara Rencanakan Serangan terhadap Kedutaan Besar

1 hari lalu

Badan Mata-mata Seoul Tuding Korea Utara Rencanakan Serangan terhadap Kedutaan Besar

Badan mata-mata Korea Selatan menuding Korea Utara sedang merencanakan serangan "teroris" yang menargetkan pejabat dan warga Seoul di luar negeri.

Baca Selengkapnya

Gelombang Panas Serbu India sampai Filipina: Luasan, Penyebab, dan Durasi

2 hari lalu

Gelombang Panas Serbu India sampai Filipina: Luasan, Penyebab, dan Durasi

Daratan Asia berpeluh deras. Gelombang panas menyemai rekor suhu panas yang luas di wilayah ini, dari India sampai Filipina.

Baca Selengkapnya

Bahlil Bantah Cina Kuasai Investasi di Indonesia, Ini Faktanya

2 hari lalu

Bahlil Bantah Cina Kuasai Investasi di Indonesia, Ini Faktanya

Menteri Bahlil membantah investasi di Indonesia selama ini dikuasai oleh Cina, karena pemodal terbesar justru Singapura.

Baca Selengkapnya